Pergerakan pria tua yang kelihatan gila itu sangat cepat, meskipun terlihat linglung. Begitu mendekati Afkar, tubuhnya langsung berubah menjadi bayangan kabur. Dia menghindari pukulan keras yang dilancarkan Afkar dengan mudah.Bam!Saat berikutnya, tubuhnya yang kotor dan lusuh itu langsung menabrak Afkar dengan keras. Afkar mengerang pelan. Tubuhnya terasa seperti baru saja dihantam oleh sebuah planet. Dadanya sesak dan dia nyaris saja menyemburkan darah.Tubuhnya langsung kehilangan keseimbangan, lalu terpental ke belakang dengan kecepatan tinggi. Tepat di belakangnya, terbentang kawah gunung berapi yang penuh asap, debu, dan semburan hawa panas yang bergulung-gulung.Semua orang yang ada di sana hanya bisa menatap dengan mata terbelalak. Mereka menyaksikan dengan jelas bagaimana Afkar yang tadi terlihat begitu kuat dan tak terkalahkan, kini justru ditabrak sampai terlempar masuk ke dalam kawah seperti boneka tak berdaya. Pemuda itu tanpa ragu-ragu terjatuh ke dalamnya.Setelah berh
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Saat berikutnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung menoleh dan menatap Lyra dengan penuh perhatian.Setelah bergegas ke sana, Afkar pun berjongkok di hadapan Lyra dan menghiburnya dengan suara lembut, "Lyra! Jangan takut, Paman datang menyelamatkanmu! Sekarang sudah aman kok, orang jahatnya sudah Paman kalahkan!"Gadis kecil itu masih duduk di lantai. Lyra menatap Afkar dengan tatapan kosong, seolah-olah pikirannya belum sepenuhnya kembali. Dia hanya terpaku dan berkata dengan suara pelan, "Paman Buaya ... kamu datang menyelamatkanku?"Mendengar itu, hati Afkar langsung terasa perih. Dia melihat masih ada jarum yang tertancap di tangan kanan Lyra.Dengan hati-hati, Afkar mencabut jarum itu dari tangannya lalu menghibur gadis kecil itu dengan beberapa kalimat. Setelah itu, Afkar berdiri dan melangkah ke tiang penyangga untuk memeriksa kondisi Aruna dan Barra.Ternyata, keduanya telah dilumpuhkan oleh Setan Garib dengan jarum perak yang ditusukkan ke titik akupunktur di
Begitu tebasan ini dilepaskan, 30% dari energi sejati yang telah dikompresi dan disimpan di dalam pusat energi Afkar langsung terkuras habis.Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dengan kekuatan Afkar sekarang, apabila teknik Retakan Langit digunakan secara beruntun, lima tebasan saja sudah cukup untuk menguras habis seluruh energi sejati dalam tubuhnya."Aaargh!" Menghadapi tebasan ini, bukan hanya ekspresi dari Setan Garib yang berubah, bahkan jiwanya sendiri rasanya ikut gemetar karena ketakutan.Namun, reaksinya cukup cepat. Dalam sekejap, Setan Garib mengangkat kedua lengannya dan mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencoba menahan serangan pisau Afkar.Sebagai seorang kultivator tingkat pembentukan inti tahap akhir, kali ini Setan Garib benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya. Energi sejati yang kuat itu dipusatkan ke kedua lengannya dan juga ke cakar logam di tangannya.Klang!Ting!Saat berikutnya, suara logam beradu terdengar keras. Cakar logam milik Setan Garib langsu
Melihat hal itu, wajah Setan Garib sempat menunjukkan ekspresi meremehkan. Namun ekspresinya yang baru muncul langsung membeku seketika, lalu digantikan oleh sikap waspada dan kengerian yang dalam.Pisau Naga Es di tangan Afkar membawa aura yang mengerikan. Pisau menebas dalam lintasan yang indah dan akurat, lalu menebas lurus ke arah kepala Setan Garib.Jurus pertama dari Retakan Langit. Ini adalah pertama kalinya Afkar benar-benar menggunakan senjata spiritual ini dalam pertempuran nyata sambil menggabungkannya dengan teknik bela diri.Begitu tebasan pertama ini dilancarkan, Afkar merasakan aliran energi sejati dalam meridian tubuhnya tersedot keluar dengan cepat, lalu mengalir ke Pisau Naga Es yang digenggamnya.Hanya dengan sekali tebasan, energi sejati dalam tubuhnya langsung berkurang sekitar 5%. Angka ini mungkin terdengar sedikit, tetapi itu juga berkat kekuatan Afkar yang luar biasa besar sekarang sehingga jumlah energi sejati dalam tubuhnya sangat melimpah.Menghadapi seranga
Pria tua ceking itu memelesat ke pojok tembok, lalu menatap Afkar sambil tertawa pelan dengan suara yang dingin dan menyeramkan. Dia bertanya, "Afkar? Ternyata kamu? Hehehe ...."Ekspresi Afkar sangat dingin, sementara sorot matanya penuh dengan niat membunuh saat menatap orang itu. Dia balas bertanya, "Siapa kamu?" Orang itu bisa memanggil nama Afkar, berarti kemungkinan besar mengenalnya."Siapa aku? Nggak masalah juga kalau aku memberitahumu. Aku adalah Tetua Agung Sekte Kartu Hantu, Setan Garib!" Saat berkata demikian, wajah si pria tua ceking terlihat menyeringai secara mengerikan.Pria tua ceking itu lalu menambahkan, "Muridku, Hantu Senyap, dan murid dari muridku, Pencabut Nyawa, semua mati di tanganmu. Hari ini, aku datang untuk membalaskan dendam mereka!"Mendengar ini, tatapan Afkar jadi makin dingin. Dia menggertakkan giginya sambil berujar dengan penuh amarah, "Ternyata kamu bajingan tua dari Sekte Kartu Hantu! Kamu begitu percaya diri bisa membunuhku? Kalau begitu, hari in
Pada saat ini, Lyra melirik ke tangan kanannya. Di sana, terlihat jelas ada sebuah jarum yang tertancap. Tadi, dia memang terbangun karena tertusuk jarum itu.Lyra juga menyadari bahwa Aruna dan Barra yang berada di dekatnya masih terikat dan tidak sadarkan diri. Dia langsung ketakutan sampai meneteskan air mata."Bibi, Paman Barra, bangunlah! Ada orang jahat .... Huhuhu ...." Lyra berteriak sekuat tenaga sambil memanggil-manggil. Dia berharap bisa membangunkan orang dewasa untuk menolongnya.Namun, entah apa yang dilakukan oleh pria tua ceking itu pada Aruna dan Barra. Keduanya sama sekali tidak memberikan reaksi. Lyra pun mulai menangis putus asa. Dia duduk di lantai sambil berusaha mundur menjauh dan coba menghindari pria tua ceking itu."Bocah, kamu nggak bakal bisa kabur! Hehehe ...." Pria tua ceking itu tertawa jahat dengan sorot mata yang penuh ejekan dan kebengisan."Aaargh!" Tiba-tiba saat Lyra sedang merangkak mundur ketakutan, suara jeritan menyeramkan terdengar di telingany
Setengah jam kemudian ....Di luar vila Keluarga Subroto, sebuah SUV terparkir di sana. Namun di dalam mobil itu, tidak ada satu orang pun. Saat itu juga, terlihat sekelompok orang yang dipimpin oleh Bayu berdiri mengelilingi mobil dengan ekspresi bingung dan penuh tanda tanya.Raut wajah Bayu terlihat sangat serius. Dia bertanya dengan cemas, "Apa sebenarnya ... yang terjadi di sini? Aruna dan Lyra tadi sudah hampir sampai rumah, tapi orangnya ke mana? Kenapa mereka nggak ada di dalam mobil?""Aku juga nggak tahu, Pak Bayu. Waktu aku menemukan mobil ini, di dalamnya memang sudah kosong ...," jawab salah seorang pengawal Keluarga Subroto dengan gugup.Bayu coba menelepon Aruna dan Barra beberapa kali, tetapi tidak ada seorang pun yang mengangkat telepon. Hal ini membuatnya makin panik. Tak lama kemudian, Bayu langsung menelepon Farel dan menyuruhnya segera menyelidiki hal ini. Situasi ini benar-benar terlalu aneh.Padahal mobilnya tidak jauh dari gerbang vila Keluarga Subroto, tetapi
Setelah berkata begitu, Nona Besar Keluarga Subroto itu melirik Afkar sekilas dengan kesal, lalu langsung menarik Lyra pergi. Saat berbalik badan, pipinya terlihat memerah karena malu dan jengkel.Aruna masih jelas mengingat waktu makan bersama di taman hiburan, Afkar pernah memegang tangannya erat-erat dan bahkan meminum sup adonan tepung yang sudah terkena air liurnya.Meskipun belakangan terbukti bahwa Afkar melakukan itu karena sup tersebut telah diberi racun dan dia hanya sedang menolong Aruna dengan cara itu, tetap saja perasaan malu dan canggung itu tidak bisa hilang begitu saja setiap kali Aruna melihat pria itu.Barra juga sempat melirik Afkar dengan kening mengernyit, lalu dia berkata dengan nada datar, "Sampai jumpa, Pak Afkar."Afkar menarik sudut bibirnya. Wajahnya menampilkan ekspresi tak berdaya. Saat berikutnya, matanya yang tajam memancarkan kilatan cemerlang. Segumpal energi sejati yang lembut menyebar keluar dari tubuhnya, lalu masuk ke dalam tubuh Lyra tanpa diketah
Dua gadis kecil itu terlihat sangat bersemangat. Selain saling menyapa satu sama lain, mereka juga memberi salam kepada para orang dewasa. Namun seperti Afkar, Aruna dan Barra sama-sama hanya mengangguk ringan ketika melihat satu sama lain.Insiden waktu itu, saat Shafa tiba-tiba kambuh dan Afkar meledak marah, memang sedikit membuat hubungan mereka menjadi "canggung". Meskipun sebelumnya Aruna pernah meminta Afkar untuk pura-pura menjadi pacarnya, tetap saja di hatinya masih menyimpan sedikit ganjalan.Saat itu pula, Afkar yang awalnya hanya berniat menyapa dan pergi, tiba-tiba menatap dengan serius. Dia pun melangkah mendekat. Ternyata di atas kepala Lyra, samar-samar ada lapisan kabut hitam yang mengambang. Itu adalah pertanda nasib buruk dan malapetaka besar.Tentu saja, kabut hitam ini tidak mungkin bisa dilihat oleh orang biasa. Afkar sendiri bisa melihatnya karena dia telah mewarisi "Jurus Mata Naga", sebuah ilmu yang membuatnya ahli dalam teknik yin yang dan fengsui.Bukan hany
Mungkin dari buku harian ini, Felicia bisa lebih memahami pria itu? Mungkin di dalam sini, ada semua jawaban yang selama ini ingin Felicia ketahui?Sambil berpikir demikian, Felicia pun menekan rasa bersalahnya karena telah membaca buku harian orang lain. Dia mulai membuka lembaran-lembaran buku harian milik ibu mertuanya.Seiring halaman demi halaman dibuka, ekspresi di wajah presdir cantik itu terus berubah. Perubahannya bahkan sangat nyata. Ada keterkejutan, kesedihan yang mendalam, kemarahan ....Entah sudah berapa lama Felicia membaca. Ketika akhirnya dia sampai pada halaman terakhir, ekspresinya langsung menegang. Tiga kata merah menyala yang terpampang, begitu menusuk mata.[ Keluarga Rajendra Kuno! ]Tiga kata itu ditulis menggunakan warna merah yang membuat hati terasa tidak tenang, seolah-olah mengandung kebencian dan niat membunuh yang sangat kuat.Sepasang mata indah Felicia mulai berkabut dan air matanya mulai menggenang. Dia memaki, "Afkar, dasar bajingan! Sebenarnya ...