“Kau sebaiknya jangan terlalu percaya diri, buktikan saja jika memang apa yang kau katakan itu benar!” balas Antarius.“Menyedihkan,” gumam Satria sambil tersenyum karena dia sudah cukup mengulur waktu menunggu waktu cooldown skill khususnya. Pisau hitam di tangan kanannya segera dia masukan ke slot tasnya dan menggantinya dengan sebilah pedang, melihat hal itu membuat Antarius heran karena tiba-tiba saja Satria memasukan senjata andalannya lagi.“Blacksmith,” gumam Satria perlahan.“Fusion,” sambung Satria.“Aku akan membuktikannya kepadamu Antarius. Aku bahkan bisa mengalahkanmu tanpa senjata andalanku, meskipun kau menggunakan senjata andalanmu ini,” ucap Satria sambil melemparkan tombak biru yang menjadi senjata andalan Antarius.‘Tap’“Apa yang sebenarnya dia rencanakan?” gumam Antarius seraya menerima tombak yang dilemparkan oleh Satria.“Explode item,” ujar Satria menggunakan skill blacksmithnya lagi.‘Bhaaammmrrrr’‘Dhhooooommrr’Tiba-tiba saja tombak biru Antarius meledak ber
“Aku bukanlah orang yang memanfaatkan nama besar untuk kepentingan tertentu. Lagipula aku tidak akan mengambil resiko yang besar selagi keuntungannya tidak lebih besar dari resikonya. Jika mereka mau berubah maka itu bagus, tapi jika gagal maka kepercayaan terhadap Kerajaan Lunar juga akan menurun drastis, aku bukanlah tipe orang yang bisa mengorbankan orang lain begitu saja,” jelas Satria sambil menangkis serangan balasan Antarius.“Yah, meskipun kau tidak memberitahu alasanmu tapi aku bisa menyimpulkan beberapa hal. Aku yakin kau juga khawatir jika memberitahukan cara menggunakan skill ultimate kepada mereka, jika mereka berbalik melawanmu maka kemungkinan besar kau akan kalah. Bukan begitu?” sambung Satria seraya menyerang balik dengan pedang di tangannya.“Kau akan tahu sendiri nantinya,” balas Antarius seraya menghindari serangan Satria.Wujud Satria kembali lenyap dari pandangan Antarius, hanya dalam sekejap mata saja sosok Satria sudah muncul di belakangnya dengan pedang terhun
“Aku sendirian yang menghadapi bos lantai 80, sisanya menghadapi para monster yang mengganggu. Di saat-saat terakhir mereka bahkan kebanyakan sudah terkapar, tidak ada satupun dari mereka yang tahu cara menggunakan skill ultimate,” jelas Shana sembari menyarungkan pedang es miliknya.“Bagaimana bisa kau mengetahui cara menggunakan skill ultimate di lantai 80?” tanya Satria yang masih penasaran.“Kau sendiri bagaimana bisa kau mengetahui skill ultimate di lantai 70? Padahal setahuku glace tidak dapat berbicara, itu sangat mustahil,” tanya Shana yang malah bertanya balik kepada Satria.“Saat itu aku bersama orang-orang cerdas menjelajahi dungeon, di saat yang tepat salah satu dari mereka paham isyarat dan petunjuk yang diberikan oleh glace saat dia menggunakan skill ultimate miliknya,” jelas Satria.“Itu sulit dipercaya. Baiklah akan aku beritahu beberapa hal yang mungkin akan berguna bagimu nantinya. Bos lantai 80 merupakan slime, dia dapat meniru kekuatan orang yang sedang dia lawan.
“Apakah teman-temanmu yang diculik itu juga memainkan game MW RPG?” tanya Satria lagi untuk memastikan kesimpulannya terdahulu.“Tidak ada, mereka hanya sedang berada di dekatku. Tiba-tiba saja kami terdampar di tempat asing yang jauh berbeda dengan dunia nyata,” jawab Reina seraya menghela nafas dalam, terlihat jelas kalau dia merasa sangat bersalah karena gara-gara dia teman sekelasnya yang berada di dekatnya ikut terbawa ke dunia MW RPG.“Begitu rupanya, kelihatannya kesimpulanku waktu itu memang benar,” batin Satria.“Kami berusaha bertahan di dunia ini, bertemu dengan beberapa monster mengerikan hingga akhirnya berhasil sampai di perbatasan Kerajaan Alf dan mendapatkan pertolongan dari penduduk elf di sana,” ucap Reina.“Kami sudah punya harapan besar untuk dapat bertahan sambil mencari informasi keluar dari dunia ini, kami membantu para petualang di desa untuk menyelesaikan quest yang ada. Tapi petaka itu datang saat ada rombongan dari ibukota kerajaan yang datang ke desa tempat
Suara dentuman demi dentuman keras terdengar di selatan ibukota, lingkaran-lingkaran sihir serta cahaya gradasi yang timbul dari penggunaan skill terlihat menghiasi langit selatan ibukota. Tanah terus bergetar tanpa henti bersamaan dengan riuh angin yang terus bergemuruh. Alexa, dua swordman dan fighter Heptagram terus menahan pergerakan panglima perang yang sangat merepotkan.Beberapa kali mereka harus menyatukan kekuatan untuk menghalau skill tingkat tinggi yang digunakan oleh panglima perang. Terlebih skill khususnya yang mampu melihat pergerakan objek di depannya dalam gerak lambat membuat Alexa dan yang lainnya sulit untuk mendaratkan serangan mereka kepadanya karena selalu saja dapat dihindari atau ditangkis dengan mudahnya.“Dia benar-benar merepotkan,” tutur fighter Heptagram.“Meski begitu kita harus tetap menahannya di sini, akan sangat merepotkan jika dia bergerak dengan bebas,” tukas Alexa seraya melihat panglima perang yang sedang meladeni serangan dua swordman Heptagram.
Sosok Shana mendadak sudah muncul tepat di halaman istana Kerajaan Alf. Sontak saja kehadirannya yang tiba-tiba itu membuat para prajurit yang berjaga di sekitar istana kaget. Mereka memalingkan wajahnya menatap Shana yang sudah menghunus pedang es miliknya. Empat sosok elf dengan armor tampak sedang duduk santai di kursi yang ada di depan pintu masuk istana.“Kelihatannya kedatanganku sudah kalian ketahui ya,” ucap Shana seraya mengarahkan pedangnya menunjuk empat orang elf yang duduk santai di kursi, mereka tak lain adalah empat pengawal pribadi Ghuntiris yang memiliki level 95.“Tentu saja, kalian tidak akan bisa mengelabui pangeran Ghuntiris,” jawab seorang elf dengan job class swordman sambil berdiri.“Kami sudah menunggu kedatanganmu sejak tadi,” timpal elf dengan job class blacksmith.“Tidak aku sangka ternyata si pengembara itu malah mengutus wanita untuk melawan kita,” timpal elf dengan job class guardian.“Dia tampaknya meremehkan kita,” tukas elf wanita dengan job class wiz
“Mustahil,” ujar prajurit kerajaan yang memiliki job class assassin.Para assassin saja hanya bisa terdiam pasrah karena tidak ada yang mampu melihat pergerakan Shana sedikitpun. Memang pada dasarnya Shana tidaklah bergerak, dia hanya terus berteleportasi tanpa henti dengan kemampuan skill ultimate miliknya. Empat pengawal pribadi Ghuntiris juga tidak dapat berkutik, mereka tidak dapat melihat pergerakan Shana.Satu demi satu prajurit kerajaan yang mengepung Shana langsung tewas ambruk ke tanah dengan luka tebasan dan tusukan pedang di titik vital tubuhnya. Shana bahkan tidak perlu menggunakan skill swordman miliknya untuk mengalahkan mereka semua, beberapa assassin yang mencoba mengimbangi pergerakan Shana juga tidak berkutik.Saat wujud para assassin lenyap dari pandangan semua orang, tak lama kemudian tubuhnya sudah ambruk ke tanah dengan luka fatal dari serangan Shana. Semua prajurit hanya dapat pasrah menunggu giliran kematian mereka hingga pada akhirnya tidak ada yang tersisa la
Saat debu-debu mulai memudar dan keadaan kembali normal, terlihat banyak sosok elf di area belakang istana. Mereka tak lain adalah para prajurit penjaga istana yang dikerahkan Ghuntiris untuk menjaga area belakang istana. Jauh di belakang mereka terlihat ada seorang elf job class fighter dengan armor terbaik. Dia tak lain adalah pengawal pribadi Ghuntiris yang tersisa.Di samping elf fighter tersebut tampak ada Ghuntiris yang sedang duduk di kursinya dengan santai. Sementara di samping Ghuntiris terlihat ada seorang prajurit elf membawa seorang gadis manusia yang kedua kaki dan tangannya di rantai. Prajurit elf tersebut tampak menghunuskan pedangnya ke leher si gadis yang tampak sudah pasrah.“Apakah gadis itu adalah temanmu?” tanya Satria kepada Reina.“Eh? kelihatannya bukan,” jawab Reina sambil menatap tajam gadis yang dirantai di dekat Ghuntiris.“Begitu ya. Kelihatannya dia juga menculik orang lain selain teman-teman Reina,” batin Satria seraya menatap tajam Ghuntiris yang menyer