Suara dentuman demi dentuman keras terdengar di selatan ibukota, lingkaran-lingkaran sihir serta cahaya gradasi yang timbul dari penggunaan skill terlihat menghiasi langit selatan ibukota. Tanah terus bergetar tanpa henti bersamaan dengan riuh angin yang terus bergemuruh. Alexa, dua swordman dan fighter Heptagram terus menahan pergerakan panglima perang yang sangat merepotkan.Beberapa kali mereka harus menyatukan kekuatan untuk menghalau skill tingkat tinggi yang digunakan oleh panglima perang. Terlebih skill khususnya yang mampu melihat pergerakan objek di depannya dalam gerak lambat membuat Alexa dan yang lainnya sulit untuk mendaratkan serangan mereka kepadanya karena selalu saja dapat dihindari atau ditangkis dengan mudahnya.“Dia benar-benar merepotkan,” tutur fighter Heptagram.“Meski begitu kita harus tetap menahannya di sini, akan sangat merepotkan jika dia bergerak dengan bebas,” tukas Alexa seraya melihat panglima perang yang sedang meladeni serangan dua swordman Heptagram.
Sosok Shana mendadak sudah muncul tepat di halaman istana Kerajaan Alf. Sontak saja kehadirannya yang tiba-tiba itu membuat para prajurit yang berjaga di sekitar istana kaget. Mereka memalingkan wajahnya menatap Shana yang sudah menghunus pedang es miliknya. Empat sosok elf dengan armor tampak sedang duduk santai di kursi yang ada di depan pintu masuk istana.“Kelihatannya kedatanganku sudah kalian ketahui ya,” ucap Shana seraya mengarahkan pedangnya menunjuk empat orang elf yang duduk santai di kursi, mereka tak lain adalah empat pengawal pribadi Ghuntiris yang memiliki level 95.“Tentu saja, kalian tidak akan bisa mengelabui pangeran Ghuntiris,” jawab seorang elf dengan job class swordman sambil berdiri.“Kami sudah menunggu kedatanganmu sejak tadi,” timpal elf dengan job class blacksmith.“Tidak aku sangka ternyata si pengembara itu malah mengutus wanita untuk melawan kita,” timpal elf dengan job class guardian.“Dia tampaknya meremehkan kita,” tukas elf wanita dengan job class wiz
“Mustahil,” ujar prajurit kerajaan yang memiliki job class assassin.Para assassin saja hanya bisa terdiam pasrah karena tidak ada yang mampu melihat pergerakan Shana sedikitpun. Memang pada dasarnya Shana tidaklah bergerak, dia hanya terus berteleportasi tanpa henti dengan kemampuan skill ultimate miliknya. Empat pengawal pribadi Ghuntiris juga tidak dapat berkutik, mereka tidak dapat melihat pergerakan Shana.Satu demi satu prajurit kerajaan yang mengepung Shana langsung tewas ambruk ke tanah dengan luka tebasan dan tusukan pedang di titik vital tubuhnya. Shana bahkan tidak perlu menggunakan skill swordman miliknya untuk mengalahkan mereka semua, beberapa assassin yang mencoba mengimbangi pergerakan Shana juga tidak berkutik.Saat wujud para assassin lenyap dari pandangan semua orang, tak lama kemudian tubuhnya sudah ambruk ke tanah dengan luka fatal dari serangan Shana. Semua prajurit hanya dapat pasrah menunggu giliran kematian mereka hingga pada akhirnya tidak ada yang tersisa la
Saat debu-debu mulai memudar dan keadaan kembali normal, terlihat banyak sosok elf di area belakang istana. Mereka tak lain adalah para prajurit penjaga istana yang dikerahkan Ghuntiris untuk menjaga area belakang istana. Jauh di belakang mereka terlihat ada seorang elf job class fighter dengan armor terbaik. Dia tak lain adalah pengawal pribadi Ghuntiris yang tersisa.Di samping elf fighter tersebut tampak ada Ghuntiris yang sedang duduk di kursinya dengan santai. Sementara di samping Ghuntiris terlihat ada seorang prajurit elf membawa seorang gadis manusia yang kedua kaki dan tangannya di rantai. Prajurit elf tersebut tampak menghunuskan pedangnya ke leher si gadis yang tampak sudah pasrah.“Apakah gadis itu adalah temanmu?” tanya Satria kepada Reina.“Eh? kelihatannya bukan,” jawab Reina sambil menatap tajam gadis yang dirantai di dekat Ghuntiris.“Begitu ya. Kelihatannya dia juga menculik orang lain selain teman-teman Reina,” batin Satria seraya menatap tajam Ghuntiris yang menyer
“Bagaimana Ghuntiris? Apakah kau mau menerima tantangan dariku?” tanya Satria sembari menyeringai.“Kau jangan harap aku akan terperangkap ke dalam jebakanmu. Aku yakin kau sudah menyiapkan sesuatu di sana untuk membuat para prajurit yang melihatnya berbalik membenciku. Apakah aku salah?” tukas Ghuntiris yang tetap tidak menyerah. Tapi tangan kanannya tampak sudah menggenggam erat busur panah yang dia letakan di dekat kursinya.“Kelihatannya lagi-lagi kau meremehkan kesetiaan dan kemampuan para prajuritmu sendiri. Kau pikir aku dapat mudah masuk ke dalam istana hanya untuk membuat jebakan rumit untukmu? Waktu menyelamatkan Irishviel saja aku sudah kewalahan, bagaimana bisa saat ini aku menyusup ke sana membawa banyak gadis manuisa untuk menjebakmu?” balas Satria.“Dan untuk kalian para prajurit Kerajaan Alf yang terhormat. Jika kalian tetap ingin berpihak kepada Ghuntiris maka dipastikan kalian akan berakhir hina sebab dia tidak berada di posisi yang benar saat ini. Buktinya anggota T
Satria sengaja mengulur waktu dengan melayani debat Ghuntiris sampai semua persiapannya selesai, semua itu dia perlukan demi menyelamatkan gadis yang dijadikan sandera oleh Ghuntiris. Sebab dia tidak mau mengorbankan siapapun selagi dia masih punya kesempatan untuk membuat rencana menyelamatkannya, terlebih ada kemungkinan gadis tersebut juga seorang player dari dunia nyata.“Habisi wanita itu!” perintah Ghuntiris yang langsung melompat dari kursinya dan menarik busur panahnya untuk menyerang Satria.“Autumn solaris!” ucap Ghuntiris hendak menggunakan skill archer level 90 miliknya. Sementara itu prajurit yang menghunuskan pedangnya di leher sandera segera mengayunkan pedangnya untuk memenggal gadis tersebut. Seakan pasrah gadis yang menjadi sandera hanya menutup matanya saja dengan airmata terus mengalir di kedua pipinya.“Assassin,” gumam Satria mengubah job classnya hingga pedang hitam di tangannya berubah bentuk menjadi dua pisau hitam.“Reina, kendalikan archangel milikku untuk m
“Jika saja Irishviel tidak memiliki permintaan agar jangan menghabisimu maka saat ini aku sudah melakukannya!” tegas Satria.“Kak Satria,” panggil Reina sambil berlari mendekat.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Satria.“Aku baik-baik saja kak,” jawab Reina, tatapannya tertuju ke luka-luka yang ada di tubuh Satria. Reina langsung menggunakan sihir healing untuk menyembuhkan Satria, cahaya berwarna kuning terang seketika menyelimuti Satria tapi luka-lukanya tidak pulih sama sekali.“Itu percuma saja, kau tidak akan bisa menyembuhkannya,” tukas Satria sambil berjalan menuju lubang menganga dan dalam yang dia buat dengan kemampuan gnome.“Eh? Tapi kenapa?” tanya Reina yang bingung sebab baru kali ini dia menemukan luka yang tidak bisa disembuhkan di dunia ini.“Luka ini tidak aku dapatkan di dunia ini, luka ini sudah ada sejak aku datang ke dunia ini. Singkatnya ini adalah luka-luka yang aku dapatkan selama dua tahun lebih bersekolah di SMA,” jawab Satria seraya merubah job classnya ke ran
Tiba-tiba saja beberapa gadis yang ada di sana segera menghampiri Vina dan memeluknya dengan erat, mereka terlihat menangis tersedu-sedu. Melihat hal itu para gadis yang diculik oleh Ghuntiris lainnya ikut menghampiri Vina. Di lain sisi, Reina juga segera berlari menuju teman-teman sekelasnya yang diculik oleh Ghuntiris. Suasana haru mulai menyeruak di aula kedua istana Kerajaan Alf, para pelayan yang hendak membawa para gadis untuk berganti pakaian juga tampak kebingungan.“Apakah mereka adalah teman-temannya?” gumam Satria saat melihat banyak gadis yang saling memeluk Vina, tapi yang membuat bingung adalah teman-teman Reina juga ikut memeluknya seakan sudah saling mengenal.“Satria,” sapa Alexa menggunakan cincin ring of notes.“Sebentar nona,” tukas Satria kepada Anniel dan Irishviel.“Apakah kamu baik-baik saja?” tukas Satria.“Aku baik-baik saja. Bagaimana keadaanmu?” balas Alexa.“Semuanya berjalan sesuai dengan rencana, kami berhasil menyelamatkan para gadis yang diculik, semua