Perlahan mata Nasya terbuka dan menyipit ketika merasakan sinar matahari yang masuk melalui jendela. Wanita itu mencoba untuk duduk akan tetapi tidak bisa karena kakinya yang sakit, ia memandang sekitar dan menyadari bahwa dirinya sudah di rumah.
Kakinya juga sudah di beri obat, bahkan bibir Nasya sudah diberi salep. Pintu kamar terbuka menampakkan sosok Galen yang datang sambil membawa bubur, dia mengernyit keningnya heran. Kenapa dirinya bisa tiba di rumah padahal kemarin Tari hampir saja membunuhnya.
"Makanlah ini dulu, kau pingsan dari kemarin. Dan belum makan apapun, pikirkan tentang anakmu juga," ucap Galen meletakkan gelas air di dekat ranjang, ia menyendokkan bubur ke mulut istirnya yang masih terkatup.
Helaan napas kasar terdengar ketika Nasya tidak membuka mulutnya, "Nanti aku akan menceritakan semuanya, ayo makan."
Setelah mendengar ucapan Galen, Nasya menganggukkan kepala paham. Ia membuka mulutnya dan m
Seminggu sudah Nasya berdiam diri di rumah, sesekali Keina dan Stelle mengunjungi dirinya sambil membawa beberapa makanan sehat untuk Ibu hamil. Bahkan tiada hentinya kedua wanita itu memanjakan Nasya yang membuat ia tak enak hati.Di sinilah mereka semua sekarang, menghadiri pengumuman kelulusan Nasya dan Galen. Kedua keluarga itu duduk saling berdampingan, terlihat jelas wajah penuh antusias yang diberikan oleh Keina dan Stelle.Kepala Sekolah berdiri di atas podium dengan wajah sumringah, lelaki paruh baya itu memberikan ucapan sambutan dengan jelas dan singkat, bahkan sesekali mencoba menghibur para undangan dengan ucapannya.Hingga tibalah di puncak acara yang begitu di nanti-nanti oleh para siswa, Nasya menjadi begitu gugup sekarang, dia meremas bajunya kemudian mengatupkan kedua tangan di depan dada. Ratu yang duduk di samping tubuh sahabatnya ikut berdebar, ia memegang tangan Nasya dan mengangguk."Ini
Pagi ini Nasya sudah bangun dan sibuk membuatkan sarapan untuknya dan Galen, wanita itu sengaja menyibukkan diri agar masalah yang dia hadapi tidak terlalu di pikiran.Dua piring berisi nasi goreng sudah tersaji di atas meja, Nasya berniat akan memanggil suaminya yang masih tidur. Akan tetapi langkahnya terhenti ketika melihat Galen keluar dari kamar yang berada di dekat tangga."Pagi Galen, aku pikir kamu masih tidur." Nasya menyapa dengan suara yang begitu riang, namun tampaknya Galen tidak dengan mood yang baik pagi ini.Dia mengabaikan sapaan Nasya dan berjalan begitu saja menuju meja makan, menikmati nasi goreng yang dimasak oleh istrinya tersebut. Wanita hamil itu sedikit kecewa dengan ekspektasi yang ia bayangkan, bahwa Galen akan membalas sapaannya dan mengajak ia untuk sarapan bersama.Kaki mungil wanita itu berjalan menuju meja makan dan duduk di hadapan Galen, entah kenapa dia merasa bahwa hari ini
Matahari sudah bersinar sedikit tinggi, perlahan gorden berwarna putih tersebut terbuka lebar membiarkan cahaya masuk ke dalam kamar. Galen mengernyit saat merasakan cahaya terang membuat matanya silau, kemudian mata hitam itu terbuka lebih lebar.Nasya berdiri dengan senyuman manisnya, wanita itu mendekati Galen dan merapikan bantal yang ia pakai."Selamat Pagi Galen," sapa wanita itu riang, "Jika kau lapar. Lebih baik makan dulu, aku sudah memasak tadi.""Hm." Pria itu hanya bergumam tak jelas. Dia bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi, berbeda dengan Nasya yang melihat suaminya gemas.Tak lama kemudian Galen sudah siap dengan pakaian santai, dia berjalan menuruni tangga menuju meja makan. Walaupun biasanya ia tak sarapan, setidaknya sekarang dirinya harus menghormati Nasya yang sudah membuatkan ia makanan.Matanya melihat sang istri yang menatap dirinya heran. Dan dia sudah tahu pa
Suara jangkrik menemani malam hari Galen, lelaki itu duduk sambil menyeduh kopi yang Nasya buat. Pikirannya melayang ketika melihat sebuah bingkai foto besar yang terletak di ruangan yang bisa di sebut ruang kerjanya.Helaan napas panjang keluar dari mulut Galen, tangannya kembali terulur untuk mengambil kopi yang terletak di atas meja."Entah kenapa untuk melupakan dirimu sangat susah, di mana kamu sekarang? Apa kamu tak merindukanku?" tanya lelaki itu sembari menatap bingkai foto besar tersebut. Namun, tak lama kemudian ia langsung menggelengkan kepala pelan, "Hah! Apa yang baru saja aku katakan? Kenapa aku harus mengingat nya lagi, padahal sudah ada Nasya menemani ku sekarang."Cangkir yang berisi kopi tadi sudah tandas di teguk oleh Galen, ia menolehkan kepala pada pintu ketika mendengar suara ketukan yang khas, dan dapat di pastikan bahwa itu adalah Nasya. Istrinya yang sedang dalam masa mengidam parah, selalu meminta hal-hal y
Sudah enam bulan lebih sejak Galen dan Nasya menikah, walaupun pada awalnya Galen tak mempedulikan Nasya, namun lambat laun keduanya tampak bisa menerima kehadiran masing-masing.Dan hari-hari mereka di penuhi dengan suka, dari belajar bersama, mengecek perkembangan bayi yang di kandung oleh Nasya bahkan sering menghabiskan waktu untuk bermain ke taman saja. Namun, entah kenapa Nasya merasakan akan ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Layak nya Pagi ini Ibu Galen sudah datang ke rumahnya dengan wajah yang begitu panik."Silakan diminum dulu Ibu, kenapa Ibu tampak begitu khawatir?" tanya Nasya sambil mengernyitkan keningnya heran.Wanita paruh baya itu menggenggam tangan menantu kesayangan lembut,"Ibu ingin mengatakan sesuatu padamu Nasya, jadi jawab pertanyaan Ibu dengan jujur. Kamu paham?""Hm.""Apa kamu mencintai Galen?" tanya Stelle yang langsung saja membuat Nasya tersentak kaget.
Semerbak aroma bunga di Pagi hari membuat Nasya tersenyum manis, ia membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat bunga-bunga yang ia tanam tumbuh dengan subur. Sinar matahari perlahan mulai menyebar ke tempat yang gelap dan juga menerpa kulit putih Nasya."Pagi yang indah," ujar wanita itu seraya merentangkan tangan menikmati terpaan angin dan cahaya matahari sekaligus. Dia kembali memasuki rumah dan melihat Galen sedang bolak-balik mencari sesuatu, Nasya mendekatinya."Apa kau melihat koran? Biasanya setiap pagi akan ada koran di sini," tanya Galen menunjuk ke atas meja ruang tengah, biasanya memang Nasya yang mengambil koran yang berada di depan pintu. Namun, dirinya harus menyembunyikan benda itu mulai sekarang."Aku tidak melihatnya, apa mungkin orang yang biasa mengantarkan koran itu sedang sakit," jawab Nasya mengedikkan bahu, bergegas saja wanita tersebut berjalan menuju dapur untuk membuat susu khusus ibu hamil yang bia
Galen berjalan menghampiri istrinya yang sudah berdiri tegak, lelaki itu menggenggam pergelangan tangan Nasya erat membuat wanita tersebut meringis kesakitan."Katakan padaku! Apa kau sudah tahu tentang semua masa laluku?" tanya Galen dengan gigi yang bergemelutuk marah.Nasya tak berani menatap Galen yang berada di hadapannya, ia hanya mencoba untuk melepaskan jari besar itu yang menggenggam tangannya kuat, tapi dengan cepat Galen kembali mempererat genggaman nya."Baiklah. Jika kau tidak ingin menjawab, berarti aku anggap saja jawabannya adalah ia. Asalkan kau tahu, dirimu tak ada bandingannya dengan Rahmi.""Lepaskan tanganku Galen!" teriak Nasya keras tepat di depan wajah lelaki tersebut. Ia mendorong tubuh Galen menggunakan sikunya.Dengan tangkas lelaki berambut hitam tersebut menahan pergerakan Nasya, dia dengan segera melepaskan pergelangan tangannya dan menatap meremehkan. "Aku tahu, pasti
Hari ini Nasya berjanji akan keluar bersama Ratu, dia dari tadi menunjukkan Galen turun dari kamar untuk meminta izin. Suara langkah kaki yang berasal dari tangga membuat wanita itu langsung menoleh, ia berjalan mendekat dan menatap suaminya."Galen, apa tak ingin sarapan dulu?" tanya Nasya menatap penuh harap, agar keseharian mereka menjadi seperti dulu lagi. Namun, kenyataan memang tak seindah yang di bayangkan. Galen membuang wajah dan melanjutkan jalannya keluar dari rumah, Nasya mencoba menahan pergerakan suaminya itu dengan menggenggam tangannya erat.Dengan wajah malas ia membalikkan badan melihat Nasya dengan tatapan datar. "Apa lagi?""Apa kau tidak sarapan?""Tidak. Aku takut kau memberikan racun di sana, atau mungkin kau mau menjebakku lagi." Galen menyeringai senang melihat ekspresi yang di berikan Nasya.Wanita berambut hitam itu kembali menatap suaminya,"Terserah apa katamu Galen