jangan lupa berikan ulasan positifnya ya kakak, biar nambah energy dan jadi penyemangat dalam menulis bab barunya... makasih sebelumnya ...
"Gadis bodoh, sedang apa kamu di sini?" tanyanya tak kalah terkejut melihat Clarissa di depannya. "Lagi tidur ... Udah tahu ini di kantor, iya kali aku sedang mandi disini." jawab Clarissa asal tanpa menyadari tatapan heran dari Yudha karena jawaban absurdnya itu. "Oh, aku mngerti sekarang." ucap Aldo sambil tersenyum mengejek kearah Clarissa. Ternyata Clarissa bekerja pada orang yang tempo hari ketemu dengannya di depan apartemen Clarissa, dalam pikiran Aldo kini jika Clarissa mempunyai hubungan special dengan lelaki yang kini ada didepannya dan mungkin sebentar lagi akan menjadi partner bisnisnya. Melihat situasi itu, yudha segera mengulurkan tangannya memperkenalkan diri pada Aldo. "Saya Yudha Prawiratama perwakilan dari Prawira energy." ucap Yudha dengan senyum ramah pada Aldo. "Aldo Frederick Parker, anda bisa memanggil saya Aldo." jawab Aldo menerima uluran tangan Yudha. "Sungguh di luar dugaan, ternyata anda pemilik dari perusahaan ini. Jadi tidak akan canggung lagi karena
Aldo yang baru saja sampai ia langsung memarkirkan mobilnya di garasi, kemudian dia dengan santai berjalan menuju ke pintu utama rumahnya. Saat Aldo baru saja memasuki rumahnya, ia melihat ke arah meja makan yang memang lampunya masih menyala. Terlihat Clarissa sedang asyik menikmati makanannya di meja makan itu tanpa memperdulikan kedatangan Aldo, padahal ini sudah lebih dari tengah malam. Aldo pun merasa penasaran, karena memang baru kali ini ia memergoki Clarissa makan tengah malam selama mereka tinggal bersama. Aldo berjalan mendekati Clarissa yang sangat lahap menikmati makanannya. Aldo menarik kursi yang ada di depan Clarissa lalu mendudukinya. Melihat Aldo duduk didepannya, Clarissa pun menghentikan aktifitas makannya dan melihat kearah Aldo heran. "Ada apa?" tanya Clarissa, karena ini di luar kebiasaan Aldo. Biasanya mereka akan duduk di meja yang sama hanya untuk membahas sesuatu hal penting, makanya Clarissa berpikir jika Aldo akan membicarakan sesuatu hal penting padanya.
Yudha mengerutkan keningnya saat Clarissa mengakhiri panggilannya begitu saja, "Ada apa sama dia?" gumamnya sambil melihat ke layar ponsel seakan tak percaya dengan yang baru saja terjadi.Yudha berusaha positive thinking, tapi hatinya menolak untuk itu. "Suara siapa barusan? Kenapa terdengar seperti suara laki-laki?" gumamnya penasaran. Hatinya berdebar kencang tak karuan, bahkan kini matanya tidak merasakan kantuk sama sekali. Pikiran Yudha masih terpaku akan dimana tempat tinggal Clarissa saat ini, dan suara laki-laki yang baru saja menginterupsi panggilan teleponnya dengan Clarissa itu suara siapa? Dan apa hubungan Clarissa dengan dia?"Rahasia besar apa yang sedang kamu sembunyikan dariku, Icha?" Yudha bertanya-tanya dengan penuh rasa penasaran.Yudha menebak-nebak apa yang sedang Clarissa sembunyikan darinya. Karena selama ini Yudha cukup tahu banyak hal tentang Clarissa, berbagai informasi tentang pujaan hatinya itu tidak ada sedikit pun yang ia lewatkan. Namun sepertinya kali
Aldo Federick Parker begitulah semua orang mengenalnya. Seorang pebisnis muda yang terkenal dengan kepandaiannya dalam hal negosiasi bisnis. Karena hal itulah ia bisa sukses merajai dunia bisnis. Kegigihannya dalam mengurus perusahaan dapat terlihat dari hasil yang telah ia capai saat ini.Orangtuanya tinggal di Indonesia. Sebagai orangtua tunggal, Papanya selalu meminta Aldo untuk pulang dengan berbagai alasan, tapi Aldo selalu menolaknya. Di usianya yang kini sudah menginjak di angka 28 tahun, Papanya sangat berharap Aldo segera menikah dan membina rumah tangga. Wajar saja jika orangtuanya mulai khawatir dengan masa depan Aldo, mengingat saat ini usianya sudah tidak muda lagi.Karena terlalu di manjakan oleh sang Papa, kini Aldo tumbuh menjadi pribadi yang senang dengan kebebasan. Jangankan berpikir untuk menikah, dalam kehidupannya, wanita bagi Aldo seperti layaknya baju yang ia pakai setiap harinya, jika bosan ia akan membuangnya.
"Baiklah, Tuan Parker, ter-se-rah bagaimana anda menilai saya. Karena penilaian anda tidak penting bagi saya." ucap Clarisa."Baguslah kamu cukup sadar diri dengan posisimu saat ini." Sinis Aldo.Tak ada jawaban dari Clarissa, ia memilih untuk diam dari pada meladeni pria arogan di depannya saat ini.Setelah menemukan kesepakatan bersama, mereka pun keluar dari cafe. Aldo membawa Icha menemui Papanya yang masih di rawat Rumah sakit. Selama perjalanan menuju ke rumah sakit, suasana hening lebih mendominasi. Baik Icha atau pun Aldo sedang asyik dengan pikiran mereka masing-masing.'Semoga dengan pernikahan ini, perusahaan Papa mendapat suntikan dana dan tidak mengalami kebangkrutan.' Batin Icha.Icha justru memikirkan tentang perusahaan Papanya yang kini sudah berada di ambang kebangkrutan jika tidak mendapat suntikan dana. Ketimbang memikirkan tentang pernikahannya dengan Aldo. Tentang bagaimana
Saat ini Aldo duduk di sofa kamarnya, kamar yang telah lama di tinggalkannya, dengan kedua tangan di rentangkan di kursi. Pikirannya kacau saat ini, sungguh ini adalah hal yang paling di benci olehnya.Pernikahan yang menurutnya hanyalah Bullshit, apa lagi cinta. Di dalam kamusnya tidak ada yang namanya cinta, karena kata-kata cinta yang keluar dari mulut wanita hanyalah omongan sampah yang tidak ada gunanya bagi Aldo.Sejak cinta pertamanya kandas, dan hanya mengincar hartanya semata, mulai dari situlah Aldo tidak pernah lagi percaya akan namanya cinta. Hubungannya dengan para wanita hanyalah sebatas penghangat ranjang, tanpa ada cinta di dalamnya.Karena baginya wanita yang bilang cinta kepadanya hanya butuh hartanya saja. Selayaknya pelacur yang meminta upah atas jasanya memberi kepuasan kepada setiap pelanggannya.Kini Aldo harus berpikir keras bagaimana dengan pernikahan yang di minta oleh sang Papa. Haruskah A
Aldo memasuki sebuah Club malam, dan tentu saja club malam tersebut adalah langganannya ketika ia berada di Indonesia. Tapi sebelumnya Aldo sudah menghubungi para sahabatnya untuk bergabung dengannya di Club tersebut.Sebuah ruangan VIP di lantai 5 menjadi ruangan paling terfavorite bagi Aldo, karena selain suasananya tenang, di ruangan tersebut sangat terjaga privasinya dengan fasilitas kedap suara yang dimiliki oleh club tersebut."Hay Dude, lama tidak bertemu? Bagaimana kabar London saat ini?" tanya Sean pada Aldo yang baru saja datang."London masih pada tempatnya yang aman. Setelah 2 tahun kita tidak bertemu, apa selera wanitamu masih tetap sama, Sean?" tanya Aldo seakan mengejek selera Sean."Cih, aku bukan dirimu, yang harus setiap hari gonta ganti wanita," jawab Sean malas menanggapi teman lamanya tersebut yang memang terkenal akan playboynya. Sedangkan tunangan Sean hanya tersenyum mendengar candaan k
Aldo menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, pandangan mata Aldo melihat ke langit-langit ruangan VIP club tersebut, "Ini juga demi kesembuhan Papa, aku belum siap jika harus kehilangan Papa," gumam Aldo pelan namun masih terdengar oleh Bima yang duduk di sampingnya. Bima hanya terdiam mendengar itu, ia tidak menyangka jika Aldo akan mengalami hal semacam ini. Dan Bima tahu jika Aldo sangat menyayangi Papanya.Bima melihat sekilas ke arah Aldo, kemudian pandangannya kembali ke depan, menatap gelas minuman yang ada di tangannya. "Cepat atau lambat kita semua pasti akan menikah, entah kamu mencintai pasanganmu atau tidak. Terlepas apapun latar belakang yang mendasarinya. Tetap saja pada kenyataannya pernikahan pasti akan terjadi, suka atau tidak suka bukanlah jawaban. Tapi semua tergantung bagaimana kita akan menyikapi pernikahan kita ini ke depannya nanti," ucap Bima terlihat serius. Aldo menoleh ke arahnya, seolah mencari makna dari perkataan lelaki tersebut.Dan