Hera memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan terlentang lebar dan membiarkan angin menerbangkan rambut panjangnya yang tergerai panjang. Wanita itu tengah berdiri menghadap kearah sungai Dewarabiru, bernostalgia ketika teringat akan banyak hal yang terkenang dalam memorinya pada tempat ini.
Dulu ketika ia masih buta, sungai Dewarabiru adalah kenangan terindah dimana Hera bisa merasakan dunia. Bersama Anastasya dan juga Jesselyn yang selalu menemaninya dan menjadi mata kedua ketika Hera masih buta.
Bahkan, Jessy sendiri sudah seperti sosok ibu bagi Hera. Ibu pengganti ketika Luna Quin telah tiada, karena Jesselyn lah yang mengajarkan banyak hal sejak dirinya masih kecil.Hera merasakan sesak dan rapuh ketika lagi-lagi teringat akan momen persahabatan mereka saat itu. Namun kini, semua itu tinggal angin lalu.
Jesselyn telah pergi dari dunia ini, dan penyebab kematian Jesselyn tidak lain dan tidak buka
King Darius berdiri ditengah-tengah aula kastil istana. Tatapan kedua matanya terarah tepat keatas singgasana kebesaran milik king Demon Zeus yang tampak begitu megah dan tinggi. Dengan kedua tangan dibelakang punggungnya, pria iblis itu tampak begitu epik, berperan sebagai sosok King Demon Zeus yang dingin dan tak tersentuh.Tidak ada yang mencurigai sosok asli dirinya dibalik wajah palsu ini. Jubah kebesaran yang biasa Zeus kenakan, bahkan tampak pas membalut punggung kokohnya.Zeus memang tidak mati, karena pada dasarnya iblis adalah makhluk yang abadi.Namun setidaknya, tombak emas yang berhasil melukai punggung Zeus saat itu bisa membuat iblis itu tidur untuk waktu yang cukup lama. Dan selagi Zeus masih terjebak di alam bawah sadarnya sendiri, Darius akan mengambil alih semua milik pria iblis itu, termasuk Istana Darken beserta isinya, lalu membunuh Hera seperti sumpah yang telah di ucapkannya dulu."Sa
Dalam ruangan kamar itu, Hera tengah duduk manis diatas pangkuan King Darius dengan kedua lengan yang melingkar dileher pria iblis itu."Yang Mulia, aku ingin darahmu.""Ya, tentu." Senyum puas tampak terukir di bibir Darius, sambil tangannya mengusap-usap punggung Hera yang masih terbalut gaun malam.Kedua makhluk berbeda jenis kelamin itu tampak larut dalam ciuman panas yang membara, sama-sama terbuai akan sentuhan masing-masing seperti biasa.Namun, Hera beberapa kali tampak mengerjap bingung dengan respon tubuhnya sendiri.Entah apa? Tapi Hera merasa ada yang berbeda.Hera merasakan nafsu yang besar seperti biasa, tapi rasa ciuman dan sentuhan Zeus terasa sangat berbeda di kulit tubuhnya."Yang Mulia ...."Cumbuan Darius bahkan telah berpindah semakin bergerak turun, menggigit dan menyentuh dimanapun yang iblis itu mau. Her
Flashback On.Jesselyn terbangun dalam sebuah tempat yang luas, gelap, dan sepi mencekam. Hanya ada keheningan malam dan juga hawa dingin ditempat itu. Wanita itu kemudian menunduk, mengamati tubuhnya sendiri yang kini tampak mengenakan gaun putih bersih yang berkilau mengeluarkan cahaya.Terakhir yang Jesselyn ingat, dirinya seharusnya sudah mati karena King Darius telah menghisap nyawanya atas permintaan Hera. Namun, dimana dirinya saat ini sungguh membuat Jesselyn bingung."Terkejut Jesselyn?"Jesselyn terkejut bukan main. Tubuhnya tampak menegang kaku, hingga wanita itu langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempatnya kini berada. Berusaha mencari-cari asal suara yang baru saja mengejutkannya itu."S-siapa itu?"Tap.Tap.
"Tidak!"Hera bangun terduduk dari tidurnya, dengan napas memburu cepat. Wanita itu lalu mengusap keringat sebesar biji jagung yang mengalir membasahi wajahnya yang tampak kuyu.Mimpi.Ya, Hera ternyata baru saja bermimpi.Dia pikir, King Demon Zeus ah, tidak! Maksudnya, King Darius telah mengetahui rencana mereka.Tapi, beruntungnya ke khawatiran itu tidak berarti sama sekali. Darius bahkan masih belum kembali ke kamar ini."Syukurlah, ternyata hanya mimpi."Hera mengeluh lega.Menyingkap bantal untuk memastikan tombak emas masih aman di tempat ia simpan.Hera lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan dan mengernyit heran ketika tidak mendapati tanda-tanda King Darius telah kembali.Hera bertanya-tanya dalam hati, kemana pria iblis itu pergi hingga masih belum kembali sampai sepagi ini.
Anyerila atau yang biasa dipanggil Anye adalah seorang mahasiswi berusia 19 tahun yang tengah menempuh pendidikan disebuah universitas ternama di ibu kota. Gadis itu tinggal bersama keluarganya, di rumah sederhana yang terletak di pinggiran kota.Anyerila baru saja turun dari bus yang ditumpanginya, yang biasa mengantarkannya pulang pergi ke kampus bersama teman sekampusnya yang bernama Elina. Dengan menentang tas dan buku skripsi di tangan kanan, kedua gadis itu tampak menunjukan raut wajah yang jauh berbeda.Elina terlihat baik-baik saja dan terus bicara disepanjang perjalanan pulang sementara disebelahnya tampak Anyerila yang terus menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan dengan gelisah, membuat Elina mengernyitkan keningnya keheranan.Elina segera menyentuh kedua bahu Anye dan memintanya untuk berhenti melangkah sejenak."Lo kenapa dah? Sakit perut."Anye menggelengk
Suara derap langkah sepasang kaki Darius terdengar menggema disepanjang lorong yang dilewatinya, membuat Enrico yang masih berada di dalam ruangan gelap itu, yang hendak membuka pintu langsung mengurungkan diri dan memilih menyingkir mundur ketika terdengar suara derit pintu yang dibuka dari luar.Wajah King Demon Zeus muncul diambang pintu masuk, membuat kepala Enrico segera menunduk sebagai bentuk penghormatan.King Darius mengamati ruangan gelap tanpa cahaya itu dalam diam lalu melangkahkan kedua kakinya masuk. Kedua netra pria iblis itumenemukan seorang gadis manusia yang tengah berlutut dengan kepala tertunduk tepat di tengah-tengah ruangan gelap tanpa cahaya.Kedua tangan Hera terikat di belakang punggung dan sebuah kain hitam tampak menyumpal di mulutnya hingga Anyerila hanya bisa berteriak tanpa suara.Darius maju mendekat kearah gadis itu, berdiri tepat di hadapan Anyerila dan mendongaka
King Darius membuka pintu kamar dengan hati-hati. Kemudian pria iblis itu melangkahkan kedua kakinya masuk kedalam sana dengan kening berkerut bingung, pasalnya tidak ada cahaya di dalam kamar itu, kecuali dua buah lilin yang sengaja di nyalakan di titik sudut kamar, sebagai penerangan di dalam gelap gulitanya kamar.Sepasang mata Darius tampak mengintai sekitar, berusaha mencari Hera diantara keremangan cahaya malam di dalam ruangan itu."Mencariku, Yang Mulia?"Hera kemudian muncul begitu saja tepat di belakang punggung King Darius. Dengan suara desahnya yang terdengar mendayu-dayu, wanita itu menyentuh kedua bahu pria iblis itu dengan jemari kedua tangan lentiknya. Hera kemudian dengan disengaja menghembuskan napas hangatnya tepat di tengkuk leher King Darius hingga pria iblis itu menolehkan kepala kearahnya dengan kedua alis bertaut."Apa yang sedang kau lakukan?"Hera segera memel
"Cepat bodoh! Kenapa jalanmu lama sekali sih. Katanya kita tidak bisa terlalu lama di dalam air?"Enrico menatap kearah ratunya itu dengan raut wajah tersakiti, melirik kearah tubuh tak berdaya King Darius yang ia pinggul diatas punggungnya.Seakan tidak peduli pada penderitaan Enrico yang membawa beban seberat King Darius, Hera terus saja mengatainya bodoh dan lambat. Padahal, mereka tidak akan bisa tiba di istana bawah laut tanpa bimbingan darinya, karena Enrico yang tahu jalan rahasia menuju istana bawah laut yang aman dan bebas dari penjagaan."Queen Hera, setidaknya tolong biarkan saya bernapas sebentar saja. Apa anda tidak kasihan pada saya yang tengah membawa beban seberat King Darius, ditambah lagi dosa besar yang dipinggul iblis ini selama hidup di muka bumi ini terlalu banyak. Tulang punggung saya rasanya benar-benar seakan ingin copot."Hera terus saja melangkah, tidak peduli pada curahan ha