Mandala, seorang pemuda yang dilahirkan dalam kemiskinan, menghadapi ujian berat setelah kehilangan kedua orang tuanya pada usia 2 tahun. Dibimbing oleh Mak Gawan, seorang pengasuh yang penuh kasih, mereka tinggal di desa kecil bernama Jelok di tepi hutan. Saat Mandala mencapai usia 18 tahun, panggilan petualangan mulai memanggilnya. Dengan Wejangan bijak dari Mak Gawan, yang tak hanya sebagai wali, tetapi juga sebagai guru dan orang tua, Mandala memulai perjalanan untuk mencari makna sejati kehidupan di luar desa yang selama ini menjadi rumahnya. Petualangannya membuka tabir rahasia masa lalunya dan membawanya pada pemahaman mendalam tentang diri sendiri dan dunia di sekitarnya.
View MoreDi tengah ketegangan, suara gemuruh memecah keheningan malam. Seorang pria kekar muncul, wajahnya menunjukkan ketegasan dan keberanian yang luar biasa. "Cepat, bawa anak kita pergi. Aku akan menahan mereka," ujarnya, mengirimkan wanita yang menggendong bayi untuk segera pergi.
"Tapi, kamuâ" tak sempat menyelesaikan kata-katanya, wanita yang menggendong bayi kecil di pelukannya segera didorong dengan instruksi pergi.Wanita itu memandang dengan ratapan sedih, air mata tak terbendung dan tidak bertahan lama untuk tidak menetes. Akhirnya, wanita itu hanya menurut dan berpaling, segera pergi. Namun, di sepanjang perjalanan, ia terus menoleh ke belakang, mengkhawatirkan nasib suaminya.Sementara itu, sosok laki-laki yang baru saja ditinggalkan menggenggam pedang erat-erat di tangannya. Dia berdiri seolah bersiap menunggu kedatangan sesuatu yang semakin mendekat.Kelebat hitam muncul seriring waktu, lima sosok berpakaian gelap dari ujung kepala sampai ujung kaki mengepung keberadaan pria itu."Maafkan aku, nak," ucapnya dalam nada yang lirih. Terpancar jelas kesedihan di sorot mata dan raut wajahnya yang tegas."Huh? Apa yang kalian tunggu, bunuh dia!" Tegur salah seorang dari lima sosok berpakaian hitam.Sang suami atau jelasnya Tiupaksa, dengan pedangnya yang bersinar di bawah cahaya bulan, mulai bergerak. Dia menghadapi kegelapan yang mengelilinginya, siap melawan meskipun kesedihan masih membayang di matanya.Tanpa kata-kata, pertarungan dimulai. Kilatan pedang dan bayangan hitam bergerak cepat, menciptakan tarian yang memutuskan kehidupan dan kematian. Tiupaksa, meski terlihat lemah akibat memikirkan keadaan istri dan anaknya, menghadapi lawannya dengan tekad yang tak tergoyahkan.Namun, pertarungan ini tak hanya soal fisik. Tiupaksa, sembari bertarung, dia merenung tentang masa depan yang terancam bagi keluarganya. Dia tahu bahwa tak hanya nyawanya yang dipertaruhkan, tetapi juga kehidupan istri dan anaknya.Dengan begitu, laki-laki tersebut memobilisasi seluruh kekuatannya, pancaran kilat muncul menghiasi bilah pedangnya. Hanya demi anak dan istri, segalanya dapat dikorbankan.Sabetan pedangnya menghantam beberapa kali pada sosok berpakaian hitam, namun serangan beruntun dari berbagai sisi membuat Tiupaksa harus lebih cekatan dan waspada. Selain itu, setiap lawannya memiliki kekuatan yang cukup tinggi, memaksa dia mundur beberapa langkah.Kobaran api tersulut ketika bilah pedangnya menebas udara, hampir menyentuh tubuh Tiupaksa. Pertarungan terus berlanjut dengan masing-masing mengerahkan seni bela diri dan kekuatan tenaga dalam yang mereka miliki.Dengan usaha kerasnya, satu dari lima sosok berpakaian hitam tertusuk tepat di dadanya. Orang itu menjerit kesakitan, wajahnya yang tertutup hanya memperlihatkan kedua mata yang melotot penuh sentakan.Tersisa empat musuh yang harus dihadapi oleh Tiupaksa. Sayangnya, nafasnya mulai tersenggal dan tenaganya pun mulai menipis."Sudah kukatakan untuk berhati-hati, dasar bodoh!" Maki, salah satu dari sosok berpakaian hitam, dengan geram memandang Tiupaksa.Sejenak, kobaran api tersulut dari lengannya yang kemudian menjalar melewati permukaan pedang di genggamannya. Pria itu menyusun kuda-kuda bela diri lalu menerjang ke arah Tiupaksa."Mati!" Geramnya menghadap Tiupaksa dengan kemarahan.Sosok laki-laki sederhana sepertinya tidak dapat diremehkan. Bahkan dengan lima pembunuh bayaran, mereka masih kewalahan menghadapinya. Ketangguhan Tiupaksa berasal dari kekhawatiran terhadap istri dan anaknya.Dalam kegelapan malam, Tiupaksa dan pembunuh itu saling berhadapan di medan pertempuran. Angin sepoi-sepoi membawa getaran tegang. Tiupaksa, dengan keberanian yang membara, melancarkan serangan pertamanya, menggetarkan udara dengan ketangguhan hatinya. Sementara itu, pembunuh bayaran mencoba menaklukkan Tiupaksa dengan kecepatan dan keahlian mereka.Dalam serangkaian gerakan yang cepat, pedang dengan api dan kilat bersentuhan, menciptakan percikan cahaya memukau. Kekuatan Tiupaksa terus berkelebat, didorong oleh tekadnya untuk melindungi keluarganya. Setiap serangannya membawa kekuatan emosional yang membuatnya sulit diatasi oleh lawannya. Namun, tidak selamanya Tiupaksa dalam keadaan normal penuh tenaga, dan ini menjadi batasan dalam dirinya.Tiupaksa, kendati penuh tekad, mulai merasa kewalahan di hadapan keahlian luar biasa para pembunuh bayaran. Setiap serangan yang dilancarkan oleh lawannya terasa seperti badai yang tidak dapat dihindari. Meskipun kekuatannya bersumber dari cinta dan tekad, Tiupaksa merasakan kelelahan yang semakin mendalam.Pembunuh itu saling berkoordinasi, menciptakan strategi yang sulit dipecahkan oleh Tiupaksa. Langkah-langkahnya menjadi terhenti, dan senjatanya mulai terasa berat. Kehadiran gelap mengitari dirinya, memperlihatkan bahwa bahkan sosok laki-laki tangguh sekalipun dapat mengalami kekalahan di tengah pertempuran yang sulit.Bilah pedang menusuk melewati dada, perut dan kakinya, seketika itu juga darah terciprat bercucuran membasahi kain yang melapisi tubuhnya. Tiupaksa berusaha keras menahan rasa sakit ketika darah hangat mengalir di tubuhnya.Dalam keheningan malam yang gelap, Tiupaksa merasakan kelemahan tubuhnya, namun tekadnya tidak padam. Sambil tersenyum kepada pembunuh yang mendekat, dia berkata dengan suara perlahan."Kekuatan terakhirku bukan untuk kehidupan, melainkan untuk melindungi cinta yang tak tergoyahkan. Kalian mungkin mengalahkan tubuh ini, tetapi rohku akan menjadi badai yang melibas kalian."Dengan gerakan terakhir, Tiupaksa mengumpulkan seluruh kekuatannya. Cahaya terang menyinari matanya yang penuh tekad, dan seakan-akan energi berbasis kilat tersembur dari dirinya. Pada saat yang sama, pembunuh itu merasakan getaran aneh di udara.Tiupaksa, dengan suara tegas: "Dalam kekalahan ini, aku bawa kalian bersamaku."Pembunuh bayaran yang awalnya yakin mulai merasakan ketidakpastian di hadapan sosok sederhana ini. Firasat buruk menghampiri setiap dari mereka, namun sudah terlambat untuk mengelak dari daya tarik luar biasa energi kilat.Bang!Dalam ledakan energi yang dramatis, Tiupaksa mengeluarkan kekuatan terakhirnya, membawa kematian kepada para pembunuh. Serangan terakhirnya menghasilkan kilatan yang menyapu mereka dalam tarian cahaya dan desis kilat.Saat debu pertempuran mereda, hanya tinggal senyap yang menyaksikan pengorbanan Tiupaksa, seorang pahlawan sederhana yang membawa mati musuh-musuhnya untuk melindungi keluarga tercintanya.Dalam detik terakhir, Tiupaksa menatap langit malam dengan mata penuh penyesalan, menyesal tidak dapat melihat anaknya tumbuh bahagia. Pada akhirnya, tubuhnya yang setengah hancur merosot ke tanah, memberikan pengorbanan terakhirnya demi melindungi keluarga. Pertarungan epik ini berakhir dengan kekalahan dan kemenangan yang mengguncang, meninggalkan cerita tentang keberanian dan pengorbanan yang tak terlupakan.Ketegangan mencapai puncaknya, dan seluruh hutan menjadi saksi bisu dari perjuangan yang tak terelakkan ini...Di bawah sinar bulan, suara tangisan bayi terdengar di tempat yang lebih aman di kedalaman hutan, sosok wanita yang mendekap bayi itu menatap jauh ke arah tempat suaminya. Derai air mata membasahi pipinya, menggambarkan kecemasan yang begitu mendalam. Namun, dalam kegelapan malam yang sunyi, semangat bertahan dan harapan pun masih berkobar di mata wanita itu.Dengan senyum yang terpaut kesedihan, wanita itu melihat anaknya dengan gembira, berusaha menenangkan agar tidak menangis. Wajahnya mencerminkan kelelahan, tapi kehadiran anak kecil di pangkuannya memberikan secercah kebahagiaan di tengah-tengah kesulitan."Tak apa-apa nak, ibu di sini," bisiknya dengan lembut seraya mengelus lembut bayi kecil itu. Matanya yang lelah berkilat-kilat melihat keajaiban yang terletak dalam setiap senyuman dan tangisan anaknya....Mendengar itu, Mandala sedikit merasa aneh. Sebenarnya, bukan itu yang dia maksudkan, tapi entah mengapa gadis ini memiliki begitu banyak pertanyaan.Mandala mencoba menjelaskan, "Tentu aku bersedia bekerja sama, tapi kita juga harus fleksibel. Mungkin akan ada situasi di mana kita harus bergerak sendiri. Yang penting, kita saling mendukung dan berbagi informasi.""Baiklah kalau begitu," kata Hayin. "Aku juga akan berusaha menemukan informasi mengenai kebenaran semua ini."Berpikir untuk menemukan ide dalam memecahkan masalah, Mandala dan Hayin berusaha keras mengobrak pikirannya, memikirkan rencana apa yang harus dia lakukan.Tapi, dengan kekuatannya saat ini, menghadapi bahaya tak terduga ataupun berurusan dengan para Mangku misterius itu sangatlah mustahil baginya. Bukan hanya dirinya, bahkan seluruh pemuda yang senasib dengannya tidak akan mampu mengatasi orang-orang itu, walaupun jumlah mereka terbilang banyak.Dalam keheningan gua yang gelap, Mandala dan yang lainnya terus menca
Mandala dan para anak muda berdiri bersama, memperhatikan dengan seksama sosok Mangku yang tampak memiliki aura mencekam dan menakutkan. Mereka merasakan kehadiran yang kuat dan misterius dari para Mangku tersebut.Tak seorang pun menunjukkan celah identitas mereka, hampir semua tubuh mereka tertutup kain hitam, kecuali daerah sekitar mata.Anak-anak muda yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menggigit bibir dengan rasa takut dan khawatir.Sejak diculik, mereka terikat tali cukup lama, tanpa mengetahui alasan atau penyebabnya. Ikatan itu kemudian dilepaskan, namun mereka dibawa ke tempat yang tidak diketahui.Sekarang, mereka berdiri kaku, menyembunyikan keresahan hati masing-masing di hadapan sekelompok orang berbahaya ini."Satu hal yang harus kalian ketahui, mulai sekarang kalian akan menghadapi kehidupan seperti neraka, dan jangan coba-coba kabur dari sini." Nada suara yang dingin masih membingungkan.Sebagian dari pemuda yang diculik tidak mengerti perkataan itu."Tunggu, apa maksud
Waktu berlangsung sangat lambat bagi Mandala yang terkurung di dalam gerbong tanpa dapat bergerak bebas.Di dalam gerbong kereta itu, Mandala tak mengetahui berapa waktu yang telah berlalu. Namun, menurut perkiraannya, telah lewat satu hari penuh, dari malam hingga malam lagi.Langkah kuda dan roda gerbong kereta tiba-tiba berhenti bergerak, memberikan sedikit rasa tegang dan kepanikan di antara Mandala dan anak-anak lainnya.Tak lama pintu kayu yang dilapisi jeruji besi perlahan terbuka, memperlihatkan nyala obor dan sekelompok orang berpakaian hitam. Penampilan mereka tampak misterius di mata anak muda yang tinggal di dalam gerbong."Kalian semua bisa keluar!" tukas salah seorang dari sekelompok sosok misterius itu.Mereka ragu-ragu sejenak, namun dengan terpaksa melangkah keluar setelah melihat tatapan tajam dari mata sekelompok orang misterius itu.Setelah keluar dari gerbong, Mandala dan anak-anak lainnya dikepung oleh sosok-sosok misterius. Suasana tegang semakin terasa ketika s
Ketika malam semakin larut, sosok Mandala tiba-tiba membuka mata dari tidurnya yang nyenyak. Entah mengapa, ia merasakan kegelisahan dalam dirinya tanpa penyebab pasti. Mandala kemudian bangun dari tempat tidurnya, mengedarkan pandangannya ke segala arah. Namun, ia hanya menemukan kamar yang tenang, diterangi oleh cahaya samar dari lampu minyak."Apa aku baru saja bermimpi buruk?" ungkapnya dengan rasa keanehan."Kurasa tidak, atau mungkin aku terlalu kelelahan," ucapnya lagi sebelum hendak duduk bersila di atas lantai kamar penginapan.Tapi, secara tak terduga, sosok berseragam hitam muncul di belakangnya, memberikan Mandala kejutan yang luar biasa.Sayangnya, ia tidak dapat bereaksi tepat waktu sebelum sosok berseragam hitam itu menghantam tengkuknya dengan keras, membuat Mandala terjatuh pingsan dalam sekejap mata."Target terakhir selesai," bisik kata sosok itu.Ia kemudian membawa tubuh Mandala yang jatuh pingsan di atas bahunya, keluar melewati jendela kamar pengitapan di tempa
Semuanya mengangguk setuju, berdasarkan penilaian mereka, tidak ada yang memenuhi syarat untuk memasuki perguruan, kecuali para peserta mencapai peringkat sepuluh besar, atau mungkin mendapatkan pengecualian berdasarkan performa mereka.Kembali ketika tombak-tombak tanah terbang ke arah Mandala dengan kecepatan luar biasa yang tidak mungkin dihindari oleh orang biasa.Namun, Mandala dengan keahliannya menghindari serangan itu seolah itu hanya angin yang berlalu. Terhitung selusin tombak terbang di udara, melewati tubuh Mandala yang bergerak seperti kilat membentuk lintasan cahaya yang luar biasa.Di balik tekanan yang luar biasa, terdapat kekuatan hebat yang baru saja bangkit dalam dirinya. Hal ini mendorong Mandala menuju tingkatan yang beberapa kali lebih tinggi dibanding kemampuan yang dia miliki sebelumnya.Gamara dengan ekspresi terkejut, ia tak menyangka serangan terkuatnya akan dihindari dengan semudah itu.Sekejap mata, sosok Mandala muncul tepat di hadapan Gamara, membuatnya s
Sayangnya, Mandala dengan sigap menghindari serangan tersebut dengan gerakan yang sangat gesit. Keduanya saling berhadapan dalam pertarungan yang semakin mendebarkan.Mandala tidak tinggal diam. Dengan kecepatannya yang didorong oleh unsur angin, ia mendekati Gamara dan melancarkan serangan bertubi-tubi. Gamara, sementara itu, terus menggunakan kekuatannya untuk mengendalikan unsur tanah, menciptakan rintangan dan perangkap di sekitar arena.Pertarungan menjadi semakin kompleks dengan setiap serangan dan kontra yang dilancarkan. Teknik tenaga dalam dan gerakan bela diri tangan kosong saling berkejaran di tengah arena. Penonton terlihat antusias oleh pertunjukan kekuatan dan keahlian yang ditunjukkan oleh kedua petarung.Tetua Manik Putih di podium penjurian, sementara itu, memperhatikan dengan cermat. Ia meresapi setiap aspek pertarungan, mencoba memahami kedalaman strategi dan keahlian bela diri yang ditunjukkan oleh Gamara dan Mandala.Di tengah intensitas pertarungan, Gamara dan Ma
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments