Aku merasa terpukul dengan kata-kata Tante Belinda yang tiba-tiba menawarkan aku untuk membesarkan Kenzie bersama Keenan. Aku begitu bingung dengan perubahan sikapnya dan tidak mengerti maksud di balik penawarannya."Apa maksud Tante berkata seperti itu?" tanyaku dengan kebingungan kepada Tante Belinda. Aku merasa terombang-ambing dengan perasaan bingung terhadap tindakan tiba-tiba Tante Belinda yang ingin menghidupkan kembali keterlibatan Keenan dalam kehidupanku dan Kenzie.Tante Belinda menatapku dengan penuh penyesalan di matanya. "Begini, Kiara. Aku tahu selama ini aku sudah berbuat salah kepadamu. Aku menyesal telah menyuruhmu meninggalkan anakku, Keenan, enam tahun yang lalu. Maaf bila semua itu telah menyakiti perasaanmu," ujar Tante Belinda dengan suara yang lembut.Mendengar penjelasan Tante Belinda, hatiku semakin memanas dan rasa emosi yang terpendam selama ini mulai muncul. Aku merasa marah dan terluka dengan apa yang Tante Belinda katakan. Bagaimana mungkin Tante Belinda
"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadanya?" ucap Keenan, wajahnya terlihat serius saat menatap Jordi."Kenapa tidak dibicarakan di sini saja?" tegur Jordi dengan ekspresi yang kesal.Keenan terdiam sejenak, pria itu tampak ragu. "Ada sesuatu yang penting, dan aku ingin membicarakannya empat mata dengan Kiara," jawabnya dengan suara tegas.Jordi menatap Keenan dengan ekspresi serius, kemudian mengangguk. "Baiklah, aku memberikan waktu 10 menit untuk kamu berbicara dengan Kiara."Keenan mengangguk sebagai tanda terima kasih. Kemudian, ia membimbingku menjauh dari tempat itu menuju ke sebuah tempat yang sunyi. Ketika kami telah cukup jauh, aku merasa penasaran dengan apa yang ingin diungkapkan oleh Keenan."Apa yang ingin kamu sampaikan, Keenan?" tanyaku dengan hati-hati, mencoba mengungkap alasan di balik keinginannya untuk berbicara secara pribadi.Keenan menghela napas dalam-dalam, terlihat gusar saat ingin mengungkapkan sesuatu kepadaku. "Aku perlu mengungkapkan sesuatu yang sa
Saat ini, hatiku penuh dengan pertanyaan dan kebingungan. Aku ingin membawa Kenzie, putraku, bersamaku ke Singapura, tetapi Keenan dan Tante Belinda justru melarangku melakukannya. Bagaimana bisa aku meninggalkan putraku, yang selalu menjadi temanku dalam kesedihan dan kebahagiaan, yang selalu merayakan setiap langkahku dalam hidup, dan yang sekarang telah terjerat dalam dilema ini karena aku sendiri.Aku mencoba membicarakan keputusanku dengan Jordi, kekasihku yang sebentar lagi akan menjadi suamiku. Namun, dia tak bisa mengambil keputusan apa pun karena pekerjaannya sebagai dokter di Singapura dan keinginannya untuk memulai hidup baru di sana. Aku tahu, hidupku tak hanya tentang diriku sendiri, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dan dipikirkan bersama-sama dengan pasangan hidupku.Namun, Keenan selalu menjadi penghalang utamaku. Dia memperingatkanku bahwa jika aku membawa Kenzie pergi bersamaku, dia akan mengambil hak asuh putraku dari tanganku. Aku tak mau kehilangan putraku,
Sesaat setelah aku membuka mata, aku merasa tubuhku begitu lelah. Jam alarm di atas nakas membangunkanku dari tidur panjangku, dan aku langsung mematikan alarm tersebut. Lalu, aku meletakkan jam tersebut kembali ke atas meja.Kusibak selimut yang menutupi tubuhku, dan turun dari ranjang yang empuk. Namun, sebelum kaki ini menyentuh lantai, aku teringat kalau tadi malam aku tidur bersama anakku, Kenzie, namun ia tidak ada di kamar saat ini. Mungkin Kenzie sedang di luar atau di kamarnya. Aku tidak ingin berlama-lama memikirkan itu, dan segera turun dari tempat tidur untuk membersihkan tubuh yang lelah.Aku membuka pintu kamar mandi dan memulai menyalakan kran shower. Gemericik air dingin langsung menyentuh kulitku dan memberikan sensasi yang segar.Aku meresapi setiap tetes air dari shower yang mengalir ke tubuhku. Aroma harum dari shampo dan sabun mulai menguat di dalam hidungku. Aku merasakan bahwa hari ini akan menjadi hari yang baik.Setelah selesai membersihkan diri, aku segera kel
Aku dan Keenan memutuskan untuk mencari Kenzie ke tempat-tempat yang sering kami kunjungi bersamanya. Sedangkan ibuku dan Sissi mencarinya di sekitar rumah. Keenan mengendarai mobil dengan perlahan-lahan sambil mencari ke kiri dan kanan, berharap kami bisa menemukan putra kami.Aku merasa sangat bersalah terhadap Kenzie. Aku yang salah karena terus memaksa Kenzie untuk ikut ke Singapura. Aku merasa seperti seorang ibu yang gagal menjaga putraku dengan baik."Aku sangat merasa bersalah." Aku merasa berat hati dan menangis. "Itu semua salahku. Seharusnya aku tidak memaksanya untuk pergi ke Singapura."Hiks!"Jangan khawatir. Itu semua sudah terjadi," ucap Keenan sambil mencoba menghiburku. "Yang penting sekarang, kita harus menemukannya secepat mungkin."Aku memandang Keenan dengan tatapan kosong. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan setelah semua ini terjadi. Apa yang seharusnya kulakukan ketika aku tahu bahwa Keenan masih marah padaku?"Apa kamu masih marah padaku?" tanyaku pada Kee
"Mommy … Daddy ….”Aku terkesiap ketika mendengar suara anakku memanggilku. Aku melepaskan pelukan dengan Keenan, kami saling menatap sebentar dan melihat ke arah sumber suara. Aku begitu terkejut ketika melihat Kenzie sedang berdiri beberapa meter bersama Jordi. Sejenak, aku langsung berdiri dari tempat dudukku, aku tidak bisa berpikir jernih. Mengapa Kenzie bersama Jordi?"Kenzie," gumamku lirih bersama Keenan.Kenzie lalu berlari ke arah kami dengan cepat. "Daddy … Mommy …," panggilnya, lalu memeluk kami berdua."Ken, kamu ke mana saja? Mommy dan Daddy mencarimu terus," tanyaku sambil terus memeluk Kenzie."Maaf, Mommy … Maaf, Daddy … aku pergi tanpa memberitahu kalian dulu," ucap Kenzie dengan suara yang penuh penyesalan.Kami melepaskan pelukan, aku lalu menangkup wajah mungil Kenzie. "Ken, kamu tahu betapa khawatirnya kami," ujarku dengan lembut.Kenzie menatapku dengan matanya yang penuh penyesalan. "Aku tahu, Mommy. Maaf, aku hanya kesal sama Mommy," ucapnya pelan."Maafkan, m
Aku menatap Jordi dengan penuh penyesalan. "Jordi, maafkan aku," gumamku lirih, suara tersendat oleh getaran emosi yang masih memenuhi hatiku. Aku masih tidak sanggup berkata bahwa aku mungkin harus memilih anakku.Jordi tersenyum manis dan menepuk pelan bahuku. "Tidak apa-apa, Kiara. Aku hanya ingin melihatmu dan Kenzie bahagia, dan aku tahu kebahagiaan kalian berdua hanya akan terwujud bila bersama Keenan. Kembalilah pada mereka," ucapnya dengan penuh pengertian.Aku menghapus air mataku dengan kasar. "Aku benar-benar minta maaf kepadamu. Aku tidak bermaksud mempermainkan perasaanmu, Jordi," kataku dengan suara yang penuh penyesalan.Jordi memelukku erat, dan aku merasakan kehangatan dari dukungannya. "Aku juga bahagia bila melihatmu bahagia. Aku tahu jalan ini memang yang terbaik untukmu. Tidak apa-apa jika pernikahan kita gagal, yang penting kita masih bisa tetap berteman. Aku juga akan selalu menganggapmu sebagai adikku sendiri," katanya sambil mengusap punggungku dengan lembut.
Aku tengah bersiap-siap untuk pergi menemui Tante Belinda. Tidak hanya aku, tetapi seluruh keluargaku ikut serta. Tante Belinda mengajak kami makan malam di sebuah hotel berbintang lima. Aku tidak tahu mengapa dia mengajak kami makan malam. Rasanya semua ini seperti mimpi. Akhirnya, setelah sekian lama, Tante Belinda mau menerima aku lagi, meskipun aku tahu mungkin semua itu karena Kenzie. Tapi aku merasa ikut senang saat Tante Belinda mau menerima Kenzie dari bagian keluarganya."Mommy," kata Kenzie yang tiba-tiba datang ke kamarku.Aku langsung menoleh ke arahnya. "Iya, Ken, ada apa?" tanyaku."Aku, Oma, dan Tante Sissi sudah siap. Apa Mommy juga sudah siap?" tanyanya.Aku mengangguk. "Iya, Ken, mommy juga siap. Hey, kenapa malam ini anak mommy begitu rapi sekali?""Karena malam ini adalah makan malam yang spesial, makanya aku harus rapi," jawab Kenzie penuh semangat.Keningku mengkerut mendengar perkataan Kenzie. "Spesial?" tanyaku.Dia hanya mengangguk. "Iya, Mommy. Malam ini adal