Share

Ide Briliant

"Ndra … masih sore, kita clubbing yuk! Gue janjian sama Weny disana!" Ricko memelaskan wajah berharap sang sahabat mau menemaninya.

"Terserah lo lah!” sahut Andra ketus.

Dengan hati riang gembira Ricko memutar kemudi menuju sebuah night club termewah di Jakarta.

Tidak lama mereka pun sampai disambut petugas Valet.

Suara musik kencang menyambut mereka begitu masuk ke dalam gedung.

Mereka diarahkan petugas untuk duduk di salah satu meja, keduanya memiliki akses VIP sehingga tidak sulit menemukan meja kosong.

Pelayan datang untuk menuliskan pesanan mereka dan setelah gadis cantik dengan rok super pendek itu pergi tiba-tiba Ricko menggebrag meja membuat Andra terkejut hingga spontan mengalihkan pandangan ke arah Ricko yang sebelumnya sedang mematuti layar ponsel mengecek email masuk.

"Gue ada ide!!" teriak Ricko mencoba mengalahkan dentuman suara yang DJ mainkan.

"Ide apaan?" Andra menjawab ketus lalu memalingkan kembali wajahnya pada ponsel tidak terlalu tertarik dengan apapun ide yang berasal dari otak mesum sahabatnya itu.

Namun Ricko sudah imun dengan sikap dingin dan ketus Andra.

"Ini idenya briliant sekali Andra makanya gue semangat ...," kata Ricko antusias sampai kobaran api tampak di matanya.

"Iya, ide apa?" Andra mengulang pertanyaannya.

"Gimana kalau lo kawin kontrak selama lima Tahun, cari perempuan biasa yang enggak matre trus kasih dia lima Milyar untuk tutup mulut, perjanjian itu tertulis diatas materai dihadapan pengacara kita ... Jika dia menyebarkan berita bahwa pernikahan kalian ini hanyalah pernikahan kontrak, maka dia harus membayar ganti rugi sebesar sepuluh Triliun, gimana?" tanya Ricko percaya diri kalau idenya memang briliant.

Ricko tau Andra pernah terluka karena cinta, wanita yang dicintainya hanya menginginkan kekayaan saja.

Beberapa tahun lalu Andra sempat terpuruk karena wanita itu membawa hampir seluruh harta peninggalan Sonny Gunadhya.

Rasa sakit yang berubah benci dan dendam malah membuatnya bangkit untuk merintis perusahaan hingga lebih besar dan sukses seperti sekarang namun karena hal itu juga Andra menjadi dingin dan tidak pernah tertarik lagi dengan makhluk bernama wanita.

"Nanti lah gue pikirin dulu,” jawab Andra malas-malasan.

Tidak lama suara lembut seorang perempuan mengalihkan perhatian keduanya.

"Hai ... hai Kak Ricko, apa kabar?" sapa gadis cantik bertubuh mungil bersuara manja.

Ternyata itu Weny bersama dua orang sahabat perempuannya yang tidak kalah cantik menghampiri meja Ricko dan Andra.

Mereka bertiga adalah anak dari para bos besar perusahaan di Indonesia yang hobbynya menghabiskan uang orang tua di nightclub.

Dan entah kenapa sedikit pun Andra tidak tertarik pada mereka, pria dengan pundak lebar itu hanya diam sambil memainkan telepon genggamnya.

"Baik ..., " jawab Ricko. “Kamu apa kabar cantik?" imbuhnya lagi balas menyapa.

“Baik donk,” jawab Weny tapi matanya menatap Andra.

"Kak Andra kok diam aja? Lagi ada masalah kerjaan ya?" Weny bertanya.

"Bukan, Kak Andra lagi bingung cari cewek untuk di jadiin istri," sela Ricko menjadikan masalah Andra sebagai candaan.

"Ayo Ndra, pilih salah satu," kata Ricko menunjuk ketiga gadis yang masih berdiri di samping meja mereka.

Sontak Andra melototkan mata seolah ingin menerkam Ricko hidup-hidup sedangkan Weny tampak antusias melupakan harga dirinya.

Dia percaya dengan ucapan Ricko padahal Ricko hanya ingin mencairkan suasana dengan kelakarnya karena tahu Weny beserta dua sahabatnya bukan kriteria perempuan yang sedang mereka cari.

"Kita semua disini lajang loh Kak Andra, termasuk aku. Apa perlu kita kencan dulu untuk mengenal satu sama lain?" Weny menawarkan bersama asa yang melambung tinggi.

Andra membalas dengan senyum kecut membuat Weny yang sudah menyukai Andra dari dulu jadi kecewa.

Weny dan kedua sahabatnya didatangi seorang petugas yang mengatakan kalau meja mereka sudah siap.

Ketiga gadis cantik itu lantas pergi meninggalkan Ricko dan Andra setelah sebelumnya Weny sempat berbasa-basi dengan Ricko.

Hampir dini hari Andra dan Ricko pun akhirnya pulang, Ricko akan mengantar Andra ke rumahnya di kawasan Elite di Jakarta Selatan.

Tapi sebelumnya dua pria tampan itu mampir di sebuah minimarket untuk membeli air mineral.

Andra lupa, dia jarang membawa uang cash dengan malas dia melangkahkan kaki menuju atm disamping minimarket tapi sialnya dia juga lupa pin ATM sehingga ATMnya tertelan mesin tersebut.

"Kalau gesek kartu kredit hanya beberapa ribu rupiah kan konyol." Andra membatin.

Akhirnya Andra kembali ke mobil menemui Ricko.

"Ko ... ada receh? gue enggak bawa uang cash, ATM gue ketelen tadi lupa pin!" Andra menggaruk kepalanya merasa bodoh.

"Yaaaa … masa Presdir lupa pin ATM," ledek Ricko seraya memberikan beberapa puluh ribu rupiah kepada Andra.

Andra menutup pintu kencang sebagai balasan ledekan Ricko membuat pria itu berjengit.

“Sialan si Gunung Es!” Ricko mengumpat.

Setelah membeli air mineral mereka melanjutkan perjalanan pulang.

Sesampainya di rumah, security membuka pagar rumah peninggalan orang tua Andra yang mewah dan megah.

Rumah berlantai dua dengan cat putih bersih mendominasi, terdapat jendela-jendela kaca yang besar di bagian depan dan samping rumah tersebut.

Kolam renang dibagian belakang dan ada kolam ikan juga di halaman bagian kirinya yang luas.

Dibagian depannya terdapat garasi luas berisi deretan mobil mewah dan motor sport koleksi Andra.

"Ndra, pertimbangkan aja dulu permintaan om dan tante juga Ide gue tadi ya! Kan enggak ada salah nya ... kalau lo bangkrut gue gimana Ndra? Cicilan mobil sport gue belum lunas.” Ricko membujuk disertai kelakar.

"Berisik ah, lo tuh kaya emak-emak komplek ya cerewet banget,” ketus Andra saat keluar dari mobil Ricko yang dibalas kekehan oleh sang sahabat.

Setelah melihat Andra menghilang dibalik pintu besar bercat putih, Ricko pun menginjak pedal gas menuju apartemen miliknya.

Andra masuk ke dalam rumah di sambut asisten rumah tangga yang terlihat seperti bangun tidur, pasti sebelumnya security dari pos depan menelepon paviliun dimana para asisten tinggal untuk mengabarkan kalau dan tuan muda sudah tiba agar mereka segera membukakan pintu dan selanjutnya menunggu perintah bila sang tuan muda membutuhkan sesuatu.

Andra naik ke kamarnya tanpa sepatah kata pun kepada sang asisten rumah tangga, semua penghuni rumah itu sudah terbiasa dengan sikap dingin Andra.

Setelah membersihkan tubuh dan berganti pakaian, Andra menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

Pekerjaan dan permintaan om Salim hari ini cukup membuat pikirannya lelah.

Tidak menunggu lama dengan mudahnya Andra memasuki alam mimpi yang dalam dan tenang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status