Elma masih menatap wajah pria yang membantunya. Entah kenapa perasaannya bahagia, nyaman, adem dan tenang berdekatan dengannya.Rahang tegas, alis tebal, hidung mancung menukik, bibir merah dan sedikit tebal, pupil dan iris mata cokelat terang. Kulit tidak putih tapi tidak hitam.Wajah perpaduan antara Timur Tengah dengan pribumi asli yang semakin membuat penampilan pria itu semakin membuat Elma terpesona dengan ketampanan pria penolongnya.Pria itu pun menatap Elma tanpa bosan dia pun merasakan ada hal aneh yang terjadi di dalam hatinya ketika bersentuhan dengan perempuan berhijab coksu itu.Tiba-tiba bayi dalam kandungannya bergerak sejak pria itu memeganginya. Seolah bayinya ikut bersyukur dan berterima kasih karena telah ditolong oleh orang berhati baik.“Dokter Ebrahim, kedatangan Anda sudah ditunggu oleh kepala rumah sakit,” ucap pria yang baru saja muncul di tengah-tengah mereka.Elma melepaskan pegangan tangannya karena malu-malu dalam posisi yang cukup intim.“Makasih banyak
Erina menutup mulutnya saking tak mampunya menahan tawanya yang ingin meledak melihat reaksinya Bu Wanda. Hingga perutnya sedikit kram dan perih karena menekuk perutnya untuk menahan tawanya.“Hahaha! Auto kejang-kejang nih ceritanya,” ejeknya Erina.“Gue heran dengan sikap mereka berdua, yang gue tau mereka baik nggak seperti ini,” ucapnya Arshaka sedikit mengecilkan suaranya.Pak Ahmad dan Bu Wanda melotot, kedua mulutnya menganga lebar saking tidak percayanya jika kekasihnya adalah salah satu anak sultan yang akhir-akhir ini sering wara wiri di media cetak karena kehidupan dan kekayaannya termasuk dua puluh terbesar yang ada di tanah air.Bu Wanda sampai berdiri dari duduknya saking kagetnya mengetahui fakta yang tidak pernah diduganya.“Ja-di dia adalah putri keduanya Pak Jenderal?” Tanyanya Bu Wanda sambil menunjuk ke arah Esra.Bu Rasmi memeluk anaknya,“Benar sekali Bu Wanda, ini adalah putriku yang kedua namanya Esra. Ini gadis yang ingin ibu lamar menjadi pendamping hidup putr
Semua orang menatap ke arah kedatangan dua orang yang baru saja masuk ke dalam kamar rawat inap Erina.“Papa, Mama,” cicitnya Dhanis yang tidak menduga jika kedua orang tuanya sampai mengetahui keberadaannya.Esra hanya menatap datar kedatangan kedua orang tua kekasihnya yang dulu menentang keras hubungannya dengan Dhanis dan menjodohkan putranya dengan perempuan lain yang sama sekali tidak disukai oleh Dhanis.“Assalamualaikum, maaf kedatangan kami berdua tidak mengabarkan kepada kalian berdua,” ucapnya Bu Wanda yang tersenyum lembut ke arah Erina.“Waalaikum salam, Mama dan Papa tau kalau aku sudah sini dari siapa?” Tanyanya Dhanis yang keheranan melihat keduanya.“Mama tidak tau kalau kamu ada di sini karena tujuan Mama dan papamu datang ke sini spesial untuk menjenguk Nak Erina mantu kesayangan sepupunya Papa kalian,” jelas Bu Wanda yang sama sekali tidak melihat ke arah Esra.Esra tidak mempercayai apa yang terjadi di depannya karena dia sudah menyangka jika kedatangan mereka aka
“Ini salahku yang tidak menjaga istriku dengan baik sehingga dia harus sakit,” sesalnya Arshaka yang menyalahkan dirinya sendiri.Arshaka memakai helmnya dengan cepat-cepat dan gegas menggeber motornya menuju jalan raya.Di wajahnya nampak kepanikan dan juga takut jika terjadi sesuatu hal yang tidak baik kepada istrinya, “Ya Allah, lindungilah istriku jangan biarkan terjadi sesuatu padanya,” lirihnya.Arshaka mendapatkan kabar dari adik iparnya Esra kalau Erina dilarikan ke rumah sakit karena pingsan di tempat kerjanya sekitar beberapa menit yang lalu.Arshaka melajukan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi karena dia tidak ingin terlambat menemui istrinya.Hanya dalam waktu sekitar dua puluh menit, dia sudah sampai di area parkiran rumah sakit. Untungnya keahlian skill balapnya cukup mumpuni sehingga waktu yang biasanya ditempuh lebih dari setengah jam hanya dua puluh menit karena jalan yang dilaluinya macet.Arshaka melempar helmnya sehingga terjatuh ke atas aspal tak dipeduli
“Lo nggak kapok-kapok juga rupanya,” ejek temannya yang duduk di sampingnya.“Gue nggak bakalan kapok kecuali Akmal berhasil gue dapatkan,” balasnya.“Waras Lo nggak sih!? Masih banyak laki-laki lain yang lebih ganteng dari Akmal. Misalnya Bimo dia itu sayang dan cinta banget sama Lo,” ucapnya lagiGadis muda itu mencebikkan bibirnya,” gue gak ada rasa dengan pria modelan seperti Bimo kaya iya, tapi gue ga ada hati dengannya. Gue cuma cintanya sama Akmal doang nggak akan tergantikan sampai kapanpun.”“Terserah Lo saja! Moga Lo gak dapat karma karena menyukai suami orang lain,” ucapnya yang melajukan mobilnya setelah motor yang dikendarai Arshaka semakin menjauh.Di tempat lain…Baru saja Erina turun dari boncengan motor suaminya seseorang mendekatinya dengan tatapan mencemooh ke arah Arshaka.“Gaya suami Lo kayak bos eksekutif muda saja padahal pengangguran,” cibirnya pria yang sakit hati karena pernah ditolak mentah-mentah oleh Erina.Erina tersenyum simpul kemudian merangkul suaminy
“Lo nggak kapok-kapok juga rupanya,” ejek temannya yang duduk di sampingnya.“Gue nggak bakalan kapok kecuali Akmal berhasil gue dapatkan,” balasnya.“Waras Lo nggak sih!? Masih banyak laki-laki lain yang lebih ganteng dari Akmal. Misalnya Bimo dia itu sayang dan cinta banget sama Lo,” ucapnya lagiGadis muda itu mencebikkan bibirnya,” gue gak ada rasa dengan pria modelan seperti Bimo kaya iya, tapi gue ga ada hati dengannya. Gue cuma cintanya sama Akmal doang nggak akan tergantikan sampai kapanpun.”“Terserah Lo saja! Moga Lo gak dapat karma karena menyukai suami orang lain,” ucapnya yang melajukan mobilnya setelah motor yang dikendarai Arshaka semakin menjauh.Di tempat lain…Baru saja Erina turun dari boncengan motor suaminya seseorang mendekatinya dengan tatapan mencemooh ke arah Arshaka.“Gaya suami Lo kayak bos eksekutif muda saja padahal pengangguran,” cibirnya pria yang sakit hati karena pernah ditolak mentah-mentah oleh Erina.Erina tersenyum simpul kemudian merangkul suaminy
Berselang beberapa hari kemudian…Elma diantar oleh kedua orang tuanya dan kakaknya ke Sukabumi. Dia akan tinggal bersama dengan eyangnya selama mengandung dan melahirkan.Berat dan enggan rasanya Bu Rasmi melepaskan kepergian anak bungsunya yang memilih mengasingkan diri ke daerah asal kedua orang tuanya.Elma cukup dewasa dan bersabar menerima kenyataan pahit kalau dia harus hamil tanpa suami dalam keadaan masih suci.Elma tidak ingin berlarut-larut dalam meratapi nasibnya. Karena baginya untuk menjadi seorang ibu tidak semua perempuan ditakdirkan memiliki anak. Sehingga dia lebih optimis dan berkeyakinan kalau semua yang telah terjadi padanya ada hikmah yang sudah digariskan oleh Allah SWT untuknya.Tak terasa sudah tujuh bulan berlalu sejak keputusan Elma untuk menetap di daerah. Kehidupan mereka masih seperti biasanya sibuk dengan rutinitas sehari-hari.Hubungan Esra dan Dhaniswara masih adem-adem saja tanpa ada kepastian hubungan mereka. Dikarenakan Esra yang tidak mau melanjutk
“Gue yang akan menanggung segala dosanya, karena gue yakin keluarga wanita itu nggak bakalan mengizinkan anak yang di dalam kandungannya kamu ambil demi istrimu yang licik itu,” gumamnya sambil memperhatikan Ebrahim berbicara dengan Clara melalui telepon.Rian berjalan tergesa-gesa ke arah ruangan dimana perempuan yang bernama Rena yang rencananya disewa rahimnya untuk menjadi ibu pengganti.“Maaf, mungkin gue sudah salah dan keliru memilih untuk menyembunyikan kebenaran ini, karena banyak hati yang akan terluka jika sampai kebenaran ini kamu ketahui. Tapi, suatu saat gue akan jujur padamu.”Rian berjalan cepat, tapi tiba-tiba dari arah yang berlawanan seorang perempuan berjalan tergesa-gesa sambil menelpon nomor seseorang.“Tunggu, gue sudah menuju ke ruangan dimana Elma dirawat, kamu sabar yah setelah dari sana gue pasti menemuimu,” ucapnya.Dia menyimpan ponselnya ke dalam saku jas almamater dokternya tanpa melihat jalan yang dilaluinya.“Argh!” Teriak keduanya.“Auh sakit!” keluhn
Bu Rasmi dan pak Irfan serta yang lainnya berjalan cepat ke arah Elma. Mereka nampak khawatir melihat kondisi kejiwaan Elma.Elma memegangi tangan kedua orang tuanya,” Mama, Papa percaya kan, kalau Elma gak mungkin melakukan hal yang tidak bermoral?” Air matanya terus menetes membasahi pipinya.Pak Irfan tak kuasa menahan air matanya melihat kondisi putri bungsunya,” Papa percaya padamu. Kamu dan kakak kalian tidak bakalan melakukan hal-hal yang dilarang agama jadi kamu sabar dan tenanglah. Papa akan mencari tahu kenapa sampai kamu bisa hamil.”“Jangan pernah menganggap dirimu sudah mengecewakan kami. Karena kalian adalah anak-anak kebanggaan Mama dan Papa,” ucapnya Bu Rasmi sambil menyeka air matanya.Elma mengusap perutnya yang masih datar, “Ma, tapi bagaimana caranya Elma bisa hamil sedangkan Elma tidak pernah melakukannya, ciuman saja tidak pernah apalagi berhubungan lebih dari ciuman,” rengeknya Elma.“Kamu baring di sana sayang, kamu itu masih sakit nanti kita bersama-sama cari