Share

Selalu Ada Jalan Terbaik

Author: Kasih Dgreen
last update Last Updated: 2022-07-04 15:36:06

"Roda Pasti Berputar"

Part 6

Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Mbak Lila dan juga suami beserta anak-anaknya telah selesai menjalankan sholat Maghrib. 

Mereka kini sedang berjalan ke arah kami yang sedang duduk di halaman Masjid. 

"Nining? Kok kalian belum pulang?" Tegurnya, kemudian duduk di sebelahku. Mbak Lila benar-benar wanita yang baik dan rendah hati. Dia tak segan-segan untuk duduk di halaman masjid seperti ini. Padahal dia adalah bos atau owner dari toko kue terkenal yang kini sedang viral.

"Belum, Mbak. Niatnya kami mau ajak anak-anak keliling dulu, cari angin," jawabku sambil tersenyum. 

"Kalian semua udah pada makan? Kalau belum, kita ngobrol-ngobrol di resto depan sana yuk," aku dan Mas Adnan saling bertatapan. Seketika ada rasa tak enak di hati. Karena memang kami baru saja kenal, dan aku takut malah seperti orang yang kurang sopan.

"Kok diem? Ayo kita makan dulu disana. Tenang, saya yang traktir, untuk ngerayain perkenalan kita agar lebih akrab." Tuturnya lagi. Seolah kami adalah teman yang sudah kenal lama.

"Udah, ayo Mas, Mbak. Rezeki jangan ditolak, pamali kata orang jawa. Hehehe," kini suaminya Mbak Lila ikut menimpali ucapan istrinya.

Akhirnya kami pun menyetujui ajakan Mbak Lila untuk makan bersama di dekat restoran depan, tak jauh dari masjid ini. Aku dan Mas Adnan menaiki motor, sedangkan Mbak Lila beserta keluarga kecilnya menaiki kendaraannya sendiri. Mbak Lila sempat menawarkan kami untuk bareng bersamanya di mobil. Cuma karena rasa tak enak hati, maka kami menolaknya, dengan alasan kalau aku tak bisa naik mobil, karena suka mual jika naik mobil.

***

Kini kami semua telah memasuki restoran yang cukup mewah. Aku, Mas Adnan, serta kedua anakku sukses dibuat tercengang dengan dekorasi resto tersebut. Karena jujur saja, selama ini aku belum pernah sama sekali masuk ke dalam restoran mewah seperti ini. Untuk bisa makan sehari-hari saja aku sudah bersyukur, dan tak pernah terpikirkan olehku untuk bisa makan di tempat seperti ini.

Memang benar kata pepatah, kalau rezeki tak akan kemana. Kini, aku ada disini bersama keluarga kecilku, dan bisa merasakan masakan mahal di restoran ini. Itu semua karena jalan dari Allah, melalui perantara umatnya.

Setelah memesan makanan yang menunya tak ku mengerti sama sekali, begitupun dengan Mas Adnan. Kami seperti orang yang sangat bodoh di tempat ini. Karena kami benar-benar tak tahu sama sekali soal menu makanan di tempat ini. Dan rata-rata tulisan menu disini berbahasa inggris, bahasa yang kurang kupahami, begitu juga dengan Mas Adnan.

Mbak Lila yang memberitahu pada kami tentang detail menu disini, lalu menjelaskannya. Dan akhirnya kami pilih daging yang dibakar dan diberi bumbu rahasia. Begitu kata Mbak Lila.

"Oh, iya kamu kerja dimana, Mas?" Suami Mbak Lila bertanya pada Mas Adnan.

"Saya jualan keliling, Mas. Kami berdua jualan makanan kecil, dibungkusin oleh istri saya, dan saya yang berkeliling menjajakannya," tutur Mas Adnan dengan canggung. Wajah suamiku itu juga agak sedikit menunduk, seperti malu dan enggan menjelaskannya.

"Bagus dong ya, jadi pengusaha snack." Kami berdua saling bertatapan dan tersenyum. Bingung dengan ucapan suami Mbak Lila.

'Pengusaha? Pedagang, kali Mas?' Sahutku dalam hati, tak berani bicara langsung.

"Bukan pengusaha, Mas. Cuma pedagang kecil-kecilan saja," terang Mas Adnan lagi.

"Justru dari kecil itu, bisa jadi besar nantinya. Asal satu, yaitu tekun dan optimis, serta doa. Karena tiga hal itu adalah yang paling penting dalam hidup," kami pun manggut-manggut mendengarkan penuturan suami Mbak Lila. Sedang Mbak Lila hanya menyimak.

"Aamiin. Semoga bisa jadi besar, Mas," ucap Mas Adnan lagi.

"Aamiin." Sahut kami semua.

"Oh iya, Ning. Kalian tinggal dimana?" Kini gantian Mbak Lila yang bertanya padaku.

"Kami tinggal di daerah kelapa dua Mbak. Kami ngontrak rumah disitu," jawabku.

"Jadi gini, Ning. Sebenarnya aku punya kerjaan untuk kamu. Tapi aku tanya dulu, kamu mau nggak kerja sama aku?" Jujur saja, hati ini mendadak ketar-ketir saat ditawari pekerjaan oleh orang sekelas Mbak Lila.

Sejenak aku memandang ke arah Mas Adnan. Meminta persetujuannya. Mas Adnan pun mengangguk tanda menyetujuinya.

"Insha Allah saya mau, Mbak. Kerja apa ya, Mbak? Terus bagaimana dengan anak-anak saya, kalau saya kerja dan harus ninggalin anak-anak?" Beberku panjang lebar. Mengungkapkan rasa gelisah di hati. Takut kalau aku bekerja, malah nantinya menelantarkan anak-anakku yang masih kecil.

"Kamu nggak usah khawatir, Ning. Gimana kalau kalian pindah ke rumah yang memang sudah kami sediakan untuk para karyawan? Dan Mas Adnan juga bisa bekerja disana bersama dengan Nining. Kalian bisa membedakan jam kerja, agar anak-anak juga tetap bisa diawasi," aku terdiam sejenak. Menimbang-nimbang semua hal yang akan kujalani nanti kedepannya.

"Hhmm, apa boleh saya pikirkan nanti, Mbak? Karena banyak hal yang harus saya pikirkan," jawabku ragu. Takut Mbak Lila marah.

"Oh, yaudah gapapa. Semoga kalian mau menerima tawaran kami ya? Saya sangat senang sekali, kalau kamu mau kerja dengan saya," tuturnya lembut. 

"Terimakasih, Mbak. Atas semua kebaikannya," sahutku lagi.

"Sama-sama." Lalu hidangan pun akhirnya datang. Kami semua makan sambil berbincang-bincang ringan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 58

    [Hallo, Ning. Kamu masih disana kan?]"Hmm, iya. Abang datang aja ke rumah sakit kasih bunda. Nanti disini aku jelasin semuanya, sekalian melihat kondisi Kak Lastri." Nining pun segera mengakhiri panggilan di ponselnya. Lalu masuk kembali ke dalam ruangan Lastri.****Satu jam kemudian, Arman pun akhirnya datang. Dia telah sampai di dekat ruangan tempat Lastri dirawat.Arman merasa tak enak hati dengan kehadirannya disini. Karena ada Adnan, Majid dan juga Nining. Dia seketika merasa seperti menjadi orang yang paling jahat di dunia."Nining, bagaimana keadaan Lastri? Kenapa Lastri bisa seperti ini, Ning?" Tanya Arman dengan beruntun. "Kak Lastri kecelakaan di dekat toko kue aku. Dan sekarang Kak Lastri juga sedang mengandung anak dari Bang Arman." Arman dan juga Majid sontak terkejut saat mendengar ucapan Nining. Adnan yang melihat raut wajah Majid, seolah paham kalau ternyata Majid sudah menyimpan perasaan pada Lastri. "Hamil? Sejak kapan?" Tanya Arman."Usia kandungan Kak Lastri s

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 57

    Arman refleks terkejut saat melihat Adnan dan juga Nining. Karena mereka pikir yang datang benar Pak Wijaya, ternyata Adnan. Sedangkan Bu Rini memasang wajah kebingungan."Adnan? Ni-ning? Ada urusan apa kalian kesini? Siapa yang mengizinkan kalian masuk kesini?" Ucapnya gugup sekali."Kami kesini mau memberitahukan tentang kondisi Kak Lastri, Bang. Kamu sudah zalim pada Kak Lastri selama ini, sekarang Kak Lastri sedang terbaring kritis di rumah sakit karena kecelakaan." Nining menjawab dengan wajah datar."Siapa yang mengizinkan kalian masuk kesini? Kami semua sedang tak mau diganggu, jadi lebih baik kalian berdua pergi!" Tiba-tiba Bu Rini menghardik Adnan dan juga Nining."Nggak bisa gitu dong, Bu. Arman ini masih suami sah dari Lastri. Dan Arman harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya pada Lastri." Sahut Adnan tak mau kalah.Kini keadaan mulai memanas di depan teras rumah Bu Rini."Heh, dengar ya kamu? Arman itu sudah menceraikan Lastri, dan kami semua sedang mengurus surat

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 56

    Dengan tergesa-gesa Lastri berlari, membuat para karyawan yang berada di toko kue tercengang dengan tingkahnya.Nining dan yang lainnya ikut beranjak keluar, dia ingin mencegah Lastri yang kemungkinan akan kabur.Ccciiiiitttt!!! Bbbrrraaakkk!!! Terdengar suara hantaman mobil yang sepertinya sedang menabrak sesuatu.Seketika keadaan di depan tak jauh dari toko Nining mendadak ramai oleh orang-orang karena ada seseorang yang tertabrak mobil tadi.Karena Nining dan yang lainnya penasaran siapa yang tertabrak, akhirnya mereka semua juga ikut melihat orang tersebut.Jauh di dalam hati Nining berdoa, semoga saja itu bukan kakaknya. Karena tadi Lastri juga berlari ke arah yang sama."Permisi, permisi." Nining berusaha membelah kerumunan yang semakin lama semakin ramai oleh orang-orang yang ingin tahu dengan kejadian tersebut.Setelah sampai di dekat orang yang tertabrak tadi, betapa terkejutnya Nining kalau yang menjadi korban dalam kecelakaan tersebut adalah kakak kandungnya sendiri yaitu L

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 55

    Suasana di dalam ruangan Nining semakin memanas. Karena Lastri tak kunjung mau menceritakan kejadian yang sebenarnya tentang perbuatannya pada Ayahnya di masa silam."Aku udah nggak mau bertele-tele lagi, Kak. Kalau kakak nggak mau menjelaskan semuanya, yasudah lebih baik kita sekarang ke kantor polisi saja. Aku sudah muak dengan sikap kakak yang tak pernah mau berubah untuk menjadi lebih baik lagi. Padahal aku selalu saja memberikan kakak kesempatan untuk merubah sikap kakak. Tapi apa? Kakak selalu saja seperti itu, dan sekarang kakak malah merasa aku yang menyakiti kakak? Apa ini yang dinamakan saudara, Kak? Jawab kak?!" Ucap Nining dengan lantang, membuat Lastri diam tak bergeming dan juga semua yang ada di ruangan juga ikut terdiam. Suasana hening seketika, hanya terdengar isakan tangis dari suara Nining.Nining semakin sesenggukan, dan Lila berusaha menenangkan Nining yang masih menangis."A-aku min-minta maaf, Ning! Hiks-hiks, aku memang banyak salah sama kamu. Aku memang nggak

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   54

    Dia benar-benar merasakan perih di hatinya. Tak menyangka kalau kakak kandungnya sendiri akan tega menghabisi ayahnya, hanya demi sebuah materi yaitu harta."NINING! TEGA KAMU SAMA AKU! MEMPERMALUKAN AKU DISINI, DI DEPAN BANYAK ORANG RAMAI!" hardik Lastri yang penuh dengan emosi. Sorot matanya menatap tajam ke arah Nining."Stop! Kak Lastri! Kamu sudah keterlaluan pada istri saya, dan sekarang kamu tinggal jelaskan saja semuanya disini dengan sedetail-detailnya, atau nggak …." Timpal Adnan yang sudah terlalu geram dengan sikap Lastri."Apa Adnan? Kamu mau mengancam saya iya?! Nining, aku tau aku salah, tapi nggak seharusnya kamu seperti ini sama saya! Saya ini kakak kandungmu, Ning?" Jawab Lastri dengan nada bergetar, karena memang seluruh tubuhnya sudah berkeringat dingin karena dirinya mengalami kepanikan yang luar biasa. Seluruh orang yang ada di ruangan sudah merasa geram dengan sikap Lastri yang malah seolah-olah mengulur waktu, bukan malah menjelaskan semuanya."Aku nggak menga

  • Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku   Bab 53

    "Ning, Nining! Sebenarnya aku disini itu ngapain? Aku tuh bete! Dicuekin gini sama kamu," gumam Lastri pada Nining."Udah kakak sabar aja ya? Kita disini mau membahas hal penting yang sudah lama pengen aku bahas. Makanya sekarang kakak duduk tenang aja dan simak semua pembicaraan mereka semua." Jawab Nining dengan lugas, dan berhasil membuat Lastri terdiam.Di dalam benak Lastri sebenarnya dia sangat bingung dengan semua ini. Ingin rasanya dia pergi dari tempat ini, karena perasaannya juga semakin tak enak saja. Tapi apalah daya, dia memang tak memegang uang sama sekali."Oke, kita mulai saja pembicaraan hari ini. Assalamualaikum semuanya, semoga kalian semua hari ini dirahmati oleh Allah dan semoga sehat selalu, Amiin. Saya disini sebagai pemilik toko kue NN, mau memberitahukan kalau hari ini kita semua kedatangan tamu yaitu kakak kandung saya yang bernama Lastri." Lastri langsung tersenyum sumringah saat Nining berkata seperti itu di depan semua orang yang dikenalnya. Apalagi saat d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status