“APA??!! Kamu sedang nyari kesempatan?” protes Mina.
Alby berdecak sambil menatap tajam ke arah wanita cantik di depannya.
“Aku tidak memintamu mencium kalau tidak terpaksa. Setidaknya tinggalkan bekas bibirmu di tubuhku. Masa tubuhku bersih begini.”
Mina terdiam. Sepertinya dia sekarang mengerti mengapa Alby melakukan ini semua. Mungkin keluarga Alby tidak percaya seratus persen dengan Alby. Mengingat pertemuan mereka yang singkat dan langsung memutuskan menikah. Apalagi sebelumnya Alby akan dijodohkan dengan wanita lain. Bisa jadi keluarganya melakukan inspeksi dadakan untuk sekedar mencari tahu kalau mereka baru saja melakukan malam pertama.
“Buruan!!! Kok malah bengong. Mereka masih terus mengetuk kalau kita tidak membukakan pintunya.”
Mina menarik napas panjang kemudian gegas mengambil lipstik memakainya di bibir. Lalu dia menempelkan stempel bibirnya di tangan dan mengoleskan ke seluruh tubuh Alby. Kini sud
Selang beberapa hari usai menikah, Mina sudah mulai beraktivitas seperti biasa. Dia memang tinggal bersama Alby di rumah yang sudah disiapkan Alby. Rumah ini letaknya sedikit lebih jauh dari rumah Mina dan dekat dengan kediaman keluarga Alby.Pagi itu, Mina sudah bersiap dan tengah asyik menikmati sarapan pagi bersama Alby.“Apa kegiatanmu hari ini?” tanya Alby mengawali pembicaraan mereka.“Aku akan mulai aktif di kantor Papa seperti sebelumnya. Kamu sudah janji akan mengizinkan aku, bukan?”Alby mengangguk sambil tersenyum. “Iya, tentu. Aku hanya minta kamu sudah berada di rumah sebelum aku datang.”Mina menjawab dengan senyuman manis dan anggukkan di kepalanya. “Tentu. Aku akan mengabarimu jika datang terlambat.”Alby kembali menganggukkan kepala sambil terus menikmati makan paginya. “Oh ya, satu lagi. Aku sudah menyediakan mobil dan sopir untuk aktivitasmu. Aku tidak ingin kamu lelah,
“Mengapa Papa tidak minta persetujuanku lebih dulu saat mengangkat Bruno menjadi manager operasional?” sergah Mina bertanya.Ia berjalan cepat menyusul Tuan Yuka yang kembali lebih dulu ke dalam ruangannya usai meeting berakhir tadi. Tuan Yuka hanya menghela napas panjang sambil duduk di kursi kerjanya dan mulai menyalakan laptop. Mina masih ingat di kehidupan sebelumnya, Bruno memang membantunya di perusahaan itu. Namun, bukan sebagai manager operasional. Memang kali ini jabatan Bruno berada di bawahnya, tapi tetap saja jabatan yang dipegang Bruno saat ini sangat penting di perusahaan tersebut.“Maaf, Mina. Papa terpaksa melakukannya tanpa persetujuanmu. Ini terjadi karena Papa malu. Papa malu karena kamu membatalkan pernikahan dengan Bruno. Papa malu dengan keluarganya. Itu sebabnya Papa menjanjikan jabatan manager operasional untuk Bruno.”Mina mendengus kesal sambil menghempaskan pantatnya begitu saja di atas sofa. Ternyata kejadian h
“Aku juga mau dipeluk seperti itu, Sayang,” ucap sosok itu yang tak lain Alby.Mina sontak terkejut mengurai pelukan dan menoleh ke arah pintu. Suami gantengnya itu sudah berdiri di depan pintu sedang menatap ke arahnya dengan senyuman yang manis.“Selamat pagi, Papa!” sapa Alby sambil membungkukkan badan memberi hormat ke Tuan Yuka.Tuan Yuka hanya tersenyum menyambutnya.“Masuklah, Alby. Sebuah kehormatan bisa menyambut seorang pengusaha sukses macam kamu di sini.”Alby terkekeh sambil berjalan mendekat. “Papa tidak perlu bicara seperti itu. Bukankah aku sudah menjadi anak Papa juga sekarang.”Mina hanya terdiam sambil memperhatikan Alby dengan seksama. Kenapa juga Alby sangat jago berakting jika di muka umum. Dia seperti punya kepribadian ganda saja.“Apa yang kamu lakukan di sini?” bisik Mina lirih. Alby sudah duduk di sampingnya, itu sebabnya Mina berbisik di sebelahnya.
“Apa aku mengganggu kalian?” tanya Alby.Mina langsung tersenyum begitu melihat suaminya masuk. Ia gegas berdiri dan berjalan menghampiri Alby. Lalu dengan manja bergelayut mesra di lengan Alby.“Tidak, Sayang. Sama sekali tidak mengganggu. Kamu sudah selesai bicara dengan Papa?” tanya MinaAlby tidak menjawab hanya tersenyum sambil terus menatap Mina. Mina membalas tatapan Alby dengan penuh cinta. Lama kelamaan dia mahir berakting mesra dengan Alby. Sementara itu Bruno hanya diam, melihat interaksi pengantin baru itu dengan sudut matanya.Mina melihat reaksi Bruno. Dia kembali mendekatkan tubuhnya ke arah Alby, bahkan tangan Alby ditarik agar merengkuh pinggulnya. Sepertinya Alby juga tak keberatan sama sekali. Bahkan sesekali pria tampan itu mengecup wangi rambut Mina.“Bukankah pembicaraan kita sudah selesai, Tuan Bruno. Anda bisa kembali ke ruangan,” imbuh Mina.Bruno tampak kesal dan bersiap pergi. Mi
“Kita pulang, Pak,” ucap Mina.Pukul lima sore, Mina sudah keluar kantor dan langsung menuju mobil yang dikemudikan Pak Henry. Wanita cantik itu tidak lupa kalau hari ini akan menghadiri undangan makan malam bersama Alby.“Nyonya, apa Anda sudah tahu kalau hari ini ada undangan makan malam?” Pak Henry bertanya. Pria paruh baya bertubuh besar itu tampak sibuk mengawasi lalu lintas di depannya sambil melirik Mina melalui spion.“Iya. Tadi Alby sudah memberitahu. Jadi lanjutkan saja schedule-nya?”Pak Henry tersenyum sambil menganggukkan kepala kemudian sudah melajukan mobilnya membelah kemacetan lalu lintas sore. Selang beberapa saat mobil Pak Henry sudah tiba di sebuah butik. Ini adalah butik yang sama dengan yang didatangi Mina tempo hari saat pertama bertemu Alby.Mina gegas turun dan tak lama beberapa pegawai butik itu sudah menyambut. Selang beberapa waktu Mina sudah berubah penampilan. Dia mengenakan gaun mal
“Aaah!!!” seru Mina.Dia terkejut saat membuka mata sudah mendapati dirinya berada di kamarnya. Dia juga sudah berganti baju tidur saat ini. Mina terjingkat dan duduk di kasurnya.“Bukannya tadi aku masih di mobil. Lalu siapa yang memindahkan aku ke sini? Alby?”Mina bermonolog sendiri dan terlihat bingung. Kemudian dia makin tercengang saat melihat sudah berganti baju tidur.“Masa Alby juga yang melakukannya.”Mina gegas bangkit dari kasurnya, berjalan cepat menuju pintu, keluar kamar dan kini dengan tergesa menuju kamar Alby yang berada di sebelah kamarnya. Tanpa mengetuk pintu, Mina langsung membuka pintu kamar Alby. Namun, yang ada dia malah terkejut sendiri.“ALBY!!!” seru Mina sambil menutup kedua tangannya ke wajah.Kali ini Alby memang sedang berganti pakaian. Dia baru saja melepas kemeja dan celananya sehingga hanya menyisakan boxernya saja. Alby menoleh ke arah pintu dan terkej
“Kamu sedang menyelidiki aku, Sayang?” ucap Alby lirih.Sontak Mina terjingkat kaget, bahkan saking kagetnya dia hampir saja jatuh dari kursi. Wajah Mina merah padam dan kebingungan menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia gegas berdiri dan menatap Alby dengan seksama.Alby hanya diam, berdiri bersedekap sambil melihat ke arah Mina. Sepertinya dia sengaja menunggu penjelasan Mina. Mina menghela napas panjang.“Maaf, Alby. Aku ... aku tidak bisa tidur tadi. Jadi ---““Aku tahu.” Alby memotong ucapan Mina dengan cepat. Tentu saja reaksi Alby itu membuat Mina terkejut. Alisnya terangkat keduanya melihat dengan seksama ke arah Alby.“Kamu tahu? Tahu apa?”“Kamu tengah kebingungan dan mencari tahu sesuatu yang sedang kamu tanyakan di otakmu, bukan?” Pelan Mina menganggukkan kepala, mengiyakan dugaan Alby. Kenapa juga Alby tahu apa yang dia lakukan? Apa dia cenayang bisa membaca pikirannya?
Alby terkejut dengan ulah Mina, tapi dia tidak menolak. Tangan Alby malah menarik tubuh Mina semakin dekat dan membalas pagutan Mina dengan intens. Setelah beberapa saat bagai tersadar, Mina buru-buru mengurai kecupannya dan mendorong tubuh Alby menjauh.“Maaf ... ,” lirih Mina bertutur sambil menundukkan kepala.Alby hanya diam. Menghela napas panjang sambil menyodorkan tisu ke arah Mina. Itu adalah kebiasaan Mina, selalu menyeka bibirnya usai berciuman dengan Alby. Mina melihat Alby dengan sudut matanya. Pria itu pura-pura tidak melihat, masih dengan tangan yang menyodorkan tisu. Tanpa bicara, Mina menerima tisu dan gegas menyeka bibirnya.Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam satu sama lain. Hanya saja Mina terus menyunggingkan sebuah senyuman di wajah cantiknya. Alby sampai sibuk menebak apa yang membuat istrinya sangat gembira hari ini. Apa kejutannya ini berhasil?Sementara itu Mina tampak sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia harus me