JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY

JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY

last updateHuling Na-update : 2025-05-31
By:  Pusparani SuryaIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Rating. 1 Rebyu
12Mga Kabanata
38views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Dirga Bimantara dipaksa pergi membawa bayinya yang masih merah meski Louisa belum melihat wajah buah cinta keduanya. Semua karena perbedaan status keluarga mereka. Meski Dirga berusaha, tetapi kuasa sang ayah mertua berhasil mematahkan semua usaha yang dilakukannya. Lantas, bagaimana nasib ketiganya? Akankah mereka dapat bertemu dan membangun keluarga secara utuh?

view more

Kabanata 1

bawa bayimu

"Bawa anak itu, dan jangan pernah kamu menunjukkan lagi batang hidungmu di depan kami. Terutama di depan Louisa. Kembalilah ke negeramu, semua sudah kami siapkan." Ucapan laki-laki berambut pirang itu laksana anak panah yang melesat dengan telak menembus jantung Bima, belum lagi sosok bayi merah yang kini diangsurkan seorang perawat di depannya. Bayi laki-laki yang baru dilahirkan Louisa, buah cinta keduanya. 

"Dad …." 

"Jangan panggil saya dengan panggilan itu. Pergilah! Jangan mengulur waktu lagi." 

"Setidaknya biarkan aku melihat istriku dulu, Dad! Louisa juga pasti ingin melihat bayi kami. Anaknya," kata Bima mencoba mengambil hati Edward, sang ayah mertua. 

"Tak perlu. Mulai detik ini pun kamu dan Louisa sudah tidak terikat hubungan apa pun lagi. Kalian sudah bercerai. Pergilah!" Edward berbalik badan, namun langkahnya terhenti saat Bima mencekal tangannya. 

Edward menatap tangannya yang dipegang Bima, hingga laki-laki itu segera melepaskan. 

"Apa? Tapi aku tidak pernah merasa menceraikan Louisa, Dad!" balas Bima dengan air mata yang mulai luruh membasahi wajahnya. 

"Kamu tidak melakukannya, tapi saya yang mengurusnya. Pergilah! Jangan sampai orang-orang ku harus menyeret paksa keluar dari sini!" Edward meninggalkan Bima begitu saja yang mencoba lagi menahan langkah laki-laki itu. 

"Dad, tolong jangan lakukan ini!" 

"Urus dia! Kalau masih bandel, seret saja! Jangan lupa, berikan bayi itu padanya!" titah Edward pada pengawalnya hingga Bima kini ditahan oleh dua orang laki-laki bertubuh tinggi besar. 

"Dad! Daddy!" 

"Mari, Tuan Muda!"

"Max, tolong … aku harus bertemu Louisa dulu. Biarkan aku menemui istriku!" Bima memohon pada pengawal itu, tapi wajah datar yang nampak di depan Bima. 

"Maaf, Tuan Muda. Tuan Besar sudah memberikan perintah. Pergilah. Bawa anak Anda, jangan sampai saya berbuat kasar," ucap Max menyimpan rapat rasa iba pada laki-laki yang kini meminta belas kasihannya. 

"Tapi--" 

Suara tangis bayi terdengar, menahan Bima dari sikap memberontaknya. Dia menoleh pada suster yang menggendong bayi laki-laki yang bahkan belum dilihat Louisa, akan seperti apa sikap Louisa setelah sadar nanti kalau dia pergi membawa bayi itu. 

"Pergilah," ulang Max yang kini melonggarkan cekalan tangannya pada Bima, "lepaskan!" titahnya pada anak buahnya. 

"Aku hanya ingin bertemu istriku dulu, Max." 

"Nona Louisa akan baik-baik saja, Tuan Muda," balas Max. 

Bima pun tak bisa membantah lagi, dengan hati yang hancur dia mengambil bayi yang tengah menangis itu dalam pelukan. 

"Mari, Tuan Muda," ujar Max tak memberikan Bima waktu lebih lama. 

Bima pasrah, dia tahu Edward tak pernah menerimanya menjadi suami Louisa, pernikahannya dengan Louisa terjadi setelah percobaan bun-uh diri yang dilakukan Louisa. 

Bima mengira saat ada anak di antara mereka Edward akan menerimanya dengan tulus, tapi dia salah besar. Justru kini dia harus pergi membawa buah cintanya dengan Louisa. 

"Di tas itu sudah ada semua kelengkapan dokumen milik Anda, Tuan Muda," jelas Max menunjuk pada tas saat pintu mobil terbuka. 

"Kenapa kalian bersikap tega padaku?" ujar Bima yang hanya mendapat tatapan datar dari Max juga beberapa orang anak buahnya. 

"Sampaikan maafku pada istriku, bilang padanya aku pasti kembali ke negara ini satu hari nanti." 

"Silakan, Tuan Muda," ujar Max setengah mendorong Bima agar segera masuk ke mobil. 

Bima menoleh ke bangunan mewah di depannya, menatap tempat kediaman Edward yang hampir setahun ini menjadi tempatnya berteduh pula. Tak menyangka, akan secepat itu dia keluar, dan justru harus meninggalkan seseorang yang kini tak bisa ditemuinya lebih dulu. 

Bima mengusap wajah bayi dalam dekapannya, kini mobil sudah melaju meninggalkan kediaman mewah Edward. Bayi tampan itu kembali merengek, lalu mulai menangis seakan ikut merasakan kesedihan ayahnya. 

"Jangan menangis, Nak. Kita pasti kembali menemui mamamu." Bima mendekap bayi itu dengan air mata bercucuran. 

"Tuan muda, mungkin bayinya haus." Bima mengangkat wajahnya cepat saat mendengar suara seorang wanita berbicara dalam bahasa negaranya. 

"Kamu bisa bahasa indonesia?" tanya Bima menatap penuh selidik seseorang yang kini menghadap ke arah kursi penumpang belakang. 

Dia ingat, wanita itu perawat yang tadi menggendong bayinya. 

"Tentu saja, Tuan Muda. Saya Ajeng, pengasuh bayi Anda," jawab pengasuh itu mengenalkan diri. 

"Kenapa kamu ikut dengan saya?" tanya Bima dengan tangan menepuk lembut bayinya agar kembali tenang. 

"Karena saya memang ditugaskan untuk mengurus bayi anda," terang Ajeng. 

"Tapi saya diminta pulang ke Indonesia." 

"Itu juga tugas saya, Tuan Muda." 

Bima mengernyit heran, untuk apa Edward melakukan itu semua? 

"Bayinya sangat anteng bersama ayahnya." Ajeng menatap bayi Bima yang sudah kembali tenang. 

"Dia tau papanya sedang tidak baik-baik saja," balas Bima memeluk bayinya lembut, membiarkan air mata kembali luruh menjadi bukti kesedihannya. 

"Anda harus kuat, Tuan Muda. Demi Tuan Kecil. Ingat Nyonya Louisa yang menunggu anda kembali menemuinya." 

Bima tak menanggapi perkataan Ajeng, namun tentu dia akan melakukan itu. Tanpa dia sadari, saat dia turun dari mobil begitu sampai di bandara, seseorang mengambil fotonya. 

"Beliau sudah sampai bandara, Tuan Besar," ujarnya setelah menghubungi seseorang dengan mata tetap awas mengawasi Bima. 

"Ikuti sampai ke negaranya. Kamu membawa semua yang sudah aku perintahkan, bukan?" balas seseorang yang dihubunginya. 

"Iya, Tuan Besar." 

Sambungan pun diputus begitu saja setelah dia menjawab. Dia langsung menyusul Bima yang kini mulai memasuki bandara diikuti oleh Ajeng. Siapa pun akan mengira kalau Bima dan Ajeng adalah sepasang suami istri yang membawa bayi mereka. 

Sungguh Edward sangat teliti mengatur semuanya untuk Bima. Bayi merah yang belum diberi nama itu kini berpindah gendongan pada Ajeng, sedang Bima membawa mendorong troli berisi dua koper yang entah apa isinya. 

"Aku pasti kembali, Louisa sayang." Batin Bima dengan hati teriris. 

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Pinnacullata
wah sepertinnya akan menyayat hati deh, seru pake banget
2025-05-31 19:18:28
1
12 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status