Share

Bab 06 : Peri(o)ld

Hari Minggu, Awal musim Gugur.

Menghilangkan kepenatan juga memberikan aura positif terhadap orang lain ternyata semudah itu. Rena seharusnya dari dulu tak menutup diri karena kehilangan keluarga. Seharusnya ia memang lebih bersyukur ada di pack ini. Diasuh dengan baik walau dalam istilah yang tidak sebenarnya. Jika diingat-ingat waktu terasa cepat untuknya berada di sini, umurnya sudah menginjak dua puluh tiga tahun sekarang.

Rena melirik wajah tampan di sampingnya yang sedari tadi masih memperhatikannya. “Apa ada yang salah dengan wajahku?” Rena menatap wajah itu.

Sedangkan yang ditatap hanya menggelengkan kepala dan tersenyum manis. “Kau cantik,” ucapnya.

Rena yang mendengar itu hanya bisa bersemu merah, tatapannya kembali memandang jalanan aspal. Apa benar yang dikatakan pria ini? Ia mengulum senyum.

“Kuharap untuk seterusnya kita bisa selalu seperti ini.”

Rena yang mendengar kalimat itu semakin bersemu. Ia memang jarang berinteraksi seintens ini dengan laki-laki. Apalagi duduk berdampingan.

“Mengapa kau berharap seperti itu?” Rena ingin mencoba memulai semuanya dari awal, memulai sebagaimana seorang gadis pada umumnya.

Ditatapnya mata cokelat itu yang masih berbinar. Mereka tak mengindahkan orang lain, merekalah yang mempunyai dunia ini. Sepertinya.

“Aku ingin selalu dekat denganmu, bolehkan?”

Rena terkejut dan membelalakkan matanya saat mobil yang sedari tadi ditumpangi berhenti mendadak. Ditambah ucapan pria di sampingnya. Dahinya justru terantuk kursi pengemudi di depannya. 

“Apa kau lupa antara gas dan rem, Kak?” sungut pria di sampingnya ini dengan si pengemudi. Sedangkan yang mengemudikan mobil masih menatap Rena yang mengelus dahi lewat kaca spion.

“Kita sudah sampai.” Bariton dingin itu menghunus manik mata Rena yang juga menatapnya. Dengan cepat ia keluar dengan membanting pintu membuat semua orang yang berada di dalam mobil terkejut.

“Kau tak apa?” tanya Jordan melihat kening Rena yang sedikit memerah.

Gania yang berada di kursi depan pun melihat ke arah Rena yang masih mengusap keningnya. “Dahimu memerah.” 

Rena hanya bisa tersenyum tipis, dengan cepat ia membuka pintu tak ingin membuat pria itu semakin marah.

“Aku sudah membeli tiket untuk kita menonton film.” Gania melihat jam tangannya, “Sekitar tiga puluh menit lagi film dimulai, jadi kita bisa berjalan-jalan sebentar.”

Gania menarik lengan Rena untuk menunjukkan arah. Romeo dan Jordan hanya mengikutinya dari belakang.

“Apa kau berpikiran yang sama denganku?” Jordan berbisik di telinga Romeo membuat pria berambut ikal itu menaikkan alisnya. “Rena terlihat sangat cantik saat memakai dress seperti itu.”

Romeo memicingkan matanya melihat tawa Jordan yang semakin lebar. “Shut up, Boy! Gemas Romeo sambil memiting leher Jordan.

Tak bisa dipungkiri, hari ini Rena memang sangat cantik. Dengan gaun putih di bawah lutut membuat perempuan itu tampak manis dan dewasa secara bersamaan. Ia jadi sangsi untuk berdampingan dengan Rena, yang memiliki selisih delapan tahun.

“Lihat, Rena! Apakah ini bagus?” Gania memperlihatkan beberapa baju yang ia sukai.

Rena berpikir sebentar, “Yang ini lebih bagus.”

Gaun berwarna hitam panjang dengan bahu yang terbuka, apalagi bahan itu terbuat dari kain katun yang pasti akan membuat nyaman pemakainya. Rena mengelus pita yang terdapat di pinggang baju itu.

Indah.

Sebenarnya saat masuk toko pakaian ia sudah melihat pakaian yang dipilih oleh Gania, tapi Gania terlebih dahulu mengambilnya.

“Baiklah akan aku ambil.” Dengan cepat Gania meletakan pakaian yang tidak dipilihnya. 

Rena kembali melihat beberapa pakaian yang ia suka walaupun tak seindah milik Gania, biarlah perempuan itu mengambil ia hanya tak ingin ada keributan. 

Jordan menunjuk salah satu pakaian yang menggantung, “Baju itu sepertinya cocok untukmu.”

Rena terkejut dengan keberadaan Jordan yang tiba-tiba ada di sampingnya, membuat ia mengelus dada. “Kenapa kau mengagetkanku?!” geram Rena tertahan, ia paling tak suka dikagetkan.

Jordan hanya bisa menyunggingkan senyumnya menampilkan gigi putih.

Seorang pelayan membantu Jordan untuk mengambilkan pakaian yang menggantung.

“Ini bisa kau coba, cepatlah!" Jordan mendorong bahu Rena untuk segera mencoba pakaiannya.

Sedangkan Romeo menatap interaksi kedua insan itu. Tangannya mengepal. Bagaimana bisa Jordan sebegitu dekatnya dengan Rena?

Sudah cukup sejak perjalanan tadi ia mendengar ocehan Jordan terhadap perempuan itu. Jordan yang menggoda bahkan blak-blakan ingin mendekati Rena membuat kupingnya panas. Jordan terlalu berani mengatakan hal itu, apakah pria itu tak tahu jika di belakang Rena ada dirinya?

Romeo tersentak dari lamunannya saat Gania memegang lengan dan menggandeng.

“Mengapa kau melamun, hm?” Gania mengeluarkan tiketnya dan memberikan pada penjaga bioskop.

“Ke mana Jordan?” Romeo menatap sekelilingnya tak menemukan sang adik.

“Jordan dan Rena sedang membelikan camilan. Kita masuk terlebih dulu saja.” Gania menarik lengan Romeo, membuat Romeo mengikutinya dari belakang.

***

“Kau ingin popcorn?” tanya Jordan saat melihat Rena memilih-milih makanan.

Rena mengangguk sambil tersenyum. “Ukuran medium saja, ya.”

Popcorn ukuran mediumnya dua, minumnya satu jus mangga ....” Jordan menggantungkan kalimatnya. Ia tak tahu minuman yang akan dipesan oleh Rena.

“Dua jus anggur dan satu apel,” lanjut Rena.  

Jordan memperhatikan lekat wajah Rena yang sedang tersenyum manis saat membayar di kasir. “Kau tahu minuman kesukaan Gania?” tanya Jordan membuat Rena menganggukkan kepalanya. “Juga Kak Romeo?”

Pertanyaan Jordan membuat Rena tercenung dan mencoba mengabaikannya. “Ada lagi yang ingin kau beli?" tanya Rena guna mengganti topik.

Nope.”

“Oke.”

Saat sudah masuk ke bioskop, Rena tanpa melihat siapa pun di  sampingnya langsung terduduk. Hal yang membuat Romeo menjadi menggeram. Terkejut akan hal itu, perempuan itu melihat Sang Beta yang juga ternyata sedang memperhatikannya.

“Gania,” panggil Rena pada Gania yang berada di sebelah Romeo. “Milikmu, juga Beta Romeo." Memberikan makanan ke Gania yang pasti harus melewati tubuh Romeo.

Rena tak tahu harus bagaimana lagi. Ia tak ingin berada tepat di samping Romeo saat ini. Lebih tepatnya ia tak ingin melihat amarah Romeo saat sedang melihat dirinya. Ia tahu pasti pria itu ingin jauh-jauh dari dirinya, kan?

“Kak Jordan, apa aku bisa bertukar tempat duduk denganmu?” bisik Rena pada Jordan yang pasti langsung didengar oleh Romeo.

Perkataan itu membuat Romeo mengepalkan tangannya. Sudah dari tadi ia menahan gejolak dalam dada.

Jordan yang mendengar permintaan Rena hanya bisa mengernyit. Dipandanginya ke sebelah kiri, pria yang sekitar umur tiga puluh lima dengan pakaian yang sedikit agak nyentrik bahkan banyak tindik di mukanya. Jordan menggeleng, ia tak ingin Rena berubah posisi. Penampilan pria di sampingnya cukup membuat Jordan waswas, apalagi untuk tipikal Rena. “Tidak, Rena.”

Rena menghembuskan napasnya. Ia yakini sepanjang putaran film dirinya tak akan pernah bisa menikmati. 

Terbukti, sudah hampir setengah jam film diputar, Rena akhirnya memperhatikan Romeo dari sudut matanya. Pria itu mengatupkan rahangnya kuat-kuat. Rena sudah yakin Romeo marah besar karena tak mengambil jarak darinya. Dengan mata yang berusaha fokus pada film yang sedang ditayangkan, Rena lebih memilih untuk mencondongkan tubuhnya ke arah Jordan.

Rena sudah cukup mengalah untuk tidak menimbulkan pertengkaran yang mungkin saja akan terjadi. Ia akan menganggap semua biasa saja. Padahal, hatinya sudah sangat sakit melihat kedekatan Romeo juga Gania ditambah masalah gelang kemarin. Ia mencoba melupakan.

Jika kalian ingin tahu, gelang cantik itu sudah tak ada bersama dirinya. Dirinya kehilangan, kehilangan pemberian Romeo. Padahal ia ingat sudah menaruhnya di kantong baju. Dan ia juga sudah mencari ke taman. Namun juga tak ada, ia tidak menemukan.

Ia akui ia begitu ceroboh, tak bisa menyimpan dengan baik pemberian orang. Tapi ia akan coba mencarinya lagi malam ini bila perlu di seluruh sudut istana.

“Kau menikmatinya?” Jordan bertanya.  

Rena tersentak dari lamunan, dilihatnya wajah Jordan yang hanya satu jengkal dari wajahnya. Menatap manik cokelat itu menembus keremangan suasana.

Rena melihat bagaimana tatapan lembut yang Jordan berikan seolah ingin menyayanginya dengan tulus. Rena terhipnotis. Melihat seluruh wajah keras Jordan apalagi dengan bakal janggut yang setelah dicukur rapi. Ia dan Jordan hanya berselisih empat tahun, tapi jika dengan Romeo delapan tahun. Namun, bagaimana bisa Jordan mengimbangi kedewasaan kakaknya. Jordan mirip sekali dengan Romeo.

“Akh!” Rena memekik terkejut saat kakinya tiba-tiba merasakan sakit. Dilihatnya Romeo yang melewatinya menuruni tangga dan keluar ruangan. Siluet tubuh Romeo yang tegap dan kekar pasti menjadi tontonan dirinya, mengamati dalam diam.

***

“Aku ingin ke toilet sebentar.” Jordan langsung berjalan cepat.

Masih dalam area bioskop mereka yang sudah selesai menonton.

“Aku juga,” kata Gania. “Kau ingin ikut denganku?” sambungnya mengajak Rena.

“Aku—”

“Berarti memang terbukti benar, ya, jika ingin ke toilet wanita pasti selalu  mengajak temannya,” potong Romeo menghentikan perkataan Rena.

Gania hanya terkikik, dan meninggalkan mereka berdua.

Rena yang merasa canggung dengan Romeo semakin menipiskan bibirnya. Ia akan mencari tempat duduk untuk menunggu Jordan dan Gania menyelesaikan aktivitasnya. 

Belum sempat Rena berjalan, sepasang tangan melewati pinggangnya dari belakang. Rena menahan napasnya melihat tangan besar berbulu itu, ia tahu. “Kau yang ditakdirkan bukan sebagai manusia seharusnya menggunakan instingmu.” Romeo berkata di telinga Rena.

Rena yang hanya menunduk melihat tangan Romeo sedang memilin jaketnya untuk menutup bagian bawah dirinya.

“Kau juga sebagai perempuan seharusnya mengetahui jadwal period-mu.” Mengetatkan simpulan jaket di pinggang Rena agar tak lepas.

Rena masih tak bernapas, meskipun tangan Romeo sudah tak ada di pinggangnya. Ia sangat malu. Ia membalikkan badan dan mendapati Romeo memberikan bungkusan putih dan menatapnya tajam. Sudah bisa dipastikan pipinya semakin memerah karena perbuatan Romeo.

Jadi Romeo memperhatikannya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status