Home / Fantasi / Beyond the Light / 6. Elite's Back

Share

6. Elite's Back

Author: Ines Dian
last update Last Updated: 2022-10-03 21:56:57

“Tuan Herreros, Tim Elite telah kembali.” Dipimpin oleh Seth, Tim Elite membungkuk kepada Herreros.

Sebelum menemui Herreros, Tim Elite sudah membawa Tyra ke Soleclar. Soleclar adalah bangunan penjara di Escalera yang terletak di bawah tanah. Soleclar dipimpin oleh jenderal utama Escalera, Bosley Moon. Penjagaannya sangat ketat dan hanya orang tertentu yang diperbolehkan untuk masuk.

Menurut keputusan jenderal utama, Tyra akan dipenjara seumur hidup. Sudah sejak lama Tyra berusaha menyerang Escalera. Ditambah lagi, ia berusaha kabur dan bersembunyi selama hampir dua tahun. Sebenarnya, hukuman mati merupakan solusi yang lebih baik untuk seorang pengacau seperti Tyra. Tetapi, penjara seumur hidup juga tidak jauh berbeda.

Tim Elite sudah berencana untuk membunuh Tyra ketika menemukannya. Namun, mereka sadar bahwa masih banyak yang belum terungkap di kasus ini. Mereka juga yakin bahwa Tyra memegang kunci penting. Itulah alasan Tyra tidak langsung dibunuh. Jika sudah ditemukan bukti yang lebih jelas, Tyra akan ditanyakan sebagai saksi.

Koin dan kaca. Pengguna logam dan pengguna kaca. Tidak ada yang pernah mendengar tentang kekuatan itu. Tidak ada juga data mengenai elemen tersebut. Kasus ini memang sangat unik. Juga, di antara sekian banyak wilayah, kenapa Yasle yang dipilih?

“Bagaimana?” tanya Herreros tidak sabaran. Ia sepertinya sudah menunggu jawaban ini sejak lama.

“Seperti yang sudah Tuan sampaikan, Tim Eria sangatlah memiliki potensi. Terutama pemuda bernama Klaus. Apa benar dia adalah orang yang baru pertama kali menjalankan misi?” Seth memiringkan kepalanya.

“Tentu saja misi ini adalah misi debutnya sebagai seorang petarung. Lalu, selain Klaus, apa yang kalian tangkap?”

“Satu-satunya perempuan yang di tim itu, Feather kalau tidak salah namanya,” sebut Pilav. “Ia observatif. Feather bisa mengingat apa yang sudah dia lihat secara spesifik. Mengingat ia bukan pengguna energi, kemampuannya dalam bertarung sangat menakjubkan.”

“Benar.” Herreros mengangguk. “Feather Alecia, tujuh belas tahun, dia adalah satu-satunya kesatria dengan nilai di atas rata-rata yang tidak memakai energi sama sekali. Dia masih belum mengetahui elemennya. Bisa saja, ia memang tidak memilikinya—dan bisa saja dia belum mengetahuinya.”

“Sebagai pengguna elemen alam, saya merasa bahwa Feather memiliki elemen alam juga. Namun, saya belum yakin,” kata Nyridia.

Herreros hanya menganggukkan kepalanya berkali-kali. Ia juga sudah menduga tentang itu. Orang yang memiliki elemen api, air, dan cahaya akan mudah dikenali. Tetapi, orang yang memiliki elemen alam sangat sulit. Itu karena di mana pun kita berdiri, pasti berdiri di atas tanah. Sehingga, tidak ada yang sadar energi itu aktif atau tidak.

“Apa Tuan tahu tentang Tyra?” tanya Seth. “Tuan hanya memberikan misi kepada kami untuk ke Yasle karena ada energi yang tidak normal. Tetapi, Tuan tidak menjelaskannya lebih detail.”

“Saya tidak tahu tentang itu. Ketika Pilav mengirimkan ceodrin, saya cukup terkejut. Saya kira, ini perilaku dari suatu kelompok. Ternyata, hanya ulah seorang Tyra,” jawab Herreros. “Kalian sudah membuat keputusan yang bagus untuk tidak membunuh Tyra. Banyak yang harus dijelaskan olehnya.”

“Apa Tuan tahu bahwa Tim Eria hampir saja mati jika tidak kami temukan?” tanya Pilav.

Tatapan Herreros menjadi dingin. “Itu risiko. Jika mereka sudah memutuskan untuk menjadi kesatria, artinya mereka sudah siap untuk mati.”

“Mereka pemula,” ucap Pilav. “Mereka tidak punya pengalaman apapun.”

“Karena itulah saya memberikan mereka pengalaman.”

Jawaban Herreros berhasil menghancurkan suasana. Pilav yang biasanya tenang itu tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Tiga rekannya yang lain juga merasa tidak nyaman. Mereka tidak percaya jika Herreros setidak peduli itu dengan para pemula.

Takut terjadi perdebatan, Seth pun angkat bicara. Ia membungkuk. “Baiklah. Sekarang, kami akan menemui Tyra untuk meminta keterangan darinya.”

***

“Pilav, kenapa kau terlihat sangat emosional tadi?” tanya Nyridia. “Tapi, aku setuju, sih. Tuan Herreros memang keterlaluan.”

“Aku hanya membayangkan bagaimana jika mereka benar-benar mati waktu itu. Escalera akan kehilangan empat kesatria yang berbakat.”

“Aku mengerti apa yang Pilav maksud,” kata Seth. “Keputusan Tuan Herreros memang sangat berbahaya. Tetapi, hasilnya sangat memuaskan.”

Mendengar itu, Pilav memberhentikan langkahnya. “Seth, apa kau bilang? Hasilnya sangat memuaskan? Kalau semua anak itu mati, apa memuaskan juga?” Pilav menatap Seth sebentar lalu kembali melihat ke depan. “Kau sama sekali tidak mengerti maksudku.”

“Pilav,” panggil Seth pelan. Namun, setelah memanggil namanya, ia tidak tahu harus menjelaskan apa. Ia hanya merasa bersalah. Jika ia tidak menjawab apa-apa, ia semakin merasa bersalah.

“Sudah, sudah.” Nyridia melerai. Kemudian, ia mengubah topik. “Kita harus menginterogasi Tyra, kan?”

“Aku sangat bingung dengan apa yang ada di pikiran Tyra. Dia sangat nyentrik. Siapa coba yang berpenampilan seperti itu di zaman sekarang? Apa dia hidup di zaman batu?” Eugene menguap. “Katanya, dia juga sulit untuk diajak bicara. Apa ada masalah dengan otaknya, ya?”

“Siapa yang mau interogasi dia?” tanya Nyridia. Namun, tatapan mata ketiga rekannya mengarah padanya. Dia pun langsung membulatkan matanya. “Hei! Aku menanyakan ini karena aku tidak mau.”

“Kenapa? Aku kira kamu mau ngajuin diri,” ucap Eugene.

“Ya, nggak, lah!” seru Nyridia. “Aku gak bisa ngebayangin kalo ngomong sama dia. Pas di gua aja, dia suka ketawa sendiri.”

“Anggap aja kamu lagi ngomong sama Eugene,” kata Pilav.

Mendengar ucapan Pilav, Eugene langsung menghentikan langkahnya. “Gak! Kenapa aku disamain kayak dia?!” Eugene memberikan gerakan yang berlebihan pada tangannya. Badannya yang besar sangat tidak cocok dengan tingkahnya yang seperti anak kecil tantrum.

Seth menghela napas. Ia berjalan lebih cepat dari mereka—tidak ingin dianggap berteman dengan tiga orang lainnya, terutama Eugene. Ia merasa malu melihat kelakuan temannya itu. “Aku yang akan melakukannya. Jangan ribut lagi.”

***

Sekarang Seth dan Tyra berhadapan. Penampilan Tyra sangat berbeda dengan sebelumnya. Rambut coklatnya hanya diikat kuda. Pakaiannya masih berwarna putih bersih. Namun, gaunnya sudah berubah menjadi seragam Soleclar.

“Kamu telah membuat keputusan yang tepat karena tidak membunuhku,” ucap Tyra.

“Siapa yang memberikan koin dan kaca kepadamu?” tanya Seth. Ia mengabaikan ucapan Tyra barusan. Tubuhnya yang tegak memberi kesan mengintimidasi kepada lawan bicaranya.

Tyra yang ada di hadapannya hanya terkikik. “Menurutmu siapa?”

“Siapa?” tanya Seth lagi. “Kau akan selamanya dikurung di sini. Kau akan membusuk di sini. Meski begitu, kau masih ingin melindungi orang yang ada di balik kasus ini?”

“Nah, aku selamanya dikurung di sini, membusuk di sini. Apa bedanya jika aku memberi tahu namanya atau tidak?” balas Tyra. Tidak bisa dipungkiri, jawaban Tyra adalah jawaban yang pintar.

“Oh, berarti memang ada orang di balik ini...” Seth mencatat itu di kertas yang ia sediakan di meja. “... dan kau juga mengetahui siapa orang itu.”

Wajah Tyra menjadi asam ketika Seth mengatakan itu. Padahal, ia sudah merasa bangga dengan jawabannya. Ia kira, ia akan menang. Semuanya memang tidak sesuai dugaannya. Seth yang pada dasarnya jauh lebih cerdas darinya itu berhasil membodohinya.Tyra sudah menggali kuburannya sendiri tanpa sadar.

“Kenapa jumlah kaca dan koin yang kau miliki itu tidak seimbang?” Seth melontarkan pertanyaan selanjutnya.

“Seimbang?”

“Koin yang kau miliki hanya lima buah. Tetapi, kacamu berjumlah lebih dari itu.”

Tyra tersenyum sambil melirik ke kiri dan kanan. Setelah itu, matanya menatap Seth seperti ingin memakannya. “Atas dasar apa kau mengatakan itu?”

Seth meletakkan kedua tangannya di atas meja kemudian merapatkannya. “Kami sudah membunuh lima monster kaca dan mengambil lima koinnya. Lalu, besoknya kami hanya menemukan kaca saja. Kaca itu tidak berubah bentuk menjadi monster — semuanya masih berupa kaca. Kenapa begitu? Apa kau sudah tidak memiliki koin?”

“Kenapa kau meminta koin dariku? Aku tidak memiliki uang.”

Kalimat itu tidak mengherankan jika keluar dari mulut Tyra. Sudah bukan rahasia lagi jika Tyra memiliki kepribadian yang unik. Orang-orang yang seharusnya menangkap Tyra dua tahun yang lalu juga tahu tentang ini. Pada buku catatan kriminal sudah dijelaskan bahwa dirinya sedikit sinting.

“Terima kasih atas keteranganmu hari ini.” Seth tersenyum sarkas. Ia menghentikan proses interogasi karena kegilaan Tyra sudah muncul kembali. “Besok aku akan kembali lagi untuk menanyakanmu beberapa hal. Sampai jumpa.”

Tyra kembali dituntun oleh petugas penjara ke selnya. Namun, ia memberhentikan langkahnya sebelum masuk ke sel. Ia berbalik sebentar. Matanya bertemu dengan Seth yang hendak meninggalkan tempat itu.

“Seth, menikah, yuk?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Beyond the Light   59. White Sun

    Satu hari yang lalu …Setelah diskusinya dengan Seth dan Nyridia, Klaus cepat-cepat pulang ke rumahnya. Ia membuka jurnal kakeknya untuk mencari informasi tentang Rivera, tempat yang dituju Pilav. Sayangnya, ia tidak menemukan satu pun bagian yang menyebutkan di mana lokasi pasti markasnya. Klaus memutuskan untuk membaca seluruh informasi mengenai Rivera di sana. Matanya membulat ketika yang ia temukan justru lebih membantu lagi.Aku mendengar kabar bahwa anakku, Theola Cleogard, telah dibunuh. Hatiku sangat hancur setelah mengetahuinya. Tidak disangka anak semata wayangku akan mati lebih dahulu daripada aku. Ini semua salahku. Jika saja aku membasmi Blade lebih awal, pasti Theola tidak akan tersentuh.Sudah lama sejak terakhir kali aku berkomunikasi dengan Theola. Aku yang meminta supaya dia berpisah dengan Klaus. Jika mereka terus bersama, maka mereka berdua akan mati. Karena itu, ia mempertaruhkan nyawanya untuk menyembunyikan keberadaan Klaus dan kabur ke Rivera.Klaus, jika kamu

  • Beyond the Light   58. Bloodstained

    “Nona Selena! Ada seseorang yang perlu menemuimu.”Selena mengangkat kepalanya yang sejak tadi fokus pada berkas di atas meja. “Siapa?”Seorang kesatria membuka pintu ruangannya sambil membawa seorang perempuan. Dari wajahnya, perempuan itu masih berumur belasan tahun. Badannya kurus dan cukup tinggi. Rambutnya hitam lurus sedada. Dari pakaiannya, seperti seseorang yang tinggal di desa. Terlihat beberapa luka goresan pada punggung tangannya.“Maaf, Nona Selena. Perkenalkan, saya Niana. Saya berasal dari Desa Rodeo. Saya ke sini untuk meminta bantuan. Kepala desa saya, Tuan Ash, telah dibunuh di rumahnya. Sekarang, keadaan desa sangat kacau. Mereka ketakutan setelah melihat keadaannya. Tolong bantu desa kami untuk menemukan pelakunya,” ucap perempuan yang bernama Niana itu.“Salam kenal, Niana. Boleh diceritakan lebih rinci lagi?” tanya Selena. Mata biru lautnya itu menatap lawan bicaranya dengan dalam.“Saya waktu itu sedang tertidur. Saya terbangun karena di luar sangat berisik. Keti

  • Beyond the Light   57. Trust

    “Sudah bertemu dengan Pilav?” tanya Felix ketika Klaus kembali.Klaus menggeleng. “Dia sepertinya sudah pergi.”“Pergi ke mana?” tanya Nyridia.“Tidak tahu.” Klaus mengangkat bahunya.“Laki-laki memang secuek itu, ya?” gumam Nyridia.“Benar,” timpal Feather.“Bagaimana aku bisa menemukan laki-laki yang baik jika yang ada di sekitarku saja begini?” lanjut Nyridia.“Benar,” timpal Feather lagi.“Seleramu bahkan bukan laki-laki yang baik,” sindir Eugene.“Kau masih mengungkit soal itu?” tanya Nyridia kesal.“Siapa?” tanya Lou yang tidak tahu.“Roy Raven. Si Nyridia pernah naksir padanya,” jawab Eugene. “Cuma lihat dari tampangnya. Padahal tidak tahu baik buruknya bagaimana.”“Memangnya kenapa? Buktinya Seth sudah tampan, baik lagi,” balas Nyridia.“Aku juga bisa jadi contoh, tahu!” seru Eugene.“Apa? Kamu kebalikannya,” jawab Nyridia.“Apa maksudmu?!”“Apa mereka selalu begitu?” tanya Lou pada yang lain.Seth mengangguk. “Ya, selalu begitu.”Klaus hanya bisa menggelengkan kepalanya berka

  • Beyond the Light   56. Strange Ceodrin

    Mata Pilav terbuka karena ada suara benturan di pintunya. Apa pun yang ada di luar sana, Pilav yakin bahwa pelakunya bukan manusia. Sehingga, ia segera bangkit dari kasurnya dan membuka pintu.“Ceodrin Receive.”Alih-alih memberikan pesan suara, ceodrin itu malah memberinya sebuah amplop putih. Pilav mengangkat satu alisnya karena tidak tahu tentang fungsi ceodrin yang bisa mengantarkan barang. Pilav menunduk untuk membaca tulisan tangan yang berada di luar amplop.Setelah menerima ini, hancurkan ceodrinnya.Pilav menatap ceodrin itu secara saksama. Ia sadar bahwa ceodrin itu terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Warnanya lebih pudar dari warna ceodrin pada umumnya. Namun, ukurannya lebih besar—mungkin untuk menyimpan barang.Di sisi lain, Pilav yakin bahwa pengirim ceodrin ini bukanlah orang yang asing baginya. Pengirimnya pasti sudah mengenalnya dengan baik, sampai tahu mengenai kemampuannya untuk menghancurkan benda mati.Jari telunjuknya menyentuh badan ceodrin. “Chaos.” Ceodri

  • Beyond the Light   55. Parting

    Pilav berlari menghampiri tubuh Arias yang masih membeku. Eugene pun segera melelehkan esnya.“Pilav, jangan mendekat! Arias sudah terkena racun milik Trish,” ucap Seth. Meski sudah mendengar peringatan itu, Pilav tidak peduli. Ia memeluk tubuh Arias yang sudah kaku. Sesekali, ia menyisir rambut Arias. Ia tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, kenaifannya tetap memenuhi dirinya.Beberapa saat kemudian, mata Arias terbuka. Namun, mata ini bukanlah mata yang dikenal Pilav. Melihatnya yang sudah mulai berubah, Pilav tidak bisa menahan air matanya.Semua yang diucapkan Trish itu benar. Jarumnya beracun. Jarumnya lebih beracun daripada milik Tyra yang hanya bisa melumpuhkan. Jarumnya benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi boneka. Perubahan diri Arias yang menjadi boneka itu membuat pergerakan Trish melambat. Berkat itu, Nyridia berhasil melakukan serangan penutup. Trish perlu menyalurkan energinya untuk boneka miliknya. Sayangnya, bahkan ketika Tris

  • Beyond the Light   54. Through the Dark

    Pilav menebas satu per satu boneka yang ada di dekatnya. Terlihat Lalia’s Pendant miliknya yang menyala—tanda bahwa liontin itu sedang aktif. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan jurus rahasia milik Kerajaan Alba.Sambil menekan liontin putih yang sedang menyala, Pilav memejamkan matanya. Muncul cahaya besar berwarna putih di hadapannya. Kemudian, cahaya itu terpecah belah dan berterbangan ke arah tujuh rekannya. Tidak butuh waktu lama hingga cahaya putih dari Lalia’s Pendant berubah menjadi sebuah tembok transparan yang mengelilingi satu per satu dari mereka.Jumlah boneka yang dimiliki Trish sudah menipis. Karena boneka yang digerakkan oleh Trish semakin sedikit, pergerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Benang-benang yang ia gunakan pun bertransformasi lagi. Gerakan benang milik Trish menjadi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan berhasil menciptakan arus angin yang tidak kalah kencang dari Pilav. Semua yang berada di medan perang memutuskan untuk me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status