“Earth Spirit!” Nyridia menyentuh tanah dengan telapak tangannya. Muncul retakan tanah yang cukup besar dan bercabang-cabang.
Terdengar suara kaca yang pecah. Di ujung sana, terdapat kepingan kaca. Setelah makhluk itu sudah dipastikan pecah secara sempurna, Nyridia pun menyentuh tanah lagi. Tanah-tanah yang retak itu menyatu kembali secara alami. Tidak ada tanda-tanda kehancuran sama sekali.
Nyridia menoleh ke arah Klaus yang tidak sempat melakukan apapun. “Ayo berkumpul dengan yang lain.”
Pagi ini, Tim Eria dan Tim Elite dibagi ke empat lokasi. Di setiap lokasi, terdapat satu anggota Eria dan satu anggota Elite. Pembagian ini dipilih secara acak tanpa mempertimbangkan elemen ataupun kemampuan dari para anggota.
Seth sempat berkata bahwa misi ini bahkan bisa diselesaikan oleh satu anggota Elite saja. Tetapi, mengingat bahwa Herreros mempercayakan Tim Eria kepada mereka, Seth harus memikirkan jalan yang terbaik.
Jika empat lokasi itu sudah selesai diamankan, maka keempat tim harus berkumpul di titik yang sudah ditentukan. Di titik ini, mereka baru menyelidiki lagi di mana keberadaan sang pelaku dari makhluk-makhluk kaca ini.
Setelah menunggu beberapa saat, semua tim pun sudah sampai di titik. Mereka semua sudah memecahkan kaca yang bertebaran di hutan.
“Di sini tempat kita bertemu Tyra kemarin,” ucap Seth lalu matanya mengarah ke Klaus. “Setelah kita mengetahui apa yang ada di balik koin itu, apa kau masih berpendapat bahwa Tyra berada di sekitar sini?”
“Di bawah,” ucap Klaus tiba-tiba.
“Benar. Dia ada di bawah!” seru Feather.
Tentu orang lain yang mendengar itu kebingungan. Tanpa konteks apapun, dua orang menyebut arah bawah. Namun, apa yang ada di bawah?
“Apa maksudnya?” tanya Seth.
“Di antara semua monster, kenapa hanya ada satu yang manusia? Dan kenapa manusia itu adalah Tyra?” Klaus mengulang pertanyaan yang sudah pernah dibahas sebelumnya. “Kekuatan yang didapatkan Feather melalui koin itu dapat menjawabnya.”
Mendengar itu, Feather langsung maju satu langkah. “Koin itu membuatku menjadi bisa menghasilkan duri seperti Tyra. Namun, ada satu kejanggalan saat kita melawan Tyra kemarin. Duri itu harusnya hanya bisa berasal dari tubuh sendiri. Namun, waktu itu, ada juga duri yang berasal dari bawah tanah.”
Fakta ini tentu tidak diketahui sama sekali oleh Tim Elite. Mereka tidak menyaksikan kejadian saat Tyra menyerang Tim Eria. Seth dan Pilav baru datang ketika Eria sudah kalah telak di pertarungan itu.
Feather mengeluarkan pedang yang ia bawa di punggungnya. Kemudian, ia menancapkannya ke tanah.
Tanah itu terasa lebih rapuh dari tanah biasanya. Nyridia pun turun tangan. Ia mengambil pedang milik Feather. Kemudian, ia menusuknya lagi. Tanah yang mereka injak itu pun runtuh
Sebelum semuanya terjatuh, Eugene dengan cepat mengeluarkan merpati raksasanya. “Diola!” Sekarang, mereka semua berdiri di atas badan dari seekor burung.
Diola, burung merpati milik Eugene mendarat dengan sempurna. Satu per satu dari mereka turun dari badan Diola. Mereka sekarang berada di sebuah gua di bawah tanah. Mereka berdelapan pun menyusuri gua itu.
“Terima kasih, Diola.” Eugene mengusap puncak kepala Diola sebentar. Kemudian, burung merpati itu menghilang tanpa jejak.
Gua ini sangat gelap. Cahaya matahari hanya masuk dari lubang yang dibuat Nyridia tadi.
Eugene melepas sarung tangannya lalu menyentuh dinding gua. “Pasir.” Matanya melihat ke sekeliling. “Sepertinya benar. Ini adalah tempat persembunyian Tyra. Apa dia terlalu sering main di pantai?”
“Tim Eria.” Seth menoleh ke empat orang yang ada di belakangnya. “Pekerjaan kalian sampai di sini saja. Selanjutnya, Tim Elite akan mengurusnya.”
Saat hendak melanjutkan perjalanan, mereka pun dihadang oleh ratusan duri. Pilav dengan cepat mengarahkan telapak tangannya ke depan. “Swirling Wind.” Duri-duri itu dibasmi dengan putaran angin dan kembali menjadi pasir dalam sekejap.
“Ah, tidak seru!” Sang pemilik suara itu tidak terlihat di mana keberadaannya. Namun, teriakan itu terdengar sangat kencang.
Setelah terdengar teriakan itu, muncul Tyra yang asli — perempuan dengan rambut coklat yang disanggul rapi dan gaun putih bersih. Ia mengeluarkan pedangnya lalu melemparkan banyak duri. Sambil melemparkan duri, ia tertawa cekikikan.
“Tyra, Tim Elite ada di sini. Mungkin lebih baik kau menyerahkan diri daripada mati di sini,” ucap Seth sambil mengeluarkan pedangnya.
Tyra tidak terima dengan ucapan Seth barusan. Ia mengeluarkan banyak duri dari berbagai sisi. Semua duri itu mengarah ke Seth. Namun, semuanya hancur karena menabrak pohon yang menutupi Seth. Pohon itu dibuat oleh Nyridia.
“Terima kasih, Nyridia,” ucap Seth setelahnya yang dijawab anggukan.
Eugene mengeluarkan panahnya kemudian mengarahkan ke arah Tyra. “Dancing Arrow.” Ketika Eugene melepas panahnya, Pilav membantunya dengan memberikan kekuatan angin pada panah itu. Panah itu menjadi meluncur lebih cepat dari biasanya.
Panah itu langsung bergerak melingkari tubuh Tyra—tidak menusuknya secara langsung. Jurus ini hanya membuat target terkena serangan ringan secara berkali-kali. Panah milik Eugene juga merupakan panah khusus yang bisa menyerap energi milik musuh.
Tyra yang mulai kehilangan energi itu pun tidak bisa menyerang lagi. Ia butuh energi untuk membuat duri-duri dari pasir. Kesempatan ini tentu dimanfaatkan oleh Seth. Pria itu langsung menghampiri Tyra dengan langkah besar.
“Sepertinya, kamulah yang tidak seru di sini.” Pedang Seth hanya berjarak satu senti dengan leher Tyra—membuat Tyra menatapnya sinis.
Nyridia menahan kedua tangan Tyra di belakang. Setelah itu, muncul akar yang mengikat kedua tangan itu. “Tyra, ayo kembali ke Escalera. Tempat penahananmu ada di sana.”
Keadaan Tyra sekarang banyak berubah. Gaun putihnya yang elegan itu sudah sobek-sobek di bagian pinggang karena panah Eugene. Rambutnya juga sedikit acak-acakan karena elemen angin Pilav. Pedang yang ia banggakan itu sudah terjatuh di tanah. Ia hanya bisa mendecak kesal sambil dituntun keluar oleh Nyridia.
Eugene pun kembali memanggil Diola. Sekarang, ada sembilan orang yang menaikinya. Mereka semua kembali ke daratan
***
Setelah menyelesaikan masalah makhluk kaca dan Tyra, Tim Elite langsung lenyap dari penglihatan. Tyra juga sudah dibawa oleh mereka. Tidak ada yang tahu ke mana mereka pergi. Ucapan selamat tinggal bahkan belum dilontarkan. Mereka sudah meninggalkan Tim Eria lebih dahulu.
Sebenarnya, tidak terlalu mengherankan. Tim Elite tidak memiliki waktu untuk dibuang. Mereka harus cepat dalam melakukan apapun. Berbeda sekali dengan Tim Eria yang masih banyak waktu luang dan bisa menghabiskan banyak waktu sesuai keinginan masing-masing.
“Seru banget! Seru gak, sih?” Felix bertanya ke ketiga rekannya dengan mata berbinar.
“Untuk misi pertama, ini merupakan pengalaman yang sangat mengesankan,” jawab Feather.
“Pembahasan kalian berdua sangat keren.” Felix menatap Klaus dan Feather kemudian menunduk. “Aku ingin sekali bergabung dalam diskusi. Tetapi, aku tidak mengerti apapun. Maaf, teman-teman.”
Melihat ekspresi Felix yang tampak bersalah, membuat ketiga rekannya ikut sedih. Jarang sekali melihat Felix dengan keadaan seperti ini. Biasanya, ia selalu bersemangat meski yang lainnya sudah lelah.
Arias merangkul Felix. “Jangan khawatir, Felix.”
“Benar, itu tidak masalah.” Feather tersenyum.
Felix memang merupakan pribadi yang selalu ceria dan apa adanya. Namun, ia kurang bisa berpikir secara kritis dan mendalam seperti Klaus. Ia sangat bersemangat dalam menjalankan misi. Tetapi, ketika tiba saatnya untuk rapat, ia langsung menjadi patung. Matanya bisa melirik ke segala arah. Sedangkan, pikirannya kosong.
“Arias, bagaimana denganmu? Apa kau ingin bergabung dengan Tim Eria sebagai anggota tetap?” tanya Felix. Laki-laki berambut kuning itu nyengir. Perasaan sedihnya hilang secepat itu.
“Benar! Semua tim memiliki empat orang anggota. Siapa lagi yang bisa menggantikanmu?” tambah Feather.
Arias terharu dengan ajakan rekannya itu. Meski baru saja berkenalan dan saling tahu mengenai satu sama lain, mereka sudah membentuk bond yang kuat.
“Tim Eria adalah tim yang cocok untukmu,” ucap Klaus tiba-tiba. Mendengar ucapan itu dilontarkan oleh Klaus yang dikenal sangat dingin membuat Arias semakin bahagia.
“Aku masih belum tahu,” jawab Arias sambil menggaruk tengkuknya.
“Tidak apa-apa. Kamu bisa memikirkannya dahulu,” kata Felix. Kali ini, Felix yang merangkul Arias. “Sekarang, kita akan kembali ke Escalera. Kau mau ikut?”
Arias melihat sekeliling rumahnya. Ia masih belum siap meninggalkan rumahnya. Namun, ia mengangguk. “Tentu saja.” Ia ingin mencoba menjalani hidup yang baru.
“Nona Selena! Ada seseorang yang perlu menemuimu.”Selena mengangkat kepalanya yang sejak tadi fokus pada berkas di atas meja. “Siapa?”Seorang kesatria membuka pintu ruangannya sambil membawa seorang perempuan. Dari wajahnya, perempuan itu masih berumur belasan tahun. Badannya kurus dan cukup tinggi. Rambutnya hitam lurus sedada. Dari pakaiannya, seperti seseorang yang tinggal di desa. Terlihat beberapa luka goresan pada punggung tangannya.“Maaf, Nona Selena. Perkenalkan, saya Niana. Saya berasal dari Desa Rodeo. Saya ke sini untuk meminta bantuan. Kepala desa saya, Tuan Ash, telah dibunuh di rumahnya. Sekarang, keadaan desa sangat kacau. Mereka ketakutan setelah melihat keadaannya. Tolong bantu desa kami untuk menemukan pelakunya,” ucap perempuan yang bernama Niana itu.“Salam kenal, Niana. Boleh diceritakan lebih rinci lagi?” tanya Selena. Mata biru lautnya itu menatap lawan bicaranya dengan dalam.“Saya waktu itu sedang tertidur. Saya terbangun karena di luar sangat berisik. Keti
“Sudah bertemu dengan Pilav?” tanya Felix ketika Klaus kembali.Klaus menggeleng. “Dia sepertinya sudah pergi.”“Pergi ke mana?” tanya Nyridia.“Tidak tahu.” Klaus mengangkat bahunya.“Laki-laki memang secuek itu, ya?” gumam Nyridia.“Benar,” timpal Feather.“Bagaimana aku bisa menemukan laki-laki yang baik jika yang ada di sekitarku saja begini?” lanjut Nyridia.“Benar,” timpal Feather lagi.“Seleramu bahkan bukan laki-laki yang baik,” sindir Eugene.“Kau masih mengungkit soal itu?” tanya Nyridia kesal.“Siapa?” tanya Lou yang tidak tahu.“Roy Raven. Si Nyridia pernah naksir padanya,” jawab Eugene. “Cuma lihat dari tampangnya. Padahal tidak tahu baik buruknya bagaimana.”“Memangnya kenapa? Buktinya Seth sudah tampan, baik lagi,” balas Nyridia.“Aku juga bisa jadi contoh, tahu!” seru Eugene.“Apa? Kamu kebalikannya,” jawab Nyridia.“Apa maksudmu?!”“Apa mereka selalu begitu?” tanya Lou pada yang lain.Seth mengangguk. “Ya, selalu begitu.”Klaus hanya bisa menggelengkan kepalanya berka
Mata Pilav terbuka karena ada suara benturan di pintunya. Apa pun yang ada di luar sana, Pilav yakin bahwa pelakunya bukan manusia. Sehingga, ia segera bangkit dari kasurnya dan membuka pintu.“Ceodrin Receive.”Alih-alih memberikan pesan suara, ceodrin itu malah memberinya sebuah amplop putih. Pilav mengangkat satu alisnya karena tidak tahu tentang fungsi ceodrin yang bisa mengantarkan barang. Pilav menunduk untuk membaca tulisan tangan yang berada di luar amplop.Setelah menerima ini, hancurkan ceodrinnya.Pilav menatap ceodrin itu secara saksama. Ia sadar bahwa ceodrin itu terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Warnanya lebih pudar dari warna ceodrin pada umumnya. Namun, ukurannya lebih besar—mungkin untuk menyimpan barang.Di sisi lain, Pilav yakin bahwa pengirim ceodrin ini bukanlah orang yang asing baginya. Pengirimnya pasti sudah mengenalnya dengan baik, sampai tahu mengenai kemampuannya untuk menghancurkan benda mati.Jari telunjuknya menyentuh badan ceodrin. “Chaos.” Ceodri
Pilav berlari menghampiri tubuh Arias yang masih membeku. Eugene pun segera melelehkan esnya.“Pilav, jangan mendekat! Arias sudah terkena racun milik Trish,” ucap Seth. Meski sudah mendengar peringatan itu, Pilav tidak peduli. Ia memeluk tubuh Arias yang sudah kaku. Sesekali, ia menyisir rambut Arias. Ia tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, kenaifannya tetap memenuhi dirinya.Beberapa saat kemudian, mata Arias terbuka. Namun, mata ini bukanlah mata yang dikenal Pilav. Melihatnya yang sudah mulai berubah, Pilav tidak bisa menahan air matanya.Semua yang diucapkan Trish itu benar. Jarumnya beracun. Jarumnya lebih beracun daripada milik Tyra yang hanya bisa melumpuhkan. Jarumnya benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi boneka. Perubahan diri Arias yang menjadi boneka itu membuat pergerakan Trish melambat. Berkat itu, Nyridia berhasil melakukan serangan penutup. Trish perlu menyalurkan energinya untuk boneka miliknya. Sayangnya, bahkan ketika Tris
Pilav menebas satu per satu boneka yang ada di dekatnya. Terlihat Lalia’s Pendant miliknya yang menyala—tanda bahwa liontin itu sedang aktif. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan jurus rahasia milik Kerajaan Alba.Sambil menekan liontin putih yang sedang menyala, Pilav memejamkan matanya. Muncul cahaya besar berwarna putih di hadapannya. Kemudian, cahaya itu terpecah belah dan berterbangan ke arah tujuh rekannya. Tidak butuh waktu lama hingga cahaya putih dari Lalia’s Pendant berubah menjadi sebuah tembok transparan yang mengelilingi satu per satu dari mereka.Jumlah boneka yang dimiliki Trish sudah menipis. Karena boneka yang digerakkan oleh Trish semakin sedikit, pergerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Benang-benang yang ia gunakan pun bertransformasi lagi. Gerakan benang milik Trish menjadi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan berhasil menciptakan arus angin yang tidak kalah kencang dari Pilav. Semua yang berada di medan perang memutuskan untuk me
“Apa kau merasa puas, Tuan Putri? Kau memanfaatkan orang-orang mati ini sebagai senjatamu juga,” ucap Trish.“Mereka semua adalah rakyatku. Mereka semua adalah orangku!” teriak Pilav kemudian mulai mendorong Trish dengan angin miliknya.Trish yang sempat lengah itu berusaha memberikan serangan balasan. Muncul jarum di bagian ujung beberapa benang yang ada di tangannya itu Pilav tertawa melihat perubahan itu. “Apakah kau sedang membuka kelas menjahit?” Tentu kalimat yang dilontarkannya itu berhasil mengubah ekspresi Trish.“Kau lihat jarum ini? Ini bukan jarum seperti milik Tyra. Jarum ini sungguh beracun dan bisa mengubahmu menjadi boneka dalam sekejap,” ucap Trish.“Sampai sekarang pun, kamu masih menyebut nama Tyra. Untuk apa? Karena kau merasa tersaingi olehnya?” balas Pilav.“Karena hari ini … kamu dan Tyra akan mati,” ucap Trish.Pilav menggeleng. “Kalau dua nama itu yang kamu sebut, tentu saja ucapanmu salah. Kamu yang mati.”Setelah mengatakan kalimat itu dengan tegas, muncul
Suara kaki kuda yang berpacu mengisi keheningan. Jarak yang mereka tempuh sudah cukup jauh. Kabar baiknya adalah mereka berhasil menemukan jejak kaki kuda lainnya. Kemungkinan besar, jejak itu adalah milik kuda Pilav. Seth sebagai pemimpin pasukan kavaleri kecil ini memutuskan untuk mengikuti jejak itu.Dilihat dari suasana sekitar, mereka sudah keluar dari Escalera. Untuk di mana lokasi tepatnya mereka berada sekarang, tidak ada yang tahu.Ketika langit sudah mulai gelap, mereka sampai di sebuah lahan kosong. Seth menghentikan kudanya di tempat itu dan orang-orang yang ada di belakangnya mengikutinya. “Kita istirahat dulu untuk malam ini,” ucap Seth lalu turun dari kuda.“Tidak apa-apa kita istirahat? Sepertinya Pilav sudah sampai lebih dulu,” ucap Nyridia.“Dia juga pasti istirahat,” jawab Seth dengan tenang. “Kalau dia tidak istirahat—paling tidak, kudanya yang butuh istirahat.”“Masuk akal,” jawab Nyridia.Tim Elite mulai memasang tenda; Tim Eria menyiapkan makan malam. Mereka be
Tujuh ekor kuda sudah siap di pintu masuk Escalera. Selagi yang lain mempersiapkan diri untuk perang, Seth melaporkan semuanya kepada Herreros. Dia juga meminta izin untuk memimpin pertarungan antara Escalera dengan Blade.Perang ini terjadi di negeri lain. Dengan apa yang pernah terjadi di Rivera, tentu Herreros sedikit waswas. Namun, sekarang situasinya berbeda. Tidak akan ada yang protes mengenai pertarungan di Alba. Tidak akan ada seorang pemimpin yang menghampiri Escalera nanya untuk mempermasalahkan hal ini.Pada dasarnya, Alba memang sudah tidak ada. Pemimpin Alba pun merupakan boneka. Blade memang berani melakukan apa pun untuk memanipulasi dunia. Memalsukan sebuah kerajaan merupakan sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan.Herreros awalnya ingin mengirim pasukan kesatria lain untuk membantu perang mereka nantinya. Tetapi, Seth menolak keras. Seth menekankan kepada Herreros bahwa perang ini bukanlah tanggung jawab Escalera. Penyebabnya adalah masalah pribadi. Seth dan lainn
Tim Elite terlihat gelisah. Di atas meja yang ada di tengah mereka sudah ada tiga cangkir teh. Tetapi, tidak ada yang menyentuhnya. Keadaan mereka seperti ini karena mereka berhasil mendapatkan sebuah fakta mengejutkan.Pilav Yoedger menghilang.Hari ini seharusnya Tim Elite berkumpul untuk diskusi. Tetapi, sampai di waktu yang dijanjikan, Pilav belum juga datang. Sebelumnya, Pilav tidak pernah terlambat di setiap janji. Sekitar lima menit setelah waktu yang ditentukan itu tiba, Seth mengirim ceodrin kepada Pilav. Tetapi, tidak ada jawaban yang mereka dapatkan lagi setelah empat jam. Kini, anggota Tim Elite yang tersisa hanya bisa duduk sambil berharap mendapat kabar tentang Pilav.Tim Elite juga sudah menghampiri rumah Pilav. Dengan bantuan Lou, pintu rumahnya yang terkunci itu berhasil dibuka. Lou memang memiliki kunci cadangan untuk semua rumah para kesatria karena rumah tersebut berasal dari dana pusat. Tetapi, si pemilik rumah tidak ada di sana. Barang-barangnya juga masih lengk