***
Aku trauma dengan makhluk yang bernama laki-laki. Laki-laki yang kukenal dalam hidupku hanya memberi ingatan luka. Mereka bahkan masih meninggalkan luka batin sampai detik ini. Sampai laki-laki itu hadir dan kusadar bahwa di dunia ini masih ada laki-laki yang baik. Tapi, saat dia mulai melihatku, kenapa aku ingin bersembunyi?
***
“Maksud Ibu?” tanya Maha, dia menatap Nia tak mengerti.
“Sebenarnya kamu sedang menceritakan kisah kamu sendiri, Nak. Kamu kan wanita yang diminta pria beristri itu untuk jadi yang kedua?”
Kedua mata Maha membulat sempurna, dia terkejut karena ibunya itu bisa menebaknya dengan tepat. “Ibu kenapa bisa menebak kalau wanita itu adalah Maha?”
“Karena Ibu sudah tahu semuanya, Nak. Ibu sudah tahu kalau kamu diminta jadi istri kedua,” balas Nia.
“Ibu tahu darimana?”
“Nak Alysa yang memberitahu Ibu, tadi sore dia menghubungi Ibu dan berbicara dengan Ibu tentang niatnya untuk menjadikan kamu sebagai adik madunya. Bahkan Ibu tadi sore sempat berbicara dengan suaminya. Mereka besok malam mau datang ke rumah untuk bicara langsung dengan Ibu,” jawab Nia.
Maha tersenyum lirih, dia tidak bisa membohongi Nia karena memang tidak terbiasa. “Ibu memang benar kalau wanita itu adalah Maha. Tadi pagi, Pak Zayn datang ke sini, dan meminta Maha untuk jadi istri keduanya.”
“Kamu selama ini memendam perasaan pada pria itu?”
“Maha menganggumi sosok Pak Zayn, wanita mana pun pasti akan menganggumi sosoknya, Bu. Tapi, Maha tahu diri kalau perasaan kagum ini tidak boleh tumbuh, Maha tahu kalau perasaaan ini adalah hal yang terlarang,” jawab Maha. “Jadi, apa yang harus Maha lakukan?”
“Kamu mau menerima lamaran Nak Zayn?”
“Bagaimana tanggapan Ibu?” Maha bertanya balik.
“Ibu akan mendukung apapun keputusan yang kamu ambil, Nak. Ambil lah keputusan yang menurutmu adalah yang terbaik, dan ikuti kata hatimu. Jika kamu masih ragu, kamu bisa istikharah dan meminta petunjuk dari Gusti Allah,” jawab Nia.
Maha tersenyum, dia langsung memeluk Nia erat. “Hanya Ibu lah, satu-satunya yang mampu mengerti Maha. Jika di dunia ini, Maha tidak punya Ibu, apa dunia Maha akan berwarna?” ucapnya lirih.
***
“Mas, tumben nggak datang ke kajian keluarga siang tadi?” tanya Alysa.
“Tadi ada urusan mendadak, Sayang,” balas Zayn. Pria itu langsung mengecup kening istrinya lembut.
“Urusannya pasti lancar, ya?”
“Urusan?”
“Meminta Maha jadi istri keduanya Mas Zayn,” balas Alysa. “Bagaimana tanggapannya? Dia mau, kan?”
“Yang jelas Maha langsung menolak dengan tegas, Sayang,” balas Zayn. “Wanita mana pun pasti tidak mau dilamar dengan pria yang sudah beristri, kamu malah memaksa Mas untuk datang ke rumahnya, padahal sudah tahu kalau hasilnya nanti akan ditolak.”
“Tapi banyak wanita yang menggoda Mas Zayn dengan alasan kagum dan ingin Mas bimbing, para wanita itu malah rela dijadikan yang kedua dan ketiga,” tukas Alysa memanyunkan bibirnya.
“Kan itu kamu cemburu,” ujar Zayn. “Jadi, niat kamu untuk cari Mas istri lagi jangan dilakukan lagi ya, Sayang. Maha juga sudah menolaknya, jadi kita jangan bahas itu lagi. Mas nggak masalah kalau rumah tangga kita hanya berdua, kita kan bisa terus pacaran. Mas nggak enak juga tadi sama dia.”
Alysa menggelengkan kepalanya. “Nggak, Mas. Aku masih mau berusaha membujuk Maha agar mau jadi adik maduku, aku ingin dia jadi istri Mas juga.”
“Kamu nggak cemburu kalau ada wanita lain di sisi Mas?”
“Kalau untuk Maha tidak. Mungkin satu-satunya wanita yang tidak membuatku cemburu hanya dia. Maha juga masih muda, apalagi saat ini dia sudah menutup auratnya, dia seperti bidadari bermata jernih. Maha dengan jilbabnya cantik kan, Mas?”
“Iya. Dia sangat cantik, dan matanya pun terasa teduh untuk ditatap. Di kantor pun para pria memang banyak yang suka sama dia, ” balas Zayn tanpa sadar.
"Tuh kan... Mas ngakuin kalau Maha itu cantik," ucap Alysa terkekeh.
"Astaghfirullah... Sayang... kenapa nggak cemburu Mas tadi tak sengaja memuji kecantikan wanita lain? Maafkan Mas ya! Mas seharusnya tidak mengatakan hal terlarang seperti tadi. Di mata dan hati Mas itu yang tercantik hanya kamu, bidadari satu-satunya Mas," balas Zayn menyesal.
Alysa malah tertawa. Dia langsung bergelayut manja dengan menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Zayn. "Aku yang tanya dan Mas nggak salah untuk menjawab seperti itu. Aku malah senang karena wanita pilihanku untuk jadi adik madu ternyata Mas juga suka, jadi kalau Mas suka kan enak nantinya, aku jadi nggak terkesan memaksa Mas untuk menikah lagi dengan Maha."
"Kamu nggak cemburu, Sayang? Kenapa ide kamu itu aneh? Istri mana pun tidak mau kalau suaminya menduakannya, kamu kok seneng kalau suamimu ini nikah lagi."
"Kan Mas nikah sama wanita yang aku pilih. Aku sudah kenal baik Maha dan keluarganya dari kecil. Dia itu wanita yang baik, dan juga penurut, Mas. Maha juga kan baru saja mengalami kejadian buruk sama mantannya, dia langsung hijrah dan sangat cantik. Banyak lho anak didiknya Abah yang ngincar Maha untuk dijadikan istri, dan banyak pria yang ngajuin diri untuk taaruf sama Maha. Ibaratnya Maha itu bunga yang sedang mekar dan jadi incaran para kumbang, nah daripada dia dengan pria lain mending sama kamu saja Mas. Aku yakin kamu bisa membimbing Maha, dia itu butuh sosok imam yang seperti kamu."
"Kamu nggak cemburu?" tanya Zayn sekali lagi.
"Aku bilang nggak Mas. Kalau sama Maha di hati ini nggak ada rasa cemburu sama sekali. Aku pikir kalau Maha jadi istri Mas, dia bisa memberimu anak yang sudah lama kita nanti. Mas memangnya nggak mau dipanggil 'Abi' sama anak Mas sendiri?"
"Mas nggak ngoyo juga, Sayang. Kalau belum rezeki kita diamanahi seorang anak, Mas nggak akan kecewa. Namanya hidup pasti ada saja hal yang tidak sesuai rencana. Bagi Mas yang penting rumah tangga kita bahagia, kamu pun selalu ada untuk Mas. Mas cukup hanya ada kamu saja," balas Zayn.
"Nggak, Mas. Aku nggak mau membuatmu menerima kenyataan kalau aku tidak akan pernah bisa hamil karena divonis mandul. Usaha kita selama ini pun sudah banyak kita lakukan, mungkin jalan ini hanya satu-satunya cara agar kita bisa punya keturunan. Lewat Maha kita bisa mendapatkan buah hati."
"Sayang, kamu ikhlas kalau Mas berbagi hati sama wanita lain? Kalau untuk poligami itu harus adil dan itu artinya waktu Mas nanti terbagi jadi dua, kamu rela kalau semua waktu Mas nggak semuanya sama kamu?"
"Kan nanti kita tinggal satu atap, Mas. Kenapa harus khawatir?"
"Satu atap?" tanya Zayn terkejut. "Jadi kamu mau ajak Maha tinggal sama kita?"
Alysa mengangguk. "Iya lah, Mas. Masa iya nanti Maha beda rumah sama aku. Nanti kalau Maha melahirkan anakmu, anaknya kan bisa aku rawat juga. Mas nggak keberatan, kan?"
"Maha pasti keberatan, Sayang. Ditambah dia sudah menolak mentah-mentah pagi tadi. Mana ada wanita yang ingin satu atap dengan madunya," jawab Zayn.
"Kalau Maha berbeda, Mas. Dia pasti nurut, lagian kasihan juga kalau Mas harus pergi ke rumah satu dan ke rumah lainnya. Kalau kita bertiga satu atap kan enak nanti nggak perlu rebutan waktu. Mas bisa bergantian datang ke kamar aku atau Maha."
"Kamu memangnya tahan kalau Mas di kamar berduaan dengan wanita lain?"
Alysa hening. Dia akhirnya tersenyum. "Aku nggak cemburu, Mas. Aku tahu bagaimana hati kamu, aku tahu bagaimana kamu mencintaiku, jadi aku nggak perlu lah untuk cemburu."
Zayn menghela napas berat. "Tapi berat bagi Mas untuk menikah lagi, Sayang. Nanti apa yang harus Mas jelaskan pada keluarga Mas dan juga keluarga kamu. Mas yakin mereka pasti tidak akan menerimanya."
"Masalah itu nggak perlu Mas pikirkan karena aku lah yang akan menjelaskan pada mereka. Aku yakin mereka paham, dan juga keluarga kita kan sudah mengenal baik siapa Maha. Mereka pasti setuju," balas Alysa meyakinkan.
"Tapi Sayang Mas takut nanti ke depannya ada masalah, bagaimana pun mempunyai istri lebih dari satu itu harus adil. Mas pasti berusaha untuk adil, tapi Mas tidak bisa menebak apa nanti kamu dan Maha menerima apa yang Mas berikan karena hati wanita itu mudah cemburu."
"Aku percaya sama kamu, Mas. Aku percaya kalau Mas bisa bersikap adil pada kami berdua," tukas Alysa.
"Kamu yakin, Sayang?"
Alysa mengangguk dengan yakin. "Insya Allah, Mas. Kita kan melakukan ini karena niat baik dan ibadah juga. Mas juga berperan untuk jadi imam yang mampu membimbing Maha, dia butuh sosok Mas jadi imamnya."
"Terus kalau Maha menolak lagi?"
"Kali ini dia pasti tidak akan menolaknya karena aku akan memintanya pada ibu," balas Alysa.
"Ibu? Tante Nia?"
Alysa mengangguk. "Iya. Aku yakin kalau ibu yang minta pasti Maha tidak akan menolaknya."
"Tapi Maha minta sama Mas agar kita tidak menghubungi ibunya, Sayang."
"Kita jangan dengar dia, Mas. Pokoknya Mas harus ikat Maha sebelum ada pria lain yang melamarnya!" ucap Alysa. "Mas suka sama Maha, kan?"
Zayn membisu...
***
***Sepuluh tahun berlalu. Kota Tarim terasa sangat menenangkan. Di sana dikenal dengan kota para nabi. Kota yang dikenal penduduknya sangat mencintai para nabi. Dan para wanita di Tarim sering dijuluki bidadarinya bumi. Aurat mereka terjaga dalam balutan jubah-jubah berwarna hitam gelap.Kota Tarim adalah impian semua umat muslim yang tahu akan keisimewaan kota itu dan konon siapapun yang menginjakan kaki di sana akan dibuat jatuh cinta dan enggan meninggalkannya, termasuk seorang wanita berusia 33 tahun bernama Rubiah Zahra. Wanita itu terlalu jatuh cinta dengan Tarim dan kebahagiaannya ada di kota ini. Rubiah seperti menemukan apa arti hidup, apa cinta, apa kasih sayang, dan bagaimana itu bahagia.Dengan langkah kaki yang cepat, wanita yang memakai cadar dan jubah hitam itu langsung menemui sahabat baiknya yang sama-sama berasal dari Indonesia. Rubiah selalu mendapatkan informasi tentang keluarganya dari wanita yang bernama Aisyah.“Assalamualaikum, Aisyah. Maaf, tadi aku sedang me
***Saat ini Faiz sudah berusia delapan bulan. Bayi mungil itu tumbuh dengan lucu dan sehat. Pada akhirnya Maha tinggal satu atap dengan Alysa, dan tentu saja selalu ada Sarah yang berkunjung dan menyindirnya. Meski Alysa dan Zayn selalu berusaha melindungi Maha, tapi luka itu tetap basah dan ucapan Sarah selalu terekam dalam ingatan Maha. Sebutan Sarah padanya membuat Maha merasa memang dia sudah tidak bisa melanjutkan mahligai rumah tangga bersama Zayn. Ditambah Faiz selalu saja dibawa Alysa dan Sarah. Maha hanya memeluknya saat Faiz ingin tidur seperti dia adalah ibu susunya. Hati ibu mana yang tidak sakit saat diam-diam dijauhkan dari sang buah hati. Setelah Alysa sembuh karena penyakit ginjalnya, wanita itulah yang selalu merawat Faiz. Bahkan tak jarang selalu dibawa pergi tanpa membawanya.Maha pasrah, dia memang sudah lelah dan mengalah. Dia tahu kalau semuanya sudah patah dan cinta yang patah itu tidak akan menyatu dengan utuh. Meski merasa berat hati, Maha harus melepaskan se
Yang patah tidak selamanya akan tumbuh dan yang hilang tidak semuanya akan terganti.***Setelah kepergian Nia, hidup Maha berubah. Dia kehilangan salah satu sayapnya, kehilangan separuh jiwanya. Maha merasa dunia ini tidak berlaku adil padanya. Merasakan bahagia hanya sejenak. Maha tidak mempunyai siapapun untuknya tempat bersandar. Dia merasa jatuh dan butuh seseorang untuk memeluknya, namun Zayn... suaminya itu terlalu sibuk dengan Alysa. Bahkan sikap Zayn itu membuat Maha akhirnya harus melahirkan secara sectio karena pecah ketuban terlebih dahulu dan juga Maha kondisi kesehatannya menurun.Maha keberatan saat Zayn memintanya untuk tinggal satu atap dengan Alysa. Alasannya tentu saja dia masih dalam keadaan yang linglung. Hartanya satu-satunya pergi saat dia sedang butuh pegangan, hanya ibunya lah yang selalu ada di sisinya, selalu membelanya dan menganggap dirinya berharga. Saat dia harus kehilangan Nia untuk selama-lamanya, bagaimana bisa hatinya yang patah utuh kembali?Maha pu
***Setelah kejadian yang mencengkam itu. Maha selalu dipojokkan, bahkan dibenci. Maha disebut sebagai wanita yang gatal, wanita penggoda dan juga pembawa bencana. Maha yang sedang hamil, terguncang saat semuanya menyalahkannya, bahkan sikap Zayn pun sedikit berubah padanya. Di dunia suaminya itu seolah-olah dia sudah tenggelam. Zayn hanya sesekali datang mengunjungi rumahnya dan menanyakan kabar kehamilannya. Zayn bahkan selalu terburu-buru pergi dan tak menginap di rumah karena alasan kondisi Alysa yang kurang stabil dan istri pertamanya itu membutuhkan dia daripada Maha yang sedang hamil.Rayhan... atas perbuatannya itu, pria itu akhirnya masuk ke penjara karena Raka tidak berniat berdamai dengan pria itu. Sedangkan Raka yang sempat kritis, akhirnya sudah pulih kembali dan sampai saat ini Maha tidak berani mengunjunginya, bukan karena dia tidak tahu terima kasih karena Raka telah menyelamatkannya, dia hanya ingin menjaga hati semua orang, terlebih pandangan semua orang padanya sa
***“Mas, kamu sudah ketemu Maha dan bicara sama dia?” tanya Alysa.Zayn menggelengkan kepalanya. “Baru Mas telepon barusan dan Maha sedang ada di rumah sakit. Ibu lagi kemoterapi.”“Kenapa Mas nggak nyusul ke sana? Maha lagi hamil muda, Mas. Kasihan kalau harus ngurus semuanya,” kata Alysa.“Kamu juga sedang sakit, Sayang. Lalu, siapa yang jaga kamu?”“Mas, aku tahu kalau kamu akhir-akhir ini sangat khawatir sama Maha. Aku juga tahu kamu pasti merasa serba salah karena posisimu saat ini sangat sulit. Kamu tidak mau membuat aku kecewa kalau kamu mengutamakan Maha. Tapi, aku tidak mempermasalahkannya, aku senang karena pada akhirnya harapan dan doa kita terkabul. Aku harap Mas menjaga Maha dengan baik, jangan buat dia lelah ataupun merasa kesepian. Mas harus selalu ada untuknya, jadi suami siaga.”“Nanti Mas ke rumah ibu setelah urusan di sini selesai. Kamu juga masih sakit, Ma
***“Maha, bagaimana perasaanmu?” tanya Alysa. Dia langsung menggenggam tangan Maha dan menatap adik madunya dengan khawatir.Maha masih belum sepenuhnya sadar, dia masih linglung dan merasa kepalanya agak berat.Melihat Maha yang tidak merespon pertanyaan darinya, Alysa tambah khawatir dan dia menatap ke arah Zayn, suaminya itu bahkan dari tadi hanya diam. Dia tahu kalau Zayn pasti sangat mengkhawatirkan kondisi Maha dan menyalahkan dirinya sendiri.“Mas... “ Alysa sengaja memberi kode pada suaminya untuk bertanya pada Maha.Zayn mendekat, dia membelai lembut puncak kepala Maha dengan perasaan yang rumit. “Maha, bagaimana perasaanmu? Apa kamu masih merasa pusing atau mual?”Maha langsung tersadar, dia ingat bahwa tadi dia ada di caffe-nya dan mendadak semuanya gelap. Apakah tadi dia tidak sadarkan diri?“Apa yang terjadi padaku? Apa tadi aku pingsan?” tanya Maha dengan volume suara yang
***Perkelahian yang terjadi diantara Rayhan dan Raka membuat Zayn tak senang. Dia juga terkejut saat mendapati Maha ada diantara keduanya. Lalu, dia menatap Raka dan Rayhan dengan tatapan tajam.“Ada apa dengan kalian yang bertingkah sok jagoan di sini? Apa kalian tidak menghormati pesantren ini dan Abi Yusuf?” tanyanya.“Maaf, Mas. Raka bukan dengan sengaja menodai acara sakral ini, maafkan Raka dan Raka berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” balas Raka.Rayhan hanya tersenyum sinis, dia mengelap sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Raka yang keras.“Rayhan, apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa berkelahi seperti ini?” tanya Alysa dengan kecewa.“Harusnya Mbak tanyakan pada mereka berdua, khususnya Maha. Apa yang terjadi tadi, dia mungkin bisa menjelaskannya secara detail karena dialah penyebabnya,” balas Rayhan dengan sengaja. Dia menatap wanita itu sinis.Baik Alysa maupun Zay
***Kondisi Nia akhirnya mulai membaik dan dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi. Wanita paruh baya itu sudah bisa kembali ke rumah. Maha hanya seorang diri yang mengurus semuanya. Sejak kejadian Rayhan mengutarakan perasaannya, sikap pria itu berubah dan Intan juga tak mau berbicara padanya. Wanita itu tidak pernah datang ke rumah sakit hanya untuk sekedar menemui Nia.Perasaan kehilangan itu membuat Maha merasa kosong. Intan, satu-satunya teman yang dia punya malah menjauh darinya hanya karena salah paham. Maha sudah berusaha menjelaskan semuanya, tapi Intan tak meresponnya sama sekali.“Intan kemana, Nak?” tanya Nia.“Intan masih sibuk jaga caffe, Bu. Kan nggak ada orang yang jaga hanya kami berdua saja,” balas Maha tersenyum.“Alhamdulillah ya, caffe kalian ramai terus. Semoga rezekinya barokah, ya.” Nia tersenyum.“Amin,” kata Maha. “Bu, sekarang Ibu istirahat dulu
***Sarah menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya. “Umma ada perlu malam ini dan Alysa hanya dijaga sama Wulan. Kamu juga tahu kalau Alysa sakit asma, kalau asmanya kambuh bisa bahaya. Dia lebih butuh kamu daripada wanita ini!” hardiknya.Maha merasa bersalah, dia tersenyum melihat Zayn. “Benar, Mas. Mbak Alysa lebih membutuhkan Mas di sana. Aku di sini bisa jaga ibu, dan dokternya juga sangat membantu, jadi aku bisa mengandalkannya. Kesehatan Mbak Alysa lebih utama.”“Kamu tidak masalah nunggu ibu sendirian?” tanya Zayn.Maha mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan suaminya kalau dia tidak mempermasalahkannya.“Umma, nanti Zayn ke sana. Saat ini ada hal yang ingin Zayn bicarakan dengan Maha,” kata Zayn.Sarah hanya menatap Zayn dengan kesal. Dia langsung pergi tanpa banyak bicara.Zayn menatap istrinya itu dan tersenyum. “Maafkan Umma, ya. Umma pasti sedang kalut kar