Home / Romansa / Bidadari Pembawa Luka / 7. Permintaan Jadi yang Kedua

Share

7. Permintaan Jadi yang Kedua

Author: ISMI
last update Last Updated: 2023-09-07 17:00:17

Maha gelisah, dia masih memikirkan permintaan Alysa yang tak lelah memohon padanya. bahkan Alysa mengirim banyak hadiah ke rumahnya dan terus mengirim pesan padanya. Dia sudah tegas menolaknya, tapi Alysa tak menggubris alasan kenapa dirinya menolak untuk dijadikan istri kedua. Maha memijit kedua pelipisnya, sungguh masalah ini membuat kepalanya hampir meledak.

“Nggak lembur, Nak?” tanya Nia. Wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya.

“Nggak, Bu,” balas Maha, dia langsung mencium punggung tangan Sarah. “Gimana jualannya, Bu?”

Alhamduillah… hari ini nasi kuning Ibu laris manis, ada yang borong, jadi sebelum dzuhur Ibu bisa pulang cepat,” jawab Nia. Wanita paruh baya itu menghela napas panjang. “Nak Alysa terus menghubungi Ibu, dia bilang kamu nggak mau menerima lamaran Nak Zayn, dan Alysa meminta Ibu untuk membujuk kamu.”

“Abaikan saja, Bu. Nanti juga Mbak Alysa bosan kalau kita nggak respon,” pinta Maha.

“Kamu tidak nyaman ya? Di satu sisi kamu nggak enak karena Alysa dan keluarganya selama ini membantu keluarga kita, dan rumah ini pun pemberian dari keluarganya. Kenapa kita harus dihadapkan di posisi yang sulit begini.” Wanita paruh baya itu menghela napas berat.

“Maha memang tidak enak menolak Mbak Alysa, tapi Maha tidak mau kalau jadi yang kedua, dan alasannya pun karena mereka ingin Maha melahirkan keturunan untuk mereka. Menikah itu harus dilandaskan rasa cinta agar tidak terasa hampa. Kalau Mas Zayn tidak mencintai Maha, nanti rumah tangga kami berdua hambar, Bu. Maha juga tahu kalau Mas Zayn tidak menginginkan dirinya menikah lagi, dia terpaksa setuju karena permintaan Mbak Alysa,” ungkap Maha.

“Kalau Nak Zayn menyukaimu, kamu mau menerima lamarannya?”

Maha menghela napas panjang. “Wanita mana pun mau jadi satu-satunya, Bu. Bukan jadi salah satunya, Maha tidak ingin berbagi ranjang karena Maha ingin dicintai sepenuhnya.”

“Kalau kamu merasa nggak nyaman, kamu resign saja, Nak. Mungkin dengan begitu nanti mereka tidak terus memaksa kamu,” usul Nia.

“Maha belum menemukan pekerjaan pengganti, Bu. Kalau Maha langsung resign, nanti Maha kerja apa? Cari kerjaan sekarang sangat sulit, apalagi Maha hanya tamatan SMA. Maha lagi menunggu kabar dari Intan, kalau dia ada informasi tentang kerjaan, Maha pasti langsung minta resign dari perusahaannya Mas Zayn.”

“Nggak apa-apa, Nak. Kan ada Ibu yang masih jualan, jualan Ibu akhir-akhir Alhamdulillah laris manis,” tukas Nia.

Maha menggelengkan kepalanya. “Nggak, Bu. Ibu juga jangan terlalu capek, kan Ibu harus banyak istirahat kata dokter. Malah Dokter Imam menyuruh Ibu untuk tidak jualan dulu, tapi Ibu bandel malah jualan.”

Nia setengah tertawa. “Ibu bosan, Nak. Kalau kamu kerja, Ibu di rumah sendirian, ibu kan kesepian. Ibu tidak mau berdiam diri saja, kalau nggak ada kegiatan malah ingat sama masa lalu, saat ayahmu membuat Ibu hampir gila, dan juga Ibu tidak mau ingat masa kelam-kelam itu.” Dia mencoba menahan tangisannya agar anaknya tidak ikut merasakan kepedihan hatinya.

Maha merasakan perih di hatinya. Luka di hatinya masih lebam karena apa yang telah ayahnya lakukan padanya dan juga ibunya. Kekerasan itu jelas terekam di ingatannya. Saat ayahnya membabi buta memukul ibunya, menyeret ibunya sampai dengan tega membuat ibunya hampir merenggang nyawa. Masa-masa itu menimbulkan dampak yang buruk untuk mentalnya, beruntung saat itu ada Alysa yang membantunya keluar dari masa-masa kelam.

“Jangan mengingat pria itu lagi, Bu. Jangan sakit lagi, Maha pinta sama Ibu, biarkan luka itu pergi. Kita harus menatap ke depan. Saat ini Ibu harus bahagia, ya... meskipun anak Ibu ini masih belum bisa membanggakan dan membuat Ibu bahagia, tapi Maha akan terus berusaha untuk membahagiakan Ibu,” ucap Maha tersenyum

Nia tersenyum. “Jangan bicara seperti itu, Nak! Kamu adalah hartanya Ibu, hal yang paling berharga. Kamu lah yang menguatkan Ibu, adanya kamu adalah kebahagiaan yang Ibu impikan. Terima kasih untuk selalu ada di sisi Ibu.”

Air mata Maha menetes, dia memeluk Nia erat. “Maafkan Maha, Bu. Maha masih belum bisa membanggakan Ibu dan, Maha hanya jadi anak yang menyusahkan Ibu. Maafkan… “

Nia membelai puncak kepala Maha dengan lembut. “Kehadiranmu adalah puncak dari segala kebahagiaan Ibu, Nak. Ibu sangat beruntung karena Allah memberi rezeki anak yang berbakti dan shalihah seperti kamu. Ibu bersyukur karena kamu saat ini menjaga kecantikanmu, kamu sangat cantik dengan jilbabmu.”

Air mata Maha semakin deras. Dia tidak kehilangan sayap bahagianya lagi, di dunia ini hanya Nia yang dia punya. Dia tidak peduli dengan garis takdirnya nanti, namun yang terpenting baginya saat ini adalah bisa hidup bahagia dengan Nia. Prioritas utamanya saat ini hanyalah ibunya.

Masalah hatinya yang saat ini masih terbaca satu nama, Maha tidak peduli lagi. Maha pasrah, dan berharap kelak hatinya dilabuhkan pada pria yang hanya menginginkannya saja. menjadikan Maha seorang ratu, bukan seorang selir.

**

“Kamu sudah nunggu lama ya?” tanya Intan.

“Nggak, aku juga baru datang kok. Tadi kejebak macet di jalan,” balas Maha.

“Ini buat kamu,” kata Intan sambil menyerahkan paper bag berwarna cokelat muda.

“Ini apa?”

“Jilbab. Kemarin saat aku umroh beli jilbab dan gamis buat kamu. Kamu pasti lebih butuh kan,” balas Intan. “Tapi, habis umroh ya aku belum berani pakai jilbab kayak kamu, aku masih betah pergi ke diskotik,” tambahnya.

Alhamdulillah. Terima kasih, Intan. Kamu dari dulu selalu yang paling paham tentang aku,” ucap Maha terharu.

“Kedua setelah ibumu, kan?”

Maha mengangguk. “Intan, maaf ya seminggu ini aku selalu nggak bisa diajak ketemuan karena banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”

“Oh, jadi alasan kamu mau resign karena beban pekerjaan?” tebak Intan.

Maha menggelengkan kepalanya. “Bukan karena itu, Ntan.”

“Terus?”

Maha menghela napas berat, dan tersenyum samar. “Aku mau resign karena Pak Zayn,” jawabnya pelan.

“Kenapa dia? Kamu semakin nggak bisa lupakan pria itu?”

“Bukan karena itu juga.”

“Terus?”

“Pak Zayn mendadak memintaku untuk jadi istrinya,” jawab Maha.

“Apa?!” pekik Intan terkejut. Nada suaranya meninggi dan membuat pengunjung café lainnya beralih menatap meja keduanya.

“Kamu kebiasaan deh, Ntan! Suaramu itu lho kayak bunyi petasan,” tukas Maha.

Intan nyengir kuda. “Aku kaget, Maha. Si Zayn meminta kamu jadi istrinya, dia cerai sama istrinya?”

Maha menggelengkan kepalanya. “Pak Zayn sama Mbak Alysa masih jadi pasangan yang romantis kok.”

“Terus kalau begitu, kenapa si Zayn meminta kamu jadi istrinya? Dia niat menjalani poligami, dan kamu jadi istri keduanya?”

Maha mengangguk lagi, dan tersenyum singkat.

“Gila! Kenapa dia jadi kayak predator. Kukira dia alim, ternyata buaya juga,” ujar Intan dengan kesal.

“Pak Zayn bukan pria seperti itu. Dia juga tidak ingin menikah dan mencari istri lagi. Pak Zayn kemarin melamarku karena permintaan Mbak Alysa,” ungkap Maha.

“Alysa yang minta? Dia masih waras?”

“Iya, Mbak Alysa yang meminta Pak Zayn untuk melamarku, dan Mbak Alysa bilang dia hanya ingin aku yang jadi adik madunya.”

“Alasannya apa?”

“Mereka ingin aku nanti melahirkan keturunan dari Pak Zayn. Mereka sudah menanti buah hati selama ini, dan Mbak Alysa divonis dokter tidak bisa hamil karena mandul,” balas Maha menerangkan.

“Gila! Alysa dan Zayn itu gila! Mereka ingin punya anak, tapi mengorbankan kebahagiaan orang lain! Kamu jangan mau! Kamu terlalu berharga untuk dijadikan alat sebagai pencetak keturunan mereka, kalau mereka mau anak ya mereka bisa adopsi dulu buat mancing atau ikut bayi tabung. Kenapa mereka malah meminta wanita sebaik kamu untuk mewujudkan mimpi mereka? Gila!” kesal Intan.

“Iya, Intan. Aku juga sudah menolaknya karena bagaimana pun aku tidak mau dijadikan yang kedua, tapi di sisi lain aku merasa bersalah karena menolak permintaan Mbak Alysa. Padahal selama ini Mbak Alysa tidak pernah meminta hal apapun padaku, dan dia juga selama ini membantu keluargaku tanpa pamrih, aku agak frustasi memikirkannya. Aku sempat ingin menerima lamaran dari Pak Zayn kemarin karena kupikir mungkin jadi istri kedua sudah menjadi garis takdirku, menjadi yang kedua pun adalah salah satu jalan untuk mencari surga, tapi aku memikirkan masa depan yang masih kuraba, nanti apa bisa dua wanita ada dalam satu hati pria?”

“Jangan! Kamu jangan mau menerimanya karena balas budi, jangan sampai kamu mengorbankan kebahagiaan kamu nantinya! Aku pasti akan menentang kamu!” ucap Intan dengan tegas. “Di hatimu masih ada pria itu? Kamu masih mencintainya?”

Hening…

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bidadari Pembawa Luka   60. EPILOG (BIDADARI BUMI)

    ***Sepuluh tahun berlalu. Kota Tarim terasa sangat menenangkan. Di sana dikenal dengan kota para nabi. Kota yang dikenal penduduknya sangat mencintai para nabi. Dan para wanita di Tarim sering dijuluki bidadarinya bumi. Aurat mereka terjaga dalam balutan jubah-jubah berwarna hitam gelap.Kota Tarim adalah impian semua umat muslim yang tahu akan keisimewaan kota itu dan konon siapapun yang menginjakan kaki di sana akan dibuat jatuh cinta dan enggan meninggalkannya, termasuk seorang wanita berusia 33 tahun bernama Rubiah Zahra. Wanita itu terlalu jatuh cinta dengan Tarim dan kebahagiaannya ada di kota ini. Rubiah seperti menemukan apa arti hidup, apa cinta, apa kasih sayang, dan bagaimana itu bahagia.Dengan langkah kaki yang cepat, wanita yang memakai cadar dan jubah hitam itu langsung menemui sahabat baiknya yang sama-sama berasal dari Indonesia. Rubiah selalu mendapatkan informasi tentang keluarganya dari wanita yang bernama Aisyah.“Assalamualaikum, Aisyah. Maaf, tadi aku sedang me

  • Bidadari Pembawa Luka   59. Izinkan Aku Pergi (TAMAT)

    ***Saat ini Faiz sudah berusia delapan bulan. Bayi mungil itu tumbuh dengan lucu dan sehat. Pada akhirnya Maha tinggal satu atap dengan Alysa, dan tentu saja selalu ada Sarah yang berkunjung dan menyindirnya. Meski Alysa dan Zayn selalu berusaha melindungi Maha, tapi luka itu tetap basah dan ucapan Sarah selalu terekam dalam ingatan Maha. Sebutan Sarah padanya membuat Maha merasa memang dia sudah tidak bisa melanjutkan mahligai rumah tangga bersama Zayn. Ditambah Faiz selalu saja dibawa Alysa dan Sarah. Maha hanya memeluknya saat Faiz ingin tidur seperti dia adalah ibu susunya. Hati ibu mana yang tidak sakit saat diam-diam dijauhkan dari sang buah hati. Setelah Alysa sembuh karena penyakit ginjalnya, wanita itulah yang selalu merawat Faiz. Bahkan tak jarang selalu dibawa pergi tanpa membawanya.Maha pasrah, dia memang sudah lelah dan mengalah. Dia tahu kalau semuanya sudah patah dan cinta yang patah itu tidak akan menyatu dengan utuh. Meski merasa berat hati, Maha harus melepaskan se

  • Bidadari Pembawa Luka   58. Patah dan Hilang

    Yang patah tidak selamanya akan tumbuh dan yang hilang tidak semuanya akan terganti.***Setelah kepergian Nia, hidup Maha berubah. Dia kehilangan salah satu sayapnya, kehilangan separuh jiwanya. Maha merasa dunia ini tidak berlaku adil padanya. Merasakan bahagia hanya sejenak. Maha tidak mempunyai siapapun untuknya tempat bersandar. Dia merasa jatuh dan butuh seseorang untuk memeluknya, namun Zayn... suaminya itu terlalu sibuk dengan Alysa. Bahkan sikap Zayn itu membuat Maha akhirnya harus melahirkan secara sectio karena pecah ketuban terlebih dahulu dan juga Maha kondisi kesehatannya menurun.Maha keberatan saat Zayn memintanya untuk tinggal satu atap dengan Alysa. Alasannya tentu saja dia masih dalam keadaan yang linglung. Hartanya satu-satunya pergi saat dia sedang butuh pegangan, hanya ibunya lah yang selalu ada di sisinya, selalu membelanya dan menganggap dirinya berharga. Saat dia harus kehilangan Nia untuk selama-lamanya, bagaimana bisa hatinya yang patah utuh kembali?Maha pu

  • Bidadari Pembawa Luka   57. Mencintaimu Sesakit ini

    ***Setelah kejadian yang mencengkam itu. Maha selalu dipojokkan, bahkan dibenci. Maha disebut sebagai wanita yang gatal, wanita penggoda dan juga pembawa bencana. Maha yang sedang hamil, terguncang saat semuanya menyalahkannya, bahkan sikap Zayn pun sedikit berubah padanya. Di dunia suaminya itu seolah-olah dia sudah tenggelam. Zayn hanya sesekali datang mengunjungi rumahnya dan menanyakan kabar kehamilannya. Zayn bahkan selalu terburu-buru pergi dan tak menginap di rumah karena alasan kondisi Alysa yang kurang stabil dan istri pertamanya itu membutuhkan dia daripada Maha yang sedang hamil.Rayhan... atas perbuatannya itu, pria itu akhirnya masuk ke penjara karena Raka tidak berniat berdamai dengan pria itu. Sedangkan Raka yang sempat kritis, akhirnya sudah pulih kembali dan sampai saat ini Maha tidak berani mengunjunginya, bukan karena dia tidak tahu terima kasih karena Raka telah menyelamatkannya, dia hanya ingin menjaga hati semua orang, terlebih pandangan semua orang padanya sa

  • Bidadari Pembawa Luka   56. Hujan Luka

    ***“Mas, kamu sudah ketemu Maha dan bicara sama dia?” tanya Alysa.Zayn menggelengkan kepalanya. “Baru Mas telepon barusan dan Maha sedang ada di rumah sakit. Ibu lagi kemoterapi.”“Kenapa Mas nggak nyusul ke sana? Maha lagi hamil muda, Mas. Kasihan kalau harus ngurus semuanya,” kata Alysa.“Kamu juga sedang sakit, Sayang. Lalu, siapa yang jaga kamu?”“Mas, aku tahu kalau kamu akhir-akhir ini sangat khawatir sama Maha. Aku juga tahu kamu pasti merasa serba salah karena posisimu saat ini sangat sulit. Kamu tidak mau membuat aku kecewa kalau kamu mengutamakan Maha. Tapi, aku tidak mempermasalahkannya, aku senang karena pada akhirnya harapan dan doa kita terkabul. Aku harap Mas menjaga Maha dengan baik, jangan buat dia lelah ataupun merasa kesepian. Mas harus selalu ada untuknya, jadi suami siaga.”“Nanti Mas ke rumah ibu setelah urusan di sini selesai. Kamu juga masih sakit, Ma

  • Bidadari Pembawa Luka   55. Jaga Dia untukku

    ***“Maha, bagaimana perasaanmu?” tanya Alysa. Dia langsung menggenggam tangan Maha dan menatap adik madunya dengan khawatir.Maha masih belum sepenuhnya sadar, dia masih linglung dan merasa kepalanya agak berat.Melihat Maha yang tidak merespon pertanyaan darinya, Alysa tambah khawatir dan dia menatap ke arah Zayn, suaminya itu bahkan dari tadi hanya diam. Dia tahu kalau Zayn pasti sangat mengkhawatirkan kondisi Maha dan menyalahkan dirinya sendiri.“Mas... “ Alysa sengaja memberi kode pada suaminya untuk bertanya pada Maha.Zayn mendekat, dia membelai lembut puncak kepala Maha dengan perasaan yang rumit. “Maha, bagaimana perasaanmu? Apa kamu masih merasa pusing atau mual?”Maha langsung tersadar, dia ingat bahwa tadi dia ada di caffe-nya dan mendadak semuanya gelap. Apakah tadi dia tidak sadarkan diri?“Apa yang terjadi padaku? Apa tadi aku pingsan?” tanya Maha dengan volume suara yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status