Seseorang yang Dipercaya
"Ah ya. Jadi Hanna yang meneleponku meminta bantuan. Tapi saat datang dia sudah terluka, sepertinya mereka sedang bertengkar hebat." Alex memutarbalikkan fakta. Entah, kenapa semua kejadian tampaknya mendukung jalan yang ditempuhnya. Seolah takdir tengah berpihak pada Alex.
"Apa?!" Zidan membeliak.
Pria itu diam sejenak. Mencerna apa yang Alex sampaikan. Benar, juga. Semua kejadian bersesuaian dengan ucapannya. Pasti penyebab pertengkaran itu, karena Yusuf masih sangat kesal pada Hanna sebab Zidan memukulinya sampai tak berdaya. Lalu, berbuntut pada surat perceraian yang Yusuf kirim ke rumah sakit. Benar-benar tak punya hati.
"Dia melampiaskan dendamnya padaku ke Hanna. Bajingan, pengecut!" rutuknya kesal.
Namun, kenapa Yusuf membawa Hanna ke rumah sakit jiwa itu? Apa dia ke sana untuk berobat? Karena sebenarnya Yusuf punya gangguan jiwa.
Ini hal penting, detektif suruhan Zidan harus mencari tahu tentang ini. Jangan<
Aku Bisa Gila TanpamuSampai di depan kamar pasien di mana Hanna dirawat, Yusuf melihat kakak iparnya dan Alex tengah bicara serius. Tak pikir panjang, ia pun mendekat dan menanyakan kabar sang istri."Assalamuallaikum. Mas," sapa Yusuf. Yang meskipun kesal pada Alex, memilih bersikap tenang dan tak mengungkit kejadian di rumah sakit."Waallaikumussalam," sahut Zidan sepontan, sembari membalik tubuhnya melihat siapa yang mengucapkan salam. Matanya melebar tak percaya, bahwa Yusuf berani datang setelah semua yang diperbuatnya.Begitu juga Alex, ia tampak murka dengan pria itu. Lelaki itu pikir, suami Hanna sudah mati, atau setidaknya disekap oleh Om-nya karena menyembunyikan keberadaan Adelia.'Aneh, kenapa Om Eksha melepasnya? Apa aku kurang provokatif? Ini pasti ada yang salah? Atau jangan-jangan mereka membuat kesepakatan?'"Sedang apa kamu di sini?" tanya Zidan menekan."Hah?" Yusuf melebarkan mata. Bingung atas tanggapan kakak ipa
Membatasi KekhilafanPapa Hanna berlari menyusuri koridor mencari perawat yang berjaga. Tak lama ia melihat seorang pria berpakaian perawat tengah berbincang dengan seorang pria yang memakai topi. Ia pun segera menghampiri dan mengatakan bahwa putrinya telah siuman."Baik, kami akan memeriksanya." Perawat itu menyahut cepat."Dok, segera ganti pakaian, pasien menunggu." Pria itu memberi kode pada Yusuf agar segera berganti pakaian.Pria yang juga mengenakan masker itu mengangguk dan segera masuk ke dalam ruangan di mana jas milik seorang dokter tergantung.Tanpa kecurigaan apa pun papa Hanna membersamai dua orang itu masuk ke kamar putrinya.***Kepala Eksha meneleng, memikirkan ada hal yang aneh berdasarkan pernyataan Alex bahwa Yusuf tengah membuat kekacauan di rumah sakit.Pria itu pun menghubungi orang yang berjaga di sekitar rumah Yusuf. Agar memeriksa benar tidaknya yang dikatakan Alex. Kalau Yusuf di rumah sakit, itu art
Adelia adalah Gadis Pemegang KunciSepanjang jalan, Yusuf terus saja memikirkan kelakuan Alex sambil berbalas pesan singkat dengan Hanna. Pria itu telah memfitnahnya, dia bahkan berbohong bahwa Hanna menghubungi pria itu. Mana mungkin wanita yang notabene selalu hati-hati dan menjaga kehormatananya itu menghubunfi pria lain, bahkan jika benar dia bertengkar dengan suami.Alex tampaknya punya hubungan erat dengan Eksha dan telah merencanakan semua ini.Yusuf bergegas keluar dari mobil, kala taksi online yang disewa telah sampai di area lingkungan tempat tinggalnya.Pria itu masuk ke rumahnya sendiri dengan mengendap-endap. Namun, ia merasa aneh kala rumah itu terasa sepi. Harusnya sebelum pergantian sift jam tujuh pagi, satpam-satpam yang dinas masih berjaga dan memeriksa sekitaran rumah.Kepala Yusuf mendongak ke lantai atas rumahnya. Mencurigai sesuatu telah terjadi di dalam sana.Matanya menyipit kala, melihat bayangan masih tersorot di at
Istri Rahasia"Na, sabar, ya." Sang ibu berusaha menenangkan."Kamu tak papa kan, Na?" Subakhi merasa Hanna bersikap aneh, karena berkebalikan dari apa yang dipikirkan semua orang."Sepertinya karena Hanna baru siuman, jadi dia belum sepenuhnya memperoleh kesadaran." Alex yang sebenarnya panik diberondong makian oleh Hanna berusaha tetap tenang. Pria itu mengucap meringis, perasaannya sungguh tak nyaman atas tudingan yang memang benar.Subakhi manggut-manggut. Dia membenarkan ucapan Alex. Bisa jadi karena luka di dalam kepala, Hanna tak bisa mengingat segalanya secara utuh.Jangan sampai Hanna kehilangan sebagian memorinya. Dia ingat semua kebaikan Yusuf dan lupa semua kajahatan yang dilakukan suaminya."Aku memang mendapat pukulan keras dan sempat tak sadarkan diri, tapi Allah masih menjaga kewarasanku, Mas! Jadi sebaiknya kamu tidak membuat banyak kebohongan yang tidak ada gunanya di sini!" Hanna mengucap dengan nada tinggi dan penekanan.
Pacaran Sembunyi-Sembunyi Hanna kesulitan memejamkan mata karena terus memikirkan Yusuf. Bagaimana kabar pria itu? Kenapa sampai seharian tak berkabar sekalipun, ponsel yang kosong tanpa notif itu dipandangi untuk beberapa saat, lalu disimpan kembali ke bawah bantalnya. Ia mendesah. "Semoga kamu baik-baik saja, Mas. Bagaimana pula keadaan Adelia?" gumamnya. Semuanya belum jelas. Namun, mereka bertiga terpaksa terpisah masing-masing. Mengingat wajah Yusuf yang semalam mewanti-wantinya untuk bersabar, seolah pria itu mengatakan bahwa semua tengah kacau di luar sana. Tak lama Hanna tersentak, kala ponsel di bawah bantalnya bergetar. Melihat sang mama sudah tidur, wanita itu segera mengambilnya dan melihat apa yang Yusuf kirimkan untuknya. Wanita itu celingukan ke arah pintu, takut tiba-tiba sang papa yang katanya berjaga di luar, masuk ke dalam. Namun, melihat suasana yang sangat sepi, Hanna yakin itu tak akan terjadi. Segera diambil benda pipih
Selamat Malam, Nona!"Zidan?! Ada apa?!" tanya Alex memegangi pipi yang dijalari rasa nyeri, dengan nada bingung.Kakak Hanna itu menatap nyalang pada sahabatnya. Gemuruh dalam dadanya membuat pria itu terus memaki Alex dalam hati."Dan! Haloo! Kamu kenapa, Bro! Keluar toilet kaya orang kesambet!" tegur Alex yang melihat Zidan terbengong. Sikapnya tampak aneh sejak ke luar dari toilet. Apa tiba-tiba dia mendengar berita buruk?"Ah, ya!" Zidan terhenyak. Memandangi Alex dengan bingung. Semua hanya bayangan. Dia jadi berpikir yang tidak-tidak saking emosinya.Dia pikir tadinya akan memukuli Alex sampai babak belur seperti yang dilakukan pada Yusuf minggu lalu. Namun, kontrol dalam diri menahannya. Ia tak boleh gegabah. Ada baiknya, sementara Zidan pura-pura tak tahu, sampai dia tahu persis seperti apa hubungan sahabatnya itu dengan pimpinan Eksha Group yang super kaya itu.Lalu, ada hubungan apa hingga keduanya kompak memusuhi Yusuf dan terlih
BerbaikanBeberapa detik kemudian, satu orang lain datang menyusul orang pertama."Kalian?!" Mata Yusuf membeliak karena terkejut. Begitu pun Hanna. Namun, melihat bagaimana Yusuf bertanya, dia tahu bahwa suaminya mengenali dia orang yang memaksa masuk ke kamarnya."Mas kenal mereka?""Sebentar." Yusuf menyahut cepat. Lantaran tak mengerti bagaimana menjelaskan ada Hanna dengan cepat tapi tetap bisa dimengerti."Di mana orangnya?" tanya Bean pada Arista yang matanya tajam menyisir sesisi ruangan. Mereka seolah tak peduli pada ekspresi Yusuf yang terkejut atas kehadiran mereka."Stt!" Arista meletakkan telunjuk di mulut. Meminta agar rekannya itu diam.Melihat keributan itu, Mama Hanna dan Zidan yang kebetulan berjaga dan duduk di kursi tunggu di luar lantaran Dokter meminta mereka meninggalkan Hanna, kini ikut mendekat.Mama Hanna yang kaget melihat Yusuf, melebarkan mata dan akan menegurnya karena tak terima. Namun, Zidan yang
Masa Lalu Yusuf"Eksha?" ceplos Zidan. Pria itu memikirkan sesuatu. Karena nama itu disebut berkali-kali, otaknya secara impulsif menyambungkan kejadian demi kejadian.Yusuf mengangguk.Lalu ia ingat di malam menggunakan arloji kesayangannya ke sebuah pesta. Eksha group mengadakan itu untuk merayakan kesepakatan dengan bisnis perusahaan papanya."Kamu kenal dia dekat?" tanya Zidan."Dia Om saya. Em, maksud saya Om angkat saya.""Wah, terlalu banyak kebetulan.""Ya, saya juga merasa kebetulan kenal beliau. Saya baru tahu setelah remaja, ada orang tua angkat yang setiap bulan mengirim uang. Tapi, tidak mau membawa saya ke rumahnya. Mungkin, karena papa tak mau membuat Om Eksha tersiksa setiap hari melihat anak laki-laki di rumahnya sebab dari pria itu kehilangan anaknya saat masih kecil.""Hem. Kamu luar biasa. Hidup tanpa orang tua kandung tapi bisa sesukses sekarang.""Iya, alhamdulillah. Itu karena ada yang menopang say