"Ada Nona Isabella Woods juga yang berteriak-teriak memaksa untuk masuk ke gedung ini," tambah wanita yang merupakan direktur HRD itu sambil meremas kedua tangannya.Elena mengangguk dengan ekspresi tenang, sama sekali tidak terlihat panik. Jack benar-benar semakin kagum pada wanita itu. Biasanya wanita akan heboh terlebih dulu jika sudah berhadapan dengan polisi."Panggil Diana dan Maurice dari divisi keuangan beserta Direktur Keuangan. Keluarkan surat pemecatan untuk dua orang itu dan Isabella Woods," perintah Elena dengan tegas.Wanita itu memasuki ruangan yang bertuliskan CEO di atas pintu dan menelepon Alan untuk segera datang ke ruangannya."Haruskah aku menyuruh polisi itu untuk datang ke sini?" tawar Jack sambil berdiri di sebelah kursi Elena.Tanpa diduga, tiba-tiba kerah jasnya ditarik dan ia hampir saja jatuh jika saja kedua tangannya tidak langsung bertumpu pada kedua sisi meja.Wanita itu menciumnya dengan liar sambil duduk di atas meja, mengabaikan dokumen-dokumen yang b
"Alan, segera urus kasus Diana dan Maurice sekarang juga dan pecat mereka. Jangan biarkan tikus-tikus itu terus menggerogoti perusahaan. Masukkan nama mereka ke dalam blacklist. Libatkan Direktur Keuangan dalam masalah ini. Dia harus tahu bagaimana kualitas kinerjanya," perintah Elena ketika baru saja keluar dari lift.Pria itu mengangguk dan langsung menuju ke lift sambil membawa dokumen tebal di tangannya. Jack heran dengan hubungan kakak-beradik itu yang begitu profesional. Seolah-olah mereka adalah orang asing ketika sudah dalam mode bekerja."Kau... Siapa namamu? Dari divisi mana?" tanya Elena setelah mereka masuk ke ruangan."Nama saya Lana. Saya dari divisi keuangan, Nona Pierce," jawab wanita itu sambil menunduk.Sebagai orang yang sudah lama menghadapi berbagai macam karakter manusia, Jack melihat ada yang janggal dari perempuan itu. Lana bukanlah perempuan yang asli culun. Sama seperti Elena."Baik. Jadi apa yang ingin kau ceritakan padaku mengenai Thomas Pierce?" tanya Elen
"Aku takut. Bagaimana jika Alan diserang oleh Diana dan Maurice?" tanya Elena di sela-sela isakannya."Tenang saja, aku sudah mengepung tempat ini," balasnya sambil mengelus punggung wanita itu.Ia mendengar suara salah satu agen yang sudah bersiap di luar gedung Greenlake yang menunggu perintah selanjutnya dari headset earphone."Eksekusi sekarang," perintahnya dengan tegas.Ia membawa Elena keluar dari ruangan itu setelah memerintahkan salah seorang anak buahnya untuk naik ke lantai paling atas dan meringkus Lana di ruangan CEO. Tak lupa ia memborgol tangan wanita itu dan mengaitkannya pada kaki kursi beroda milik Elena."Kita ke ruangan HRD sekarang," ajak Elena sambil menekan angka 9 setelah mereka memasuki lift.Sejujurnya ia ingin sekali menanyakan tentang perubahan sikap Elena, tapi situasinya sedang kacau. Lain kali ia akan menemui Paul, psikolog yang sering ditunjuk oleh FBI dan membahas tentang wanita itu.Ia takut jika Elena ternyata memiliki kepribadian ganda seperti Clair
Selama film berlangsung, Jack hanya diam dan fokus melihat adegan-adegan di layar karena Elena tertidur sambil memeluk lengannya. Ada hal-hal yang terasa janggal. Tapi yang paling membuatnya terus kepikiran adalah kalimat Elena."Kau akan merindukanku ketika aku pergi."Meskipun itu adalah bagian dari dialog salah satu tokoh dalam film yang mereka tonton, tapi entah kenapa perasaannya tidak enak. Tidak, mungkin ia hanya kelelahan saja. Setelah Thomas dan Lucas tertangkap, semuanya selesai dan dia bisa kembali berpikir jernih seperti semula.Lalu mereka menikah. Kenyataan itu seperti memukulnya. Ia kembali menunduk untuk melihat wanita yang kini masih terlelap dengan nyaman.Apakah keputusannya sudah benar? Apakah mereka akan bahagia setelah menikah nanti?Ketika film selesai, Elena terbangun dengan senyum di bibirnya."Aku malah ketiduran ya," kata wanita itu lalu terkekeh kecil. "Aku mau ke toilet dulu."Ia hanya mengangguk. Mereka keluar dari bioskop dan berjalan ke arah yang berla
Lucas mengumpat ketika mendapati markas mereka di Beaverton kosong. Firasatnya benar. Setelah teleponnya tidak kunjung diangkat oleh orang-orang mereka, ia mulai merasa ada yang tidak beres. Mereka tidak pernah mengabaikan telepon dari sesama anggota. Rasa resah mulai menyerangnya. Apakah mereka tertangkap? Tapi siapa yang tahu markas rahasia mereka? Tempat ini terpencil dan terlihat seperti rumah kosong. Tidak ada seorangpun yang mau mendekat karena dari luar terlihat seperti rumah hantu."Sialan!"Ia menelepon timnya yang ada di Portland sambil menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya berkali-kali. Ia harus tetap tenang."Sialan! Sialan! Apa mereka semua tertangkap?"Pasti ada yang berkhianat. Pasti ada penyusup. Jantungnya mulai berdegup kencang ketika memasuki markas. Langkahnya terhenti ketika mendapati rumah itu benar-benar kacau. Komputer mereka sudah lenyap, begitu juga dengan alat-alat lainnya."Tidak, tidak! Tidak sekarang. Tidak sekarang!"Ia berlari menaiki tangga d
"Kenapa semua kartuku diblokir? Siapa yang melakukannya?" raung Miranda begitu masuk ke dalam mansion Pierce.Thomas yang sedang berdiskusi dengan Andrew, anak buah kepercayaannya selain Lucas, menoleh ke arah wanita itu dengan tatapan datar.Semenjak Bella ketahuan mengacaukan rencananya dan Lucas untuk menghamili Elena, ia begitu membenci wanita yang berstatus sebagai perempuan simpanannya itu.Ya, dia tidak pernah meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan meskipun Amelia sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu."Kau berkata seolah-olah kau bekerja keras untuk seluruh uang itu, jalang," desis Thomas dengan wajah geram."Tentu saja aku bekerja keras untuk uang itu. Setelah semua yang kulalui di masa lalu, aku berhak mendapatkan seluruh kekayaan ini," balas Miranda dengan ketus.Thomas mendengkus. "Dari dulu kau tak lebih dari seorang pencuri murahan. Kau sudah menjebakku hingga menghamilimu dan memaksa masuk ke dalam mansion ini, lalu sekarang kau begitu serakah ingin menguas
Dalam perjalanan menuju ke hutan, pikiran Jack terus berkecamuk. Kenapa Elena dengan sukarela mengikuti Lucas? Kenapa mereka menuju ke hutan? Kenapa dia tidak tahu ketika mereka lewat di depannya?Seingatnya tadi ia menerima telepon sambil mengawasi lorong di depannya. Atau mungkin ia yang tidak sadar telah menghadap ke arah lain?Mobilnya berhenti di belakang sebuah mobil yang sangat ia kenal betul. Mobil milik Lucas. Bergegas ia turun dari mobil dan mendekat, hanya untuk mendapati bahwa mobil Lucas kosong. Banyak lubang di body dan kaca mobil, membuat jantungnya berdegup kencang.Apa mereka diserang? Apakah ada yang menculik mereka? Atau jangan-jangan itu ulah anak buah Thomas? Ada yang terlewatkan ketika penyergapan sehingga ada yang berhasil lolos?Tangannya membuka pintu depan mobil dan langsung menghela nafas lega ketika tidak mendapati adanya jejak darah. Tapi mereka kemana?[Lapor, Tuan. Nona Elena Pierce masuk ke dalam mansion Pierce. Apakah kami diijinkan untuk menyergap tar
"Claire? Oh, aku sedang...menemani seorang teman," jawabnya spontan. "Kau sendiri sedang apa di sini?"Jack mengamati betapa cantiknya wanita itu meskipun kepalanya ditutupi dengan kain menjuntai dan hanya menampakkan wajahnya saja. "Menemani ayahku. Hanya kontrol biasa," jawab Claire dengan senyum mengembang.Tanpa sadar Jack juga ikut tersenyum. Mengagumi kecantikan wanita itu dari dekat membuatnya bahagia. Meskipun wanita ini sudah tidak lagi bisa digapai, setidaknya masih bisa ia lihat dari dekat.Claire benar-benar berbeda dengan Rose. Wanita ini lebih kalem dan ramah. Sikapnya juga elegan dan keibuan. Sekarang ia mengerti kenapa Arsen begitu posesif terhadap wanita ini. Diapun akan melakukan hal yang sama jika Claire adalah istrinya.Claire bagaikan magnet yang gampang sekali menarik perhatian dari lawan jenisnya."Kalau begitu aku menebus resep obat dari dokter dulu. Sepertinya kau sedang sibuk," ucap Claire, membuyarkan lamunannya.Jack langsung gelagapan karena tertangkap ba