Tiba di Miami, Florida. Allen dan Ace langsung disambut berita kekacauan yang terjadi di markas Blue Fire.
Ternyata kecurigaan dua pria itu terbukti benar adanya. Pengkhianat di tubuh mafia miliknya sudah mulai bergerak dan menyerang markas mereka.
Dua kubu antara pengkhianat dan yang masih setia pada keanggotaan mereka, terlibat baku tembak hingga menghancurkan gerbang penjagaan pertama dan kedua markas.
Allen maupun Ace begitu terkejut mendapati kabar tersebut, mereka segera meluncur menuju markas Blue Fire dari bandara.
"Shit! Berani sekali mereka mencari gara-gara di tempatku!" marah Allen melihat kekacauan yang ditimbulkan para pengkhianat itu.
"Bos, mereka sedang bersembunyi saat ini. Kami tidak bisa melihat siapa yang berada di kubu kita dan siapa yang berkhianat!" ujar salah satu anggota yang menjemput kedatangan Allen bersama asisten kepercayaannya.
Terima kasih untuk yang sudah vote... Setiap hari akan selalu ada Up Terima kasih đšđšđšđš
"Apa jadwal kita hari ini Rose?"Rose membuka layar tab dan membacakan kegiatan bosnya selama sehari ini.Banyak yang harus Allen kerjakan setelah dua hari tidak masuk bekerja. Dan pagi ini, dia datang khusus untuk menjemput Rose di rumahnya."Baiklah … besok aku akan mengantarkanmu dan daddy-mu ke cluster yang sudah aku beli!" ujarnya lagi setelah mendengarkan jadwalnya."Tidak perlu Al … sudah aku katakan, aku tidak bisa menerima pemberianmu itu. Aku mohon mengertilah … Daddy juga pasti akan sama menolaknya seperti aku.""Berapa kali harus aku katakan padamu, aku tidak menerima penolakan! Dan untuk daddy-mu, biar aku yang bicara padanya nanti."Rose diam, tidak ingin menanggapi ucapan Allen. Rumah yang mereka tinggali saat ini memang tidak semahal dan seluas yang diberikan Allen pada mereka.Tapi, rumah
Suara langkah kaki terdengar semakin mendekati tempat dimana Rose bersembunyi.Allen berada satu meter di samping kirinya, ikut bersembunyi di balik pohon besar dalam hutan.Mata tajamnya tidak berhenti memandang ke sekitar mereka. Dua telinganya Allen pasang dengan seksama untuk mendengar derap langkah kaki mereka.Dalam pendengarannya, ada sekitar sepuluh orang yang berjalan mengendap-endap mendekat ke arah dia dan Rose.Allen harus memastikan keselamatan Rose lebih dulu, wanita itu sedang terluka dan sangat membutuhkan pertolongan saat ini. Dia tidak boleh gegabah dalam bertindak.Dengan hati-hati Allen mengintip dari balik pohon, untuk memastikan apa perkiraannya benar atau tidak.Dia kembali bersembunyi dan memberikan kode pada Rose untuk bersiap. Allen pun mulai membidik musuh di depan mereka yang wajahnya tertutupi topeng.Di
"Hati-hati…."Rose turun dari mobil dibantu Allen bosnya. Wanita itu dibawa ke mansion mewah berlapis emas milik Bos Mafia ini."Kenapa membawaku kesini Al?""Kita tidak bisa kerumah sakit sekarang, terlalu berbahaya. Aku tidak ingin mengambil resiko untuk itu."Allen membawa Rose naik ke lantai dua dimana sebuah kamar berukuran tiga kali lebih besar dari rumahnya berada.Rose pernah tidur disini beberapa kali waktu Allen mengurungnya di mansion ini."Aku akan membantumu membersihkan badan.""Apa? Jangan gila! Aku bisa melakukannya sendiri. Kau keluarlah." usir Rose tidak mau pria ini melihat tubuhnya."Tanganmu sedang terluka, mana bisa kau melakukannya sendiri.""Aku tidak mau. Panggilkan saja maid-mu untuk membantuku. Aku tidak mau kau yang melakukanny
"Bagaimana keadaanmu Rose?" tanya Sonya dari ujung teleponnya."Aku baik-baik saja So, kau tidak perlu khawatir.""Untunglah…," sahutnya menghembuskan nafas lega. "Lalu sekarang kau ada dimana?" tanyanya lagi."Aku ada di mansionnya Allen. Dia membawaku kesini.""Kenapa tidak membawamu ke rumah sakit? Memangnya di mansionnya lebih lengkap dibanding rumah sakit?""Bukan … bukan begitu, hanya saja…." Rose bingung harus menjelaskan apa pada temannya ini tentang siapa sebenarnya Allen Clarck, sosok yang dikenal Sonya sebagai atasannya di kantor."Halo … apa kau masih disana Rose?""I-iya So. Maaf, tapi aku harus mengikuti pemeriksaan lanjutan hari ini. Nanti aku akan menghubungimu lagi, ok?""Baiklah kalau begitu, hubungi aku kalau ada apa-apa. Jaga dirimu Rose."
"Kau kemana saja Al?""Apa kau menungguku seharian ini, hm?"Rose mengangguk. "Aku bosan di mansionmu sendirian. Aku ingin pulang, Al….""Kau belum sembuh benar Rose. Daddy-mu pasti akan sangat khawatir melihat keadaanmu seperti ini sekarang.""Tapi aku-""Kemarilah," potong Allen menepuk kursi sofa di sampingnya.Rose berdecak namun tetap mengikuti perintah atasannya itu."Tunggu setidaknya sampai gips di tanganmu bisa dilepas baru kau bisa pulang Rose." ujarnya lagi setelah Rose duduk."Itu terlalu lama Al, daddy pasti akan sangat khawatir padaku jika aku terlalu lama tidak pulang.""Kau tenang saja, aku sudah mengurus itu untukmu. Kemarilah, aku ingin berada dekat denganmu." pinta Allen menarik tangan kanan Rose yang bebas gips."Kau kemana saja tadi?"
"Good morning baby…," bisik Allen di telinga Rose.Wanita ituQ masih tidur karena lelah dengan pertempuran mereka semalam.Sebuah kecupan mesra mendarat di dahi Rose, membuat dua mata indahnya perlahan terbuka."Maaf membangunkanmu Nona…," ujar seorang maid yang berdiri tidak jauh dari ranjang."Kau … sedang apa kau disini?""Maaf Nona, aku membawakan sarapanmu kesini. Kata bos, Nona akan makan dikamar," sahut maid itu tertunduk tidak berani menatap Rose.Rose mengedarkan pandangannya mencari sosok pria yang semalam habis bergelut dengannya.Allen tidak ada disana, hanya ada bantal guling yang berada disampingnya menggantikan posisi pria itu sebelumnya."Kemana bosmu?" tanya Rose sadar Allen tidak ada di kamar."Bos tadi pagi-pagi sekali sudah pergi Nona," jawabnya
"Apa kabar Adam?" sapa Allen pada sepupu laki-lakinya."Kabarku baik. Aku dengar kau makin sukses sekarang.""Iya, itu hanya sebagian dari usahaku saja selama ini." sahutnya menyombongkan diri.Sengaja … Allen ingin pelan-pelan memancing sikap sebenarnya Adam padanya."Lalu bagaimana dengan bisnis gelapmu? Apa semua berjalan dengan lancar?" tanya pria penuh tato itu."Semuanya sangat lancar, aku bahkan berhasil mendapatkan keuntungan yang tiga kali lipat dalam beberapa kali transaksi akhir-akhir ini.""Benarkah? Aku pikir kau sempat diserang dan banyak kehilangan benda berhargamu waktu itu!"Allen tertawa remeh, memutar gelas di tangannya. "Bandit-bandit pengecut itu tidak akan mampu menumbangkan bisnisku begitu saja. Penyerangan mereka bahkan tidak seberapa dengan kekuatan yang aku miliki!" sahutnya menyesap wine di ta
"Bangun pemalas!" sentak Ace membangunkan Sonya.Pria itu sudah mandi dan berganti pakaian untuk bersiap ke kantor. Hari ini pekerjaannya sangat banyak, hingga pagi-pagi sekali dia sudah harus tiba disana.Sonya yang kaget sontak terduduk di atas ranjang hingga selimut yang menutupi tubuh bagian atasnya tersingkap."Kau ingin menggodaku lagi, hm?"Ace duduk di samping Sonya dan memilin puncak dada wanita yang masih setengah sadar itu.Ujung benda kenyalnya langsung menegang mendapatkan sentuhan lembut dari jari-jari tangan Ace yang kasar.Sedikit meremasnya karena gemas, desahan lolos dari mulut Sonya yang sadar kalau lelaki itu lagi-lagi sedang mempermainkannya."Apa kau masih belum puas Sonya? Aku bisa memuaskanmu sekali lagi pagi ini sebelum aku pergi.""Brengsek!" Sonya menepis tangan nakal yang masih menemp