Home / Romansa / Bride (Indonesia) / 5. Perjuangan Cinta

Share

5. Perjuangan Cinta

Author: Writer in box
last update Last Updated: 2020-12-23 14:09:34

Tante Sofia sedang menyiapkan makan siang di meja makan, sedangkan Paman Radit menemui Arlan yang sedari tadi telah menunggunya.

"Perkenalkan paman, saya Arlan sujibto teman masa kecil Zara." Arlan mengulurkan tangan, memperkenalkan dirinya pada Paman Radit yang memang untuk pertama kalinya ia jumpai.

"Sujibto?" Paman Radit tidak asing dengan nama belakang Arlan.

"Iya, saya anaknya Burhan sujibto dari kampung hilir."

"Ah, iya yang punya toko klontong yang cukup besar dikampung hilir itu, ya!" Paman Radit menyadari ia mengenal Bapaknya Arlan.

"Iya, Paman!"

"Kamu Anak Burhan yang kuliah di luar negeri itu, ya. Kapan sampainya di Indonesia?"

"Iya Paman! Saya sampai baru tadi subuh dan langsung ke desa ini."

Setelah bersalaman, Radit mempesihlakan kembali Arlan duduk.

"Silahkan duduk!"

Mereka pun duduk bersamaan. Sekilas Radit terlihat begitu ramah, dan sangat sopan dalam bertutur kata tidak tampak dari raut wajahnya, ia adalah seorang paman yang tega memasung Zara.

"Begini Paman maksud saya datang kesini tidak lain adalah untuk meminta izin kepada Pamah untuk menikahi, Zara." Arlan membuka pembicaraan langsung pada intinya.

Suasana pun hening sesaat. "Zara, tidak di dalam kondisi yang layak untuk dinikahi," jawab Paman Radit dengan raut wajah sangat tenang, tetapi meisyaratkan gelombang.

"Saya sudah mengetahui kondisi Zara, dan saya akan tetap menikahinya," tegas Arlan.

"Hahaha, apa kamu bercanda?" wajah Paman Radit berubah memerah.

"Saya sangat serius dengan apa yang saya ucapkan."

Radit layak srigala berbulu domba di luar  terlihat begitu baik dan tipe seseorang yang sayang pada keluarga, tetapi faktanya Radit adalah orang yang begitu kejam ketika ia ingin mendapatkan apapun yang ia inginkan.

"Kamu lebih baik menikahi wanita lain yang pantas untukmu, Bukan wanita gila seperti keponakanku," nasehat Paman Radit dengan nada suaranya yang lembut, tetapi menohok runcing seakan meintimidasi Arlan secara tidak langsung.

"Kenapa Paman begitu kejam pada Zara, keponakan Paman sendiri?"

"Kejam?"

"Pasungan itu hal terbaik yang saya lakukan untuk Zara, dari pada ia dibakar oleh warga desa," ucap Paman Radit santai tanpa berdosa.

Arlan yang pintar mengatur emosi, dan kemarahannya  terdiam sejenak, dan menyedu teh yang tersisa di gelas.

"Monster seperti apa yang ada di depanku ini," gumam Arlan di dalam hati.

"Tidak bisakah paman melakukan pengobatan terhadap Zara bagaimana pun dia keponakan paman. Tidak ada penyakit di dunia ini yang tidak ada obatnya." Arlan merapatkan gigi menahan emosinya.

"Aku sayang pada keponakanku itu, tetapi aku tidak mau membuang-buang uangku untuk sesuatu yang telah rusak." Paman Radit dengan nada suara biasa, tetapi isi kata-katanya menikam mati hati Arlan.

"Sesuatu yang rusak?"

"Bisa-bisanya paman berkata seperti itu tentang Zara." Arlan mengepal tangannya.

di tengah pembicaraan Radit bercerita kenapa ia dan masyarakat desa memasung Zara. Diawal gangguan kejiwaan yang diderita Zara, ia pernah mengamuk dan mengacau di desa, ia melempari rumah warga dengan batu, dan kotoran kerbau. Zara pernah juga hampir melukai Radit dengan golok. Menurut Radit memasung Zara adalah pilhan terbaik.

"Tetap saja semua itu tidak manusiawi Paman!" bentak Arlan

"Zara itu manusia, tetapi diperlukan lebih buruk dari pada binatang. Apa dengan memasung Zara dapat mengobatinya?" Arlan dengan emosi meluap.

"Tidak! Semua itu, memperburuk keadaanya," tambah Arlan mulai menstabilkan nada bicaranya.

"Itu sudah nasibnya, ia sudah terbuang ...," jawab singkat Paman Radit santai.

"Terbuang ...." Arlan tertawa kecil.

"Dia bukan barang yang bisa dibuang. Biar saya yang akan merawatnya, jadi serahkan kunci pasungannya, dan biarkan saya menikahinya!"  tegas Arlan.

"Apa ini yang kau dapatkan sekolah jauh-jauh ke eropa, keong lebih pintar darimu." Paman Radit dengan nada suara rendah, dan tetap menikam lawan bicaranya.

"Iya, setidaknya saya punya hati nurani!"

"Bukan berarti jika kau punya hati nurani, kau harus menikahi wanita gangguan jiwa!" Paman Radit mengusap dagu dengan tangan.

"Berikan saja kunci pasungannya pada saya, dan pembicaraan kita selesai sampai di sini!" pinta Arlan.

"Saya tidak bisa memberikanya padamu," tolak Paman Radit.

"Kenapa? Bukankah kau tadi berkata kau telah membuang, Zara!"

"Saya hanya tidak ingin ...."

"Saya akan membayar berapa pun yang Paman minta jika Paman memberikan kunci pasungan itu." Arlan memberikan tawaran menarik untuk Paman Radit.

"Apakah saya terlihat kekurangan uang," tolak halus Radit.

"Jadi apa yang paman inginkan?"

"Saya ingin dia tetap di sana, dan kamu pulang ke rumahmu." Radit tersenyum lagi dengan senyum srigala berbulu domba.

"Kenapa paman bisa begitu kejam pada Zara!" nada suara Arlan naik.

"Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi pada Zara sebelum dia menjadi gila, jadi jangan buang waktumu untuknya. Dia sudah rusak ...."

"Saya ini orang yang baik! Saya tidak ingin masa depanmu hancur karena Zara," tambah Paman Radit.

Nasehat Radit yang terdengar begitu baik memiliki makna yang lain. Ia adalah tipe orang yang diam tak hanya menghanyutkan tapi menenggelamkan.

"Orang seperti apa Pamannya Zara ini ...," gumam Arlan kesal.

"Pulanglah, jangan buang waktumu untuk keponakanku yang malang itu!"

"Iya, wanita malang, dan gila itulah yang melahirkan Zayn." Arlan melirik Paman Radit, mengeluarkan kartu As-nya.

"Jaga bicaramu!" bentak Paman Radit, seketika wajahnya yang sangat tenang berubah muram.

"Jangan pernah melibatkan Zayn dengan Zara!" Paman Radit terlihat sedikit panik.

"Zayn adalah Anak saya tidak ada hubunganya dengan wanita ganguan mental itu," tambah Paman Radit.

"Saya tidak akan mengusik Keluarga Paman yang sangat bahagia ini. Asalkan Paman memberikan kunci pasungan Zara dan melepaskan tanggung jawab paman sebagai wali Zara kepada saya," tegas Arlan dengan kerutan di kening.

"Apakah kamu mengacam saya?" mata sinis Radit menatap Arlan.

"Maaf saya tidak berbakat soal ancam-mengancam. Lagi pula tidak ada ruginya bagi paman memberikan  kunci pasungan itu, bukankah Paman telah membuang Zara," tegas Arlan.

Radit masuk kekamar sebentar mengambil kunci pasungan Zara, dan melemparnya ke meja.

"Itu kuncinya! Bawa wanita itu, jauh-jauh dari anak dan keluarga saya." Paman Radit melempar kunci dengan tangan kiri sembari tangan kanan di dalam saku.

Arlan meringis melihat sikap Radit, tetapi ia tidak peduli dengan hal itu, dipikirannya sekarang hanya bagaimana melepaskan pasungan Zara. Arlan langsung mengambil kunci yang dilempar Radit dan bergegas pergi.

"Saya harap sebagai satu-satunya keluarga Zara. Paman menghadiri pernikahan kami." Arlan yang berjalan menuju pintu keluar memunggungi Radit, sedikit menolehkan kepalanya kebelakang.

Radit mendengar ucapan Arlan tersenyum geli sembari bersandar di sofa.

"Arlan udah mau pergi aja, tidak makan siang dulu di sini," tawar Tante Sofia yang keluar dari dapur menghampiri Arlan.

"Iya Tante maaf, Zara sudah lama menunggu. Saya harus melepaskan pasungan Zara dulu. Lain kali Tante mampirlah kerumah kami setelah saya dan Zara menikah. Saya akan memberikan alamat rumah saya di Yogyakarta kepada Pak sholeh, jangan lupa bawa Zayn juga," ucap Arlan, membuat Tante Sofia sangat terkejut hingga gelas yang ia pegang jatuh pecah berderai.

"Apa?" Tante Sofia menutup mulut dengan tangan yang gemetar, sejari matanya melirik Arlan, dan suaminya.

"Papa apa maksud Arlan barusan?" Tante Sofia menghampiri Paman Radit yang ada di sofa.

"Bukankah mereka sangat cocok mempelai wanitanya gangguan jiwa dan mempelai lelakinya tidak waras." Paman Radit tertawa geli.

***

Terimakasih udah mampir mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan cerita ini hanya fiktif dan imajinasi penulis🤗

love you see ya...🥰🥰🥰

ig @writer_in_box

@gadis pecinta mendung

kumpulan puisi writer in box in chanel youtube writer in box.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bride (Indonesia)   Bab 23 calon Ibu

    Bab 23 calon Ibu❤Pengharapan cinta ini terlalu besar dan tanpa kusadari aku telah menyakitimu❤Arlan termenung di meja kerjanya, karena sedari pagi telinganya telah panas oleh sebuah gosip yang membakar telinganya. Setiap mata mulai memandang dan berbisik, ia hanya bisa diam tanpa pejelasan. Meskipun dijelaskan pun tidak akan ada gunanya. Hanya akan membuang tenaga dan menguras hati, karena seringkali yang didengar seolah-olah adalah kebenaran adanya. Kini Arlan menatap kosong pada pena yang digenggamnya, sembari tangan kanan memegangi pelipisnya, menggambarkan air muka sedikit frustasi."Are you ok, Arlan?" tanya Leo yang merupakan rekan kerja Arlan. Ia merupakan dosen Teknik pertambangan juga, dan meja kerjanya bersebelahan dengan Arlan di ruang dosen."Tidak terlalu baik!" jawab Arlan lesu. Ia tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang begitu gelisah."Apa kabar angin itu benar?" selidik Leo.Mendorong

  • Bride (Indonesia)   Bab 22

    Sepiring nasi dengan lauk ikan gurame goreng telah, Arlan hidang untuk Zara di meja makan. Nanar mata Zara menatap jijik melihat ikan goreng gurame yang ada di atas piringnya. Ia mengakat Ikan gurame itu dengan dua jemarinya dan mulutnya sedikit miring. Arlan yang sadar dengan raut wajah istrinya pun bertanya, "Kenapa? Ikannya tidak enak?""Enak!" Zara tersenyum dengan kening berkerut."Kalau enak kenapa tidak dimakan tanya Arlan?" mengambil sendok di tangan Zara dan menyuapinya."Buka mulut!" perintah Arlan yang dipatuhi Zara.Zara mulai mengunyah makanan yang baru saja disuapi Arlan, ia menelan makanan itu dengan setengah hati, karena bau ikan memasuki seluruh rongga hidungnya. Zara pun langsung berlari ke toilet untuk memuntahkan semua bau busuk itu dari lambungnya."Apa kamu baik-baik saja sayang! Bagaiman kalau kita ke rumah sakit aja!" saran Arlan menepuk-nepuk punggung istrinya yang terus muntah di closet.

  • Bride (Indonesia)   Bab 21 Apakah Zara hamil?

    Terdengar kericuhan di lapangan yang berada di depan kampus. Terlihat gerombolan mahasiswa membawa spanduk, dan beberapa diantaranya mengunakan pengikat kepala bertulisan 'Kami Butuh Keadilan'. Arlan yang barus saja membuka pintu mobilnya, bingung sejenak. Melihat begitu banyak Mahasiswa berlarian di depannya."Ada apa?" tanya Arlan menghentikan seorang pemuda berbaju biru yang berlarian kecil di depannya."Kami lagi demo, Pak!" jawab pemuda itu singkat, berlalu pergi."Demo!" pikir Arlan sejenak, memegang dagunya."Tumben!"Sudah lama tidak terdengar, para mahasiswa mengeluarkan taringnya. Sekarang tidak ada hujan, tiba-tiba demo. Bukan hal yang ganjil, mahasiswa melakukan demo atas sebuah kebijakan, tetapi semua terasa aneh. Ketika di zaman yang mulai individualisme, dan apatis ini. Ada beberapa yang berani meneriakan suara. Bukankah itu luar biasa, disaat mahasiswa lainya fokus dengan nilai, dan mengejar toga.

  • Bride (Indonesia)   Bab 20

    Arlan telah mengajak Zara berputar-putar mencari Gudeg Mbah Lindu. Sebuah gudeg buatan seorang wanita yang telah sepuh dimana ia telah berusia hampir satu abad. Kelezatan Gudegnya tiada tara, meskipun cuma jajanan sederhana, tetapi memiliki rasa istimewa. Arlan ingin Zara mencobanya juga."Biasanya Mbah Lindu jualan di sini, Zara!" tunjuk Arlan pada sebuah tempat lesehan, biasanya Mbah Lindu berjualan."Zara capek, Arlan!" keluh Zara."Apa Mbahnya tidak jualan lagi atau Dia cuma jualan di siang hari, ya?" pikir Arlan."Suami!" panggil Zara."Apa sayang?"Zara memegang perutnya, menunjukan gerak-gerik kelaparan."Lapar, ya?" tanya Arlan."Hmmm!" jawab Zara mengagukan kepalanya."Kalau begitu, kita makan di tempat lain saja," usul Arlan, menarik tangan Zara."Ayo!" ajak Arlan, melihat Zara masih bengong.Karena tidak menemukan Gudeg Mbah

  • Bride (Indonesia)   Bab 19 Azed

    ❤Tidak ada kata terimakasih di dalam cinta❤Renata yang sedang menggendeng tangan Dion dengan mesranya, tiba-tiba beradu pandang dengan dua sosok yang merengkuh nikmatnya sebuah kebersamaan. Dua mata coklat Renata menggeliat pada seorang Pria yang menggendong istrinya di punggung. Renata pun menghentikan langkahnya. Membuat Dion menoleh ke arahnya."Berhenti!" ucap Renata menahan tangan Dion yang berjalan di sampinya."Kenapa?""Bukankah itu, Pak Arlan!" Renata menunjuk ke arah paradise gate."Yang mana?""Itu yang menggendong wanita di punggunya!" tunjuk Renata."Ooooo, iya!""Ayo ke sana!" ajak Renata."Ngapain coba!" sungut Dion risih melihat Renata begitu tertarik dengan Arlan."Ya, aku cuma mau menyapa Pak Arlan!" jawab Renata santai menghadapi Dion yang mulai cemburu."Sekadar menyapa atau ingin menggoda Pak Arlan!" celetuk Dion d

  • Bride (Indonesia)   18 .Azed

    Jika takdirmu adalah akuJika rasa resahmu adalah akuJika takdirku adalah kamuJika rasa resahku adalah kamuKuingin di garis takdirku hanya namamuTuamu, tuaku, kita akan selalu bersama. Arlan melajukan mobilnya. Menembus jalanan kota Yogyakarta, menuju The Lost World Castle. Sebuah tempat wisata di kawasan lereng gunung merapi. Arlan dan Zara memiliki satu kesamaan, yaitu menyukai tempat wisata yang berada di ketinggian. Mereka bisa melihat segala hal tanpa sekat, dan membebaskan jiwa dari tekanan kehidupan. di sepanjang perjalanan Zara tertidur, menyenderkan kepalanya ke jendela mobil. "Jangan tidur seperti itu, Nanti telingamu sakit," tegur Arlan memiringkan kepala Zara ke bahunya yang sedang menyetir. "Aku akan pergi jauh! Jauh sekali!" Zara menceracau tidak jelas di dalam tidurnya. Arlan mencium pucuk kepala istrinya yang masih menceracau, "Kamu sungguh butuh liburan, Zara!" Untuk mencapai lokasi The L

  • Bride (Indonesia)   17. Akankan cinta tetap sama?

    ❤Cinta tak akan selalu begitu, karena perasaan manusia akan selalu berubah-ubah, tetapi tidak untuk sebuah komitmen❤ Di dalam bangsal terlihat wajah panik Bik Dartih menunggu Arlan siuman. Ia duduk di sebuah kursi di samping hospital bed, tempat Arlan berbaring. Bik Dartih masih dengan wajah pucat, menanti Arlan siuman."Kenapa lelaki sebaik ini harus menikahi Nona Zara yang tidak waras Itu!" gumam Bik Dartih melihat hospital bed di belakang Arlan. Di mana Zara terbaring belum sadarkan diri dengan tabung oksigen di hidungnya. Arlan menggerakan jarinya, ia mulai siuman. Perlahan ia membuka mata dan memegang dahinya yang terasa begitu perih, karena telah memdapatkan beberapa jahitan. "Alhamdulilah! Akhirnya Den Arlan siuman," ucap Bik Dartih lega. "Bik Dartih!" Arlan memegang dahinya. Menyadari yang telah terjadi Arlan melihat sekelilingnya mencoba menemukan Zara, "Zara di mana, Bik?" tanya Arlan matanya masih berkedip setengah sadar."Ade

  • Bride (Indonesia)   16. Cinta yang terluka

    ❤Jika hati mampu bicara, maka logika akan membisu❤ Kau bukan sekadar cinta, tetapi amanah dan tanggung jawab❤Sreeek ...Jantung Arlan langsung berdesir, merasakan sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi di rumah, dia langsung kembali ke kelas mengambil tas punggunya."Mohon maaf! Ujiannya online saja, ya!" Arlan bergegas mengambil tas punggunya dan meninggalkan bukunya di meja begitu saja dengan wajah sangat panik.Semua mahasiswa menatap wajah tampan yang panik itu, sambil berbisik-bisik, "Ada apa ya! Wajah Pak Arlan sangat panik!""Pak ada apa?" tanya Renata, melihat wajah lelaki yang ia cintai sangat pucat."Saya ada urusan!" jawab Arlan sekilas langsung berlalu.Arlan bergegas menuju mobilnya yang berada di pakiran, menembus keramaian mahasiswa yang lalu lalang di lorong kampus. Ia tidak mempedulikan setiap orang yang ditubruknya. Wajahnya terlihat begitu risau. Sesampai di pakiran, ia langsung melaju mobilnya

  • Bride (Indonesia)   15. AZED

    "Pergi sana!" teriak Zara, matanya mulai memerah."Kamu marah sayang!" ucap Arlan mendekati Zara dengan emosinya yang buruk.Kemudian Arlan duduk di sebelah Zara yang berbaring membelakanginya, "Jangan marah lagi!""Nananana!" Zara menutup telinganya."Mengertilah sayang, aku harus pergi berkerja!" Arlan mengelus rambut istrinya.Sedangkan Zara terus mengabaikan suaminya yang akan pergi berkerja itu."Aku pergi dulu, ya!" Arlan mencium pipi Zara yang sedang berbaring."Arlan!" Rengek Zara, melempar bantal ke arah Arlan."Kamu boleh lanjutin marahnya nanti setelah aku pulang. Aku sudah terlambat!" Arlan terus melirik jam tangannya."Aku bilang, jangan pergi!" teriak Zara."Kalau aku tidak pergi, kamu mau apa!" goda Arlan, berlalu mentup pintu kamar."Oh, Iya kalau butuh apa-apa, kamu mintak sam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status