Share

Chapter 2

Author: Vervitta
last update Last Updated: 2022-08-06 11:17:05

Di taman belakang rumah, Leon membawa neneknya yang berada di kursi roda ke hadapan Laura.

Demi mempercepat waktu agar bisa segera pergi dari sana dan mencari Devano, Laura benar-benar menuruti perintah Leon.

Nek Risa menyuruh Leon untuk masuk ke dalam rumah karena ia ingin bicara berdua saja dengan Laura.

Tak mau melawan perintah dari orang yang disayangi, Leon hanya diam. Ia pun masuk ke dalam rumah dan mempercayakan Nek Risa kepada Laura.

Di kursi taman, mereka duduk bersebelahan sambil menatapi indahnya langit yang membiru.

"Siapa namamu, Sayang?" tanya Nek Risa. Dengan sedikit gugup, Laura menyebutkan nama panggilannya.

"Nama yang cantik. Sama seperti orangnya," puji Nek Risa pada Laura yang membuatnya tak dapat merespon lebih dan hanya bisa tersenyum tipis.

Dalam hati Laura kembali tumbuh rasa grogi yang hampir tak terkendali.

Bagaimana tidak? Dia harus bicara empat mata dengan nenek dari seorang Leon Halton yang baru pertama kali bertemu dengannya.

"Laura," panggil Nek Risa yang membangunkan Laura dari lamunan.

"I---iya, Nek?" sahutnya pelan.

Nek Risa menjelaskan bahwa Leon adalah cucu kesayangannya. Sejak kecil, Leon sudah menjadi pria yang penurut dan tidak pernah membantah perintah darinya sedikit pun.

Leon memang sedikit pendiam dan terlihat seolah-olah tidak pernah tersenyum. Padahal tanpa disadari oleh orang banyak, terdapat hati lembut yang tidak pernah berubah sejak dulu.

"Kamu pasti tau bahwa umur saya sudah tidak muda lagi, 'kan?"

Laura mengangguk, lalu Nek Risa kembali melanjutkan perkataannya.

"Saat saya masih muda, saya ditinggal pergi oleh keluarga saya satu per satu. Mereka meninggalkan dunia ini dengan caranya masing-masing. Sekarang, saya sudah tidak sekuat dulu lagi. Saya sering sakit-sakitan bahkan bisa dikatakan menjadi beban untuk Leon."

Laura masih mendengarkan curahan hati sang nenek dengan tulus dan mencoba menebak-nebak apa yang sebenarnya ingin Nek Risa sampaikan.

"Tugas saya untuk menjadi Nenek bagi Leon sudah hampir selesai. Kapanpun maut hendak menjemput, maka saya siap menyambutnya dengan senang hati. Tapi ada satu hal yang membuat saya belum siap. Ya, saya tidak siap jika harus meninggalkan Leon. Walaupun saya tahu dia sudah dewasa dan mandiri."

Mendengar itu Laura hampir tak kuasa menahan air mata. Tapi ia tetap bersikeras mencoba untuk tidak menangis di depan Nek Risa.

Karena penasaran dan tidak ingin diam terus-menerus, Laura hendak bertanya dimana orang tua Leon. Baru saja ia membuka mulut, Nek Risa malah kembali melanjutkan ucapannya.

Ia meminta Laura untuk berjanji agar bisa menjadi peran pengganti di kehidupan Leon.

"Berjanjilah bahwa kamu akan menjadi orang kedua yang selalu ada untuk Leon setelah saya."

Seketika, Laura terpaku bisu. Ia tidak mau membuat janji untuk seseorang yang bahkan tidak ia kenal.

Dengan sedikit keberanian, Laura menolak permintaan Nek Risa. Kepalanya menunduk, mata pun tak berani menatap.

Tidak berhenti begitu saja, nenek dari Leon ini terus membujuk Laura. Ia berkata bahwa Laura adalah satu-satunya harapan bagi dia.

Sebagai seorang wanita berhati nurani, tentu Laura merasa kasihan dan tidak enak. Dia tau betul bagaimana perasaan Nek Risa yang masih memikirkan orang kesayangannya disaat-saat seperti ini.

Tidak ingin membuat Nek Risa bersedih lagi, Laura pun bersedia mengucapkan janjinya di hadapan sang nenek. Walaupun dia bingung apakah dirinya akan berdosa atau tidak jika mengingkari janji tersebut.

"Halo, Nenekku Sayang! Selamat pagi menjelang siang," sapa seorang pria muda dari arah belakang yang membuat Laura terkejut.

Tanpa ragu sedikit pun, pria bernama Felix itu berpindah tempat dan kini ia berdiri di hadapan mereka berdua.

Melihat mata Nek Risa memerah, senyuman lebar Felix langsung hilang dalam sekejap.

"Apa! Nenek menangis? Kenapa?" tanya Felix dengan kedua tangan memegangi pipi sang nenek.

Dalam sekejap Felix langsung menancapkan tatapan sinis ke arah Laura dan membuatnya kebingungan.

"Oh ... jangan-jangan kamu yang sudah bikin Nenek menangis. Wah, wah, wah! Pasti kamu anak dari tetangga yang rumahnya di pojok sebelah sana, 'kan? Pokoknya orang yang paling nyebelin di komplek ini. Iya, 'kan?"

Laura masih tak membantah, merasa pria ini memang agak aneh dan sedikit menakutkan.

"Felix, jangan asal bicara! Dia itu adalah tunangan barunya Leon," tegas sang nenek.

Seketika, ucapan Nek Risa membuat Laura dan Felix tercengang.

"Hah! Tunangan? Apa-apaan ini. Kenapa dia mengatakan bahwa aku merupakan tunangan Leon?" tanya batin Laura, jantungnya kembali tak tenang.

Di saat itu juga Felix langsung membungkukkan tubuh berulang kali dan meminta maaf pada Laura karena dia sudah melontarkan tuduhan yang tidak-tidak.

"Ternyata Kakak pintar juga dalam hal memilih pasangan," canda Felix, tertawa kecil.

"Syuttt ... jaga bicaramu!" cetus Nek Risa.

Laura sudah merasa tidak kuat dan ingin cepat-cepat mendapat jawaban dari semuanya.

Baru saja hendak mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak mengenal mereka dan juga tidak mengerti apapun yang dibicarakan, secara mendadak Nek Risa malah batuk-batuk. Kebetulan Angel datang dan segera membawa Nek Risa untuk diberi obat.

Ingin memantau keadaan sang nenek, Felix berniat untuk mengikutinya dan meninggalkan Laura sendirian.

Dengan spontan, Laura menarik tangan Felix hingga membuatnya terkejut.

"Astaga, apa-apaan aku ini! Kenapa aku malah memegang tangan dia," seru hati Laura.

Felix berbalik badan dan langsung menjauhkan tangannya.

"Duh, Kak! Tolong jangan macam-macam! Aku ini cowok baik-baik," tutur Felix, main asal bicara.

"Ih, apaan sih! Orang aku enggak sengaja."

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Laura langsung memulai ke intinya.

Pertama-tama, ia memancing Felix terlebih dahulu agar mau mengatakan apa hubungannya dengan Leon Halton.

Tanpa pikir panjang, Felix langsung menjawab bahwa dia adalah adiknya.

"Oh ... jadi Leon punya adik" ujar Laura dengan suara kecil tapi masih dapat didengar oleh Felix.

"Astaga! Tunangan macam apa yang tidak tahu tentang pasangannya. Jangan bilang kalau Kakak juga tidak tahu bahwa Kak Leon itu enam bersaudara!" cetus Felix.

"Hah! Enam?"

"Tuh 'kan, hal sepele begitu saja Kakak tidak tahu. Oh, ya! Aku juga mau pamer sedikit. Di antara kita semua, aku adalah adik terakhir dari Kak Leon sekaligus orang kepercayaannya. Kak Leon tidak pernah mau bercerita ke siapa pun selain aku."

Mendengar itu, Laura merasa bahwa kesempatan sudah ada di depan mata. Kalau memang Felix adalah orang kepercayaan Leon, pasti dia tau semua tentangnya.

Dengan begitu Laura bisa mendapat petunjuk mengapa dirinya dibawa ke sana secara tiba-tiba. Walaupun setelah ini ia tetap akan pergi untuk mencari Devano, sang kekasih yang selama ini sangat ia cintai.

Dengan nada membujuk dan ekspresi imut Laura, membuat Felix tak tega dan bersedia menjawab semua pertanyaan yang akan Laura tanyakan selagi dia bisa.

Tapi sebelum itu, Laura juga memohon agar Felix tak memberitahu siapa pun.

"Ya, ya, ya," respon Felix, memutarkan bola mata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Nona Pengganti    Chapter 56

    Beberapa hari kemudian, Leon dan Laura memutuskan untuk menggelar acara pernikahan mereka setelah melakukan pertunangan.Namun, di hari yang bahagia ini Laura terlihat begitu sedih. Ia tak menyangka jika orang tuanya masih belum ditemukan sampai saat ini, bahkan saat dirinya hendak menempuh hidup baru dengan pria pilihannya.Di ruang rias pengantin, Laura sedang menatap dirinya di depan cermin.Balutan gaun itu terlihat sangat indah, tapi tidak dengan hatinya. Meski merasa ada goresan kebahagiaan, namun luka tetap menyertai."Bagaimana bisa aku menikah tanpa kehadiran orang tuaku?" tanya Laura dalam hati.Tapi tiba-tiba matanya membelalak saat melihat sosok wanita dari pantulan cermin. Wanita itu tengah berdiri di belakangnya, dan ternyata itulah adalah Manda.Laura menolah karena tidak percaya. Ia pikir ini hanya halusinasi saja. Tapi ternyata ini adalah kenyataan. Tidak lama kemudian Erik dan Launa ikut masuk ke ruangan yang sama. Kali ini sebuah keluarga yang utuh berkumpul di sat

  • Bukan Nona Pengganti    Chapter 55

    Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kini sudah memasuki bulan keempat setelah takdir kembali mempertemukan Leon dengan Laura.Selama beberapa waktu tersebut, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan Leon juga sering menjemput Laura dari minimarket tempatnya bekerja dan mengantarkan dia pulang ke kontrakannya.Di pagi yang cerah ini, Leon dan Laura telah membuat janji untuk saling bertemu di sebuah kafe yang sangat sepi.Kafe ini jarang sekali dikunjungi oleh para pengunjung dan biasa di datangi oleh orang-orang tertentu saja. Selain karena harga menu-menunya yang mahal, ketersediaan tempat duduk di kafe tersebut juga sangat terbatas. Sehingga orang-orang yang tidak menyukai keramaian akan sangat menyukai tempat ini.Laura terlihat tengah menunggu Leon sendirian. Ekor matanya tak henti melirik ke sana dan kemari, mencari sosok pria yang selama ini masih ia kagumi sepenuh hati.Tak disangka ternyata Vincent ada di kafe itu juga. Melihat ada Laura di sana, tentu Vincent sanga

  • Bukan Nona Pengganti    Chapter 54

    Dua hari kemudian, Leon membulatkan tekad untuk datang ke minimarket tempat Laura bekerja.Melihat Leon datang ke sana, tubuh Laura grogi tak karuan."Leon. Untuk apa dia datang ke sini?" tanya Laura dalam hati. Ia benar-benar sangat gugup."Laura, apa kau punya waktu?" Tanpa basa-basi Leon langsung bertanya ke intinya."Hah!! Maksudmu?""Apa yang punya waktu untuk menemaniku makan siang sekarang?"Seketika Laura merasa seperti tersambar petir. Bagaimana bisa Leon tiba-tiba datang dan mengajaknya makan bersama seperti dulu lagi."Ma---maaf, Leon. Aku tidak bisa karena masih ada kerjaan," balas Laura yang tidak berani menatap mata lawan bicaranya.Mendadak, dari dalam keluarlah seorang wanita bernama Fira.Fira adalah karyawan baru juga di sana. Ia baru mulai bekerja kemarin hari."Bukankah sekarang sudah masuk waktu istirahatmu, Laura?" tanya Fira yang sebelumnya tidak sengaja mendengar percakapan mereka."Ta---tapi bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendirian di sini?""Tidak apa-apa

  • Bukan Nona Pengganti    Chapter 53

    Vincent mengantarkan Laura pulang ke kontrakannya."Jangan tidur terlalu malam," pesan Vincent sambil mengacak pelan rambut Laura."I---iya," jawabnya gugup.Tak ingin berlama-lama lagi, Vincent langsung bergegas untuk meninggalkan tempat."Baiklah, aku pergi dulu.""Hati-hati, Vincent. Jangan terlalu kencang bawa mobilnya." "Tenang saja, Nona Cantik," balas Vincent sambil meledek Laura.Setelah beberapa menit berlalu, kini ia sudah sampai di apartemennya dan bergegas meraih sebuah sofa untuk mengistirahatkan diri di atas sana.Vincent membuka jas yang dia pakai dan melemparkannya ke atas sofa yang sama.Kemudian ia duduk dengan mata terpejam, sambil mengingat semua moment yang lalui hari ini."Laura Zara. Gadis yang cukup menarik bagiku. Dia cantik, baik, tidak matre, bahkan dia juga lebih menarik dibandingkan gadis lain.""Entah siapa pria beruntung yang Laura maksud tadi, tapi yang jelas aku sangat iri padanya karena bisa mendapatkan hati Laura."Cring, cring ....Tiba-tiba dering

  • Bukan Nona Pengganti    Chapter 52

    Laura dan Vincent tengah menikmati kebersamaan di sebuah pasar malam yang tidak jauh dari kontrakan Laura.Saat dirinya sedang membereskan rumah, tiba-tiba Vincent datang dan mengajak Laura untuk menikmati udara malam di luar.Tentu Laura tak bisa menolak. Bagaimana pun juga semua Vincent sudah sangat berjasa untuknya."Kau mau makan apa?" tanya Vincent pada Laura."Terserah kau saja," balas Laura. Ya, balasan yang biasa dipakai oleh sejuta kaum hawa."Bagaimana kalau bakso saja. Apa kau suka bakso?" tanya Vincent lagi.Laura mengangguk kecil.Dengan segera Vincent menggandeng tangan Laura dan menuntunnya ke sebuah kedai bakso paling ramai yang ada di sana."Apa sebelumnya kau sudah pernah ke pasar malam?" tanya Laura basa-basi.Vincent menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis."Belum. Ini adalah pertama kalinya.""Orang kaya sepertimu pasti selalu makan di tempat ya mewah. Iya, 'kan? Apa kau tidak merasa risih jika makan di tempat sederhana seperti ini?" Laura sedikit ragu dan

  • Bukan Nona Pengganti    Chapter 51

    Tok, tok, tok!!Leon mendengar suara ketukan pintu dari bilik kamar."Masuk!" ujar Leon tegas."Permisi, Tuan Leon. Di bawah ada Nona Laura yang datang dan sedang menunggu Tuan," jelas Angel."Apa!! Laura?" Leon tak percaya mendengarnya.Namun, seketika ketidakpercayaannya itu dipatahkan oleh anggukan Angel."Baiklah, saya akan segera turun."Saat sedang menuruni anak tangga, Leon memang melihat sosok wanita yang tengah menunggu dirinya."Laura," panggil Leon pelan.Wanita tersebut menoleh santai. Kemudian ia tersenyum melihat bahwa Leon sudah berada tepat dibelakangnya."Ada yang mau aku bicarakan padamu," ujar wanita itu.Sampai saat ini Leon masih tak curiga sama sekali. Ia belum sadar bahwa orang yang ada di hadapannya bukanlah Laura melainkan Launa. Benar, wanita yang akhir-akhir sedang ia cari untuk meminta pertanggung jawaban."Tapi aku tidak mau kita membicarakannya di sini karena takut di dengar oleh para pelayanmu," jelas Launa sambil melirik ke sana kemarin.Leon yang masi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status