Share

Bab 15. Pelukan di Sepertiga Malam

Rumi menutup pintu kamar lalu bersandar pada papan kayu tersebut. Gadis itu menghela napas panjang dengan mata yang terpejam. Tangan kanannya terangkat, menyentuh dada yang terasa sesak.

“Apa aku cemburu?” gumamnya seraya membuka mata.

Begitu cepatkah hatinya jatuh pada sosok Hanan, padahal mereka terbilang belum lama saling mengenal? Memang, Hanan adalah suaminya, tetapi Rumi merasa belum sepenuhnya menjadi istri dari lelaki tersebut. Haruskah dia melakukan sesuatu untuk mendapatkan haknya dari Hanan?

“Astaghfirullahalazim.” Rumi beristighfar sambil menggelengkan kepalanya. “Nggak, Rum! Buang jauh-jauh pikiran itu! Mas Hanan dan Mbak Aida sudah baik banget sama kamu. Jangan merusak kepercayaan yang sudah mereka berikan sama kamu!” Rumi menceramahi dirinya sendiri.

Gadis itu menarik napas lalu mengembuskannya dengan keras. Kakinya melangkah gontai menuju tempat tidur. Dia raba permukaan ranjang yang dingin, di mana Hanan pernah tidur di sana—ingat, hanya tidur tanpa melakukan sesuatu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status