masih flashback "Hah Hhhhh" Tanpa bisa di tahan tawa Saga pecah.Sambil memegangi perutnya Saga mencibir Rendra, "Ternya pesona kamu tidak berfungsi di hadapan Arana Dra"Arana terpaku melihat Saga yang tertawa lepas. 'Wah ternyata ganteng kalau tertawa' puji Arana dalam hati. "Hey lihat nya kesini! Bukan ke Saga. Dia itu calon kakak ipar kamu" Rendra menjetikkan jarinya ke depan wajah Arana. "Ck, apa sih" kesal Arana mengibaskan tangannya. Mereka bertiga kompak terdiam saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. "Siapa?" Rendra membalikkan badannya untuk mengintip siapa yang datang dari balik tirai jendela. "Mbak Kiara sama Ayah kayaknya" jawab Arana menduga. "Shuuut" Rendra memberi isyarat untuk diam. Saat melihat Kiara turun dari mobil dengan menangis. "Siapa?" tanya Saga mengerutkan dahinya. "Diam" Bisik Rendra mendelik pada Saga dan Arana. Terdengar langkah kaki mendekat, "Kamu langsung masuk kamar Arana! Ganti baju dan cuci wajah kamu itu" suara yang berasal dar
Masih FlashbackSudah beberapa kali Saga mendatangi Arana di sekolahnya. Seperti hari ini, saat Arana pulang sekolah Saga sudah menunggunya di depan sekolah. "Ada apa sih Kak?" tanya Arana setelah masuk ke dalam mobil Saga. "Aku perlu bicara sama kamu" Saga memiringkan tubuhnya menghadap Arana. "Apalagi? Soal mbak Kiara? Kakak ngomong langsung aja ke orangnya?" kesal Arana. Dia tidak ingin terlibat dalam masalah kakaknya dan calon suaminya. Sudah tiga hari ini Saga mendatanginya saat pulang sekolah. Sehingga membuat Arana terlambat pulang dan kena marah bapaknya. Setiap kali di tanya Jatmiko alasannya terlamnta pulang, Arana tidak tahu harus menjawab apa. "Ok ini yang terakhir." tutur Saga santai. "Bener" Arana memicingkan mata kearah Saga. "Iya. Aku cuma mau tahu ukuran jari tangan kamu" Ujar Saga lalu mengambil satu kotak kecil dari saku celananya. "Maksudnya? Kenapa ukuran jari aku?" Arana menatap Saga dengan tatapan curiga. "Maksud aku ukuran jari Kiara" ralat Saga. "Tru
Flashback off. Saga tersenyum sendiri mengingat apa yang sudah dia lakukan dulu untuk bisa menikah dengan Arana. Meskipun pada awalnya dia tidak menyadari rasa cintanya pada Arana. "Aku tidak pernah lupa seperti apa kamu membuatku melakukan semua hal gila itu, Arana." gumam Saga pelan. "Demi memberikan pesta pernikahan impianmu, aku sampai beberapa kali datang ke sekolahmu dengan dalih memberi kejutan untuk Kiara." Saga menghela nafas lelah. "Tapi kenapa kamu tidak bisa melihat cintaku sayang" keluh Saga sambil menundukkan kepalanya. "Aku harus seperti apa, agar kamu mau kembali bersamaku seperti empat bulan awal pernikahan kita." Saga mencium kening Arana lalu beranjak naik ke ranjang. Membaringkan tubuhnya di samping Arana sambil memeluknya. Saga meluapkan Rasa rindu yang selama empat tahun dia tahan. Di ciuminya kening Arana dengan rasa sayang. Lalu menghirup aroma tubuh Arana yang sangat dia rindukan. "Maafin Mas Sayang" bisik Saga dengan menutup mata nya. Saga mengeratkan
Arana povDasar menyebalkan seenaknya saja mencium orang. Aku menggeruru dalam hati mengingat kejadian semalam. Saat aku terbangun dari tidurku sepulang dari kediaman keluarga Bagaskara. Aku sangat kesal dengan Mas Saga. Bisa-bisanga dia bersikap tidak sopan padaku, memeluk dan mencium ku tanpa izin. Meskipun aku istrinya tapi kita tidak dalam hubungan yang baik-baik saja. Ceklek, Pintu kamar mandi terbuka. Mas Saga keluar dari kamar mandi dengan wajah yang berbeda dari biasanya. Ada apa dengannya? Apa maksudnya itu? Dia tersenyum padaku? Aku mengernyit bingung, Apa tadi dia terpeleset di kamar mandi? Lalu kepalanya terbentur dan membuatnya mengalami gegar otak. Ya Tuhan. Apa apaan ini? Dia hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. "Astaga" Aku langsung memalingkan wajah ku kearah lain. "Ada apa?" Mas Saga berjalan mendekat kearah ku. "Stop!" perintahku yang langsung di lakukan mas Saga. "Pakai baju dulu sana!" Aku menunjuk pintu ruang pakaian yang ada dibelak
"Ayo kita berdamai. Lupakan masa lalu, lupakan semua kebencian mu padaku. Ayo kita berdamai dengan masa lalu untuk satu tahun ke depan" kata Mas Saga mengutarakan keinginannya."Aku akan menebus semua kesalahanku sama kamu" tambahnya meyakinkan. Hatiku memanas mendengar keinginan mas Saga. Dia ingin aku melupakan semuanya. "Kenapa aku harus melupakan semuanya?" tanyaku tidak terima, "Apa demi Tania? kamu ingin menebus dosa Tania?" Aku benar-benar sakit hati mendengar keinginannya. "Bukan gitu Na" sanggah Mas Saga. "Aku hanya tidak ingin...""Tidak ingin aku menyakiti kekasihmu itu?" selaku memotong kalimat mas Saga "Kamu tidak perlu menebus dosa-dosa kamu. Juga tidak perlu khawatir, aku tidak akan menyentuh kekasih tercintamu itu." Aku berdiri dan melangkah pergi meninggal Mas Saga.Rasa sesak itu mulai terasa lagi. Setiap aku mengingat kejadian itu, rasa sesak kembali terasa di dadaku. Ketika aku memasuki ruang tamu, aku mendengar derap kaki Mas Saga mengejar ku. "Rana, dengerin
Arana pov. Aku membereskan barang-barang ku dan beberapa baju untuk pindah ke kamar lain di sebelah ruang kerja Mas Saga. Sejak kejadian kemarin siang aku jadi takut tidur di dalam kamar yang sama dengan Mas Saga. Akhirnya aku memutuskan untuk pindah kamar saja apalagi kamar yang selama ini aku tempati pintunya rusak Karena kejadian kemarin. Aku brpikir akan lebih baik jika aku pindah kamar saja. Setelah kejadian kemarin mas Saga langsung pergi dan belum kembali sampai hari ini. "Sini biar Bibi aja yang bawa, Mbak." Bibi gmengambil beberapa pakaian yang sedang ku bawa. "Makasih ya Bi." ucapku tulus. Aku selalu berusaha bersyukur dengan apa yang terjadi di hidupku. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa setiap hal yang terjadi di hidupku pasti ada pembelajaran yang bisa di ambil. •••Setelah pekerjaan membereskan kamar selesai, aku memutuskan untuk turun ke lantai bawah dan mencari udara segar di teras depan rumah. Rasanya udara di dalam rumah sangat pengap membuatku sesak nafas.
Saga PovSudah satu bulan sejak pertengkaran terakhir kami. sejak itu aku tinggal di kantor seperti sebelumnya. Aku akan pulang tengah malam untuk mengambil baju ganti dan untuk melihat Arana sebentar. Aku sengaja pulang larut malam menunggu Arana tidur baru aku akan masuk ke kamarnya untuk memastikan dia baik-baik saja. Aku memasukkan tiga potong kemeja dan celana kain ke dalam Ransel. Setelahnya aku berjalan keluar menuju ruang kerja untuk mengambil beberapa berkas penting yang aku butuhkan. Ku percepatan gerakan ku karena aku ingin segera melihat Arana. Walaupun hanya melihatnya tidur setidaknya itu bisa mengobati rinduku. Aku sangat merindukannya tapi aku tidak punya keberanian menatap wajahnya. Aku sangat menyesal telah membela Tania waktu itu. Seandainya aku tahu yang sebenarnya, aku sendiri yang akan menghukum Tania. Aku sudah menyuruh orang untuk mencari Tania. Aku pastikan dia mendapatkan hukuman lebih sakit dari yang Arana rasakan. Setelah semu
Arana pov. Mas saga tidak pernah pulang lagi. Aku tidak pernah bertemu dengannya setelah hari itu. Dimana mas Saga mengamuk seperti orang kesetanan. Ya mungkin aku salah. Harusnya aku mengatakannya sebelum aku pergi dulu. Dia pikir aku sengaja membuatnya merasa bersalah karena baru mengatakannya sekarang. Sekitar satu bulan karena marah mas Saga mengurungku di rumah ini tanpa boleh keluar atau menerima tamu. Tapi beberapa kali Rendra datang tanpa sepengetahuan Mas Saga. Setidaknya itu bisa menghilangkan rasa bosanku. Rendra juga membantuku mengantarkan desain bajuku ke Reza. Dari Reza akan diantar ke Ryan lalu Ryan akan mengurus semuanya. Semua hasil penjualan desain ku Ryan masukkan di rekeningku. Setelah berpisah dengan mas Saga aku tidak akan meminta harta gono gini ataupun uang dari ayah. Aku tidak akan menerima saham yang diberikan ayah padaku. Aku sudah menyiapkan masa depanku sendiri. Ada rasa sedih saat memikirkan perceraian kami. Aku tidak