Raisa hidup dalam kebahagiaan bersama suaminya, Faisal, hingga sebuah tragedi menghancurkan kehidupan rumah tangga mereka. Ketika Faisal mengetahui bahwa bayi yang dikandung Raisa bukanlah darah dagingnya, dia tidak segan untuk mengusir Raisa dari rumah. Kebenaran itu terungkap setelah Faisal memeriksakan diri ke dokter dan mengetahui masalah kesuburan yang menghalanginya untuk memiliki anak. Di tengah perasaan putus asa, Raisa terpaksa mengakui kepada Faisal bahwa dia telah diperkosa oleh seorang pria beberapa waktu lalu. Dengan hati yang hancur, Raisa menyadari bahwa orang yang menghamilinya telah pergi ke luar negeri, meninggalkannya dalam keadaan bingung dan sendirian. Kini, Raisa harus menghadapi konsekuensi dari keputusannya dan perjuangannya untuk mencari jati diri di tengah stigma sosial dan rasa bersalah. Bagaimana nasib Raisa selanjutnya saat menghadapi kenyataan pahit dan perjuangan untuk mendapatkan kebahagiaan kembali?
Lihat lebih banyakProlog
Namanya Raisa Ekasuci, anak pertama dari tiga bersaudara. Hidup di lingkungan sederhana serta mempunyai orang tua yang terlalu over protective. Kedua orang tua Raisa selalu mengaturnya membuat hidupnya menjadi jenuh.
Seringkali Raisa merasa bosan, karena terus hidup dengan banyak aturan di keluarganya. Padahal gadis berusia delapan belas tahun itu juga ingin bebas, seperti teman-teman sebaya lainnya. Berpergian dan bermain bersama-sama dengan teman-temannya.
Kedua orang tua Raisa tidak pernah mengizinkan anak gadisnya keluar rumah selain kegiatan sekolah. Karena mereka takut jika anaknya mendapatkan pergaulan yang tidak baik.
Karena merasa bosan, akhirnya Raisa mencari cara agar dirinya bisa keluar dari rumah. Gadis polos itu pernah membawa teman laki-lakinya datang ke rumah dan di sambut baik oleh kedua orang tua Raisa. Mereka mempercayakan Raisa kepada pemuda yang diperkenalkan dikeluarganya
Raisa belum paham tentang arti pacaran, walaupun usianya sudah beranjak remaja. Karena saat itu dia hanya memanfaatkan pemuda itu untuk keluar dari rumahnya.
Faisal Irawan seorang laki-laki yang usianya lima tahun lebih tua dari Raisa. Faisal adalah alasan Raisa untuk dapat keluar dari rumahnya karena dia ingin bermain.
Jika Raisa merasa suntuk dan bosan, dia selalu meminta izin kepada kedua orang tuanya ingin menemui Faisal.
Hanya Faisal, laki-laki yang berani berkunjung ke rumah Raisa. Padahal pemuda di daerah rumah Raisa sangat ingin sekali berkenalan dengannya. Namun karena melihat wajah ayah Raisa yang terlihat garang, para pemuda itu jadi pesimis dan takut untuk mendekati Raisa
Faisal adalah pemuda yang di kenal Raisa, saat Raisa main ke rumah teman sekolah di SMA. Saat Raisa sedang bermain kerumah Lina, kebetulan dia berpapasan dengan Faisal.
Sejak saat itu, Faisal sering mengirim pesan dan salam untuk Raisa melalui Lina. Hal itu berlangsung setahun silam, membuat Faisal semakin jatuh cinta kepada Raisa.
Raisa kini sudah menyelesaikan pendidikannya. Dia bahagia, karena akan melamar pekerjaan dan mempunyai penghasilan sendiri. Dengan begitu, Raisa bisa bebas berpergian kemana saja.
Awal mula kisah
Saat pulang sekolah usai mengambil ijazah, Raisa di jemput oleh Faisal.
"Selamat, ya! Kamu sudah lulus sekolah." Faisal memberikan ucapan kepada kekasihnya. Walaupun sebenarnya Raisa tak pernah menganggap pemuda itu adalah kekasihnya.
Faisal hanya pelariannya karena ingin bebas bermain keluar rumah.
Keseharian Faisal biasa mengantar jemput Raisa saat sekolah.
Setelah Raisa lulus sekolah, Faisal berpikir tidak akan mengantar jemputnya lagi. Apalagi saa Raisa akan bekerja, pastinya banyak lelaki tampan yang mendekatinya. Faisal tidak ingin gadis yang dicintainya dimiliki oleh orang lain.
Raisa tidak benar-benar serius dengan Faisal. Karena dia menganggap Faisal, hanya sebagai teman dekatnya.
Namun berbeda dengan Faisal, yang mungkin usianya sudah cukup matang dari Raisa. Dia benar-benar mencintai Raisa.
Raisa di ajak oleh Faisal ke sebuah danau, yang sangat terkenal di daerahnya. Biasanya di danau itu banyak para pemuda-pemudi saling bercengkrama, untuk sekedar mengobrol di sekitarnya.
Kali ini wajah Faisal nampak serius dan tidak seperti biasanya.
"Sa, aku ingin berbicara sesuatu yang penting," ucap Faisal dengan raut wajah yang serius sambil memegang kedua tangan Raisa.
Mereka duduk berhadapan dengan penghalang meja yang menjadi pembatasnya.
"Kamu mau ngomong apa, Kak?" Tanya Raisa yang juga menatap mata Faisal dengan serius.
"Aku, ingin melamarmu!" ucap Faisal dengan gugup. Faisal memberanikan diri, untuk melamar Raisa karena dia tidak yakin sang gadis akan menerima.
Pekerjaan Faisal serabutan, hal itu membuatnya tidak percaya diri. Tetapi dengan tekadnya yang bulat, dia ingin melamar gadis pujaannya.
"Tapi, aku baru saja lulus sekolah. Lalu ingin bekerja," balas Raisa menolak sambil menatap bingung ke arah Faisal.
"Aku sudah meminta ibuku, untuk datang besok ke rumahmu," ucap Faisal memberikan alasan agar Raisa menyetujui lamarannya.
Suasana hening, Raisa bingung dengan tindakan Faisal yang begitu cepat ingin menikahinya.
Raisa ingin menolak, namun dia urungkan karena melihat keseriusan di mata Faisal.
Gadis itu berpikir jika setelah menikah, Faisal dapat membuatnya bebas dan hidup bahagia.
Raisa memang sering mengeluhkan kepada Faisal, perihal dirinya tidak suka di atur-atur oleh ayahnya. Hal itu membuatnya tidak betah di rumah dan Raisa sering berkunjung ke rumah Faisal, karena gadis itu ingin menenangkan pikirannya.
"Tapi aku ingin merasakan bekerja seperti teman-teman yang lain. Juga ingin melanjutkan kuliah," Batin Raisa dalam hatinya yang merasa tak enak hati melihat keseriusan Faisal.
"Bagaimana, apakah kamu bersedia?" Tanya Faisal dengan pandangan yang serius menatap lekat Raisa.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Raisa memutuskan untuk menyetujuinya dengan tujuan setelah menikah dia akan hidup bebas.
"Baiklah, aku menerima lamaranmu," ucap Raisa sedikit ragu.
Sungguh amat pendek pikiran Raisa, dia tidak memikirkan kehidupan rumah tangga yang akan rumit. Dipikiran gadis itu hanya tahu, dia akan terbebas dari aturan-aturan di rumahnya.
Sebenarnya Raisa masih ingin menikmati masa mudanya. Bermain bersama teman-temannya, namun orang tua yang selalu cerewet dan mengekangnya membuat Raisa merasa berada di dalam penjara.
Menjelang sore, Raisa di antar oleh Faisal ke rumahnya. Kedua orang tua Raisa sudah sangat mengenal Faisal. Walaupun pemuda itu belum mempunyai pekerjaan tetap, kedua orang tua Raisa tidak mempermasalahkannya. Karena yang mereka lihat Faisal sangat rajin dalam bekerja, walaupun masih serabutan. Karena belum ada lelaki yang berani untuk datang ke rumah mereka selain Faisal.
Raisa anak pertama dari tiga bersaudara, kedua adiknya masih duduk di bangku SMP dan SD.
Sore itu Faisal berbicara pada kedua orang tua Raisa, kalau besok ibunya akan datang melamar anak gadisnya.
Sungguh sangat terkejut kedua orang tua Raisa, namun mereka masih memegang prinsip jika anak gadis sudah di lamar, maka tidak boleh di tolak. Mereka takut jika menolak, maka anak gadis mereka tidak akan laku lagi.
Kedua orang tua Raisa pun menyetujui lamaran Faisal. Besok mereka akan menunggu orang tua Faisal berkunjung ke rumahnya.
-
Silakan subscribe dan like karyaku ya
Raisa langsung menghampiri sekumpulan ibu guru yang mengerumuni Aldo."Bu Raisa, sini foto," panggil Angelica, yang merupakan guru paling modis dan termuda dari guru yang lain.Raisa hanya tersenyum malas saat melihat kegenitan Aldo di depan ibu-ibu yang berada di sekelilingnya."Memang dia siapa, Bu, kok pada minta foto?" tanya Raisa dengan tangan bersedekap."Ih, Bu Raisa gak tahu? Apa dia tuh pengusaha muda yang lagi terkenal itu, loh," sahut Jessy yang mengarahkan kamera ponsel ke Aldo."Ish," gumam Raisa yang melihat Aldo begitu narsis."Eh, sudah dulu ya, Bu-Ibu, aku mau bicara dengan Mama Alesha," kata Aldo menyudahi acara sesi foto-foto."Yah..." sorak ibu-ibu yang kecewa, namun begitu terkejut saat tahu dia adalah ayahnya Alesha.Semua ibu-ibu pada berbisik dan bergosip, menceritakan Aldo yang sudah mempunyai anak."Alesha, kok kamu gak ngomong sih kalo Papa kamu itu Revaldo Junior?" celetuk Angelica sambil mendekati Alesha.Angelica adalah wali kelas Alesha, dan dia sangat r
Baiklah, kita pergi membeli es krim," kata Fay yang langsung mengulurkan tangannya ke Alesha.Karena Alesha sudah akrab dengan Fay, maka dia menyambut uluran tangan dari Fay.Fay menuntun Alesha menuju tempat parkir mobil. Raisa dan Calantha pun mengikuti di belakang.Tiba-tiba, saat akan memasuki mobil, tangan Raisa dicegah oleh Aldo."Kau mau ke mana?" tanya Aldo yang sudah memegang lengan Raisa."Fay mengajak kami makan siang," jawab Raisa."Alesha, ayo ikut Papa," kata Aldo seraya membungkukkan badannya ke arah jendela mobil Fay.Alesha terlihat sudah duduk di bangku paling depan."Ikut ke mana, Pah?" tanya Alesha dengan nada suaranya yang lembut."Papa mau beli es krim sama Mama," kata Aldo yang memang tahu kesukaan Alesha."Tapi Om Fay juga mau beliin es krim," jawab Alesha.Aldo langsung menatap tajam ke arah Fay, lalu beralih ke Alesha."Ikut Papa, yuk. Papa udah laper, nih. Temenin Papa makan, ya!" pinta Aldo pada Alesha dengan wajah memelas."Hey, aku yang mengajaknya terleb
Sesampainya di rumah, keluarga Arifin telah menunggu kedatangan Alesha."Alesha," panggil Beby lalu memeluknya."Kak Beby," panggil Alesha, dan seluruh anggota keluarga terkejut saat Alesha memanggil Beby."Kamu sudah bisa manggil aku?" kata Beby yang begitu senang dengan panggilan Alesha."Beby, Alesha lelah. Ajak ke kamarnya," perintah Merlin."Ayo, Ale, kita ke kamar," ajak Beby yang menuntun tangan Alesha masuk ke dalam rumah."Bagaimana jalan-jalannya?" tanya Arifin yang juga menyambut kedatangan Raisa malam ini."Senang, Pah. Alesha senang sekali," kata Aldo semangat."Iya, sudah, kalian masuklah. Kita mau makan malam," kata Merlin yang menyuruh Raisa dan Aldo masuk ke dalam rumah.Mereka makan bersama-sama, menikmati hidangan yang dibuat oleh Merlin.Pagi pun tiba. Alesha sudah kembali normal layaknya bocah usia 5 tahun.Dia mulai mengusili orang rumah, karena Aldo sedang menginap di rumah Arifin.Saat Aldo tertidur di sofa, Alesha datang menjahilinya dengan mencubit hidungnya.
Alesha begitu senang berenang bersama Aldo. Tak nampak kecanggungan, yang terlihat hanya keakraban ayah dan anak.Raisa hanya duduk di bangku, mengamati mereka berdua yang sedang bermain di air."Mama, sini," panggil Alesha.Raisa hanya menggelengkan kepalanya, menandakan kalau dia tidak mau."Mama, sini," panggil Alesha yang langsung menghampiri Raisa."Ale, Mama gak bisa berenang," kata Raisa menolak permintaan Alesha.Kemudian Alesha pun menangis histeris, tubuhnya langsung terduduk di lantai. Tangisannya meraung-raung, berharap Raisa mau berenang bersamanya."Baiklah, Mama akan ganti baju dulu," kata Raisa yang langsung meminta petugas hotel mencarikan baju renang untuknya.Setelah Raisa memakai baju renang, kemudian dia menuntun Alesha menuju kolam renang.Di sana sudah ada Aldo yang menunggunya. Alesha melompat, dan Aldo menanggapi di kolam."Hap..." suara Aldo saat menangkap Alesha."Sini, Mah!" panggil Alesha seraya melambaikan tangannya.Raisa mencoba menurunkan kakinya di te
"Keluarga?" cibir Raisa dengan senyum mengejek.Kemudian Raisa langsung membuka pintu jendela dan menuju balkon.Raisa begitu takjub saat melihat lokasi hotel yang sangat dekat dari pintu masuk taman hiburan.Sejenak Raisa memejamkan kedua matanya, menghirup dalam-dalam udara yang berselimutkan awan mendung. Sepertinya cuaca malam ini akan turun hujan, karena tak nampak adanya bintang-bintang.Aldo menghampiri Raisa dan memeluknya dari arah belakang."Ish, lepaskan," berontak Raisa yang ingin melepaskan pelukan Aldo."Shut, jangan berisik, nanti Alesha bangun," bisik Aldo di telinga Raisa. "Nikmati saja suasana malam ini, aku berjanji tidak akan menyentuhmu," ucapnya pelan. Deru napas Aldo sangat terasa di telinga Raisa."Kenapa kau melakukan semuanya padaku?" tanya Raisa dengan ekspresi wajah yang datar menghadap pemandangan di hadapannya."Melakukan apa?" tanya Aldo."Kenapa kau begitu terobsesi padaku hingga membuatku menderita," kata Raisa."Maafkan aku. Saat bertemu denganmu, aku
"Aldo, Raisa menyetujui akan menikah denganmu," kata Arifin."Betul, Pah?" tanya Aldo meyakinkan."Iya, tapi bukan dari lubuk hatinya. Dia melakukannya semata karena ingin membalas budi Papa," kata Arifin, seperti yang dikatakan oleh Raisa."Jadi dia belum membuka hatinya untukku?" tanya Aldo."Iya, aku sudah memberi kau jalan. Sebaiknya kau usaha sendiri untuk merebut hatinya," saran Arifin."Baiklah, Pah. Terima kasih," ucap Aldo bahagia lalu memeluk tubuh Arifin."Ish, jangan begini. Malu dilihat orang," kata Arifin yang langsung mundur dan menjauhi Aldo.Mereka berdua kini sedang di proyek terbaru, karena perusahaan yang mereka miliki kini berkolaborasi menjadi satu.Aldo begitu bahagia saat mendengar Raisa mau dinikahinya. Namun, dia tidak ingin menikah tanpa cinta. Saat ini yang dia pikirkan adalah merebut hati Raisa.Siang ini Raisa sudah bersiap untuk pulang ke rumah karena hari ini Alesha tidak masuk ke sekolah."Raisa, aku ingin bicara," panggil Calantha yang menghampiri Rai
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen