Rahasia paling kelam itu mengancam kehidupan rumah tangganya. Haruskah Puspa jujur saja pada suami yang mempertanyakan kesuciannya? Ataukah dia tetap diam memendam aibnya sendirian. Bisakah Bram menerima Puspa apa adanya? Meskipun duda, Wira Bramasta pantang didustai dan dikhianati. Ia menganggap almarhumah istri pertama laiknya bidadari, lantas apa sebutan untuk Puspa yang sudah kehilangan kehormatannya sebelum menikah dengannya. Akankah Bram mempertahankan Puspa, atau melepaskannya karena merasa telah didustai. Bagimu masa lalu, bagiku luka baru.
Lihat lebih banyakPERNIKAHAN
- Kecewa "Kenapa kamu diam? Jawab siapa laki-laki itu?" Suara Bram begitu dingin. Namun tatapannya tajam, bak mata elang yang sedang mengintai mangsa. Bram yang tidak banyak bicara terlihat sangat marah karena sang istri tidak mau jujur. Puspa membeku menatap keluar jendela kamar yang terbuka. Angin malam berembus masuk. Jemarinya yang bertaut di atas pangkuan terasa dingin dan gemetar. Apa ia harus menceritakan kelamnya peristiwa itu? Dia pikir, Bram tidak akan mempermasalahkannya. Kemarin malam usai momen sakral itu hingga sore tadi sang suami diam saja. Puspa tenang. Dipikirnya Bram bisa menerima apa adanya. Tapi malam ini, sang suami mengajaknya bicara di kamar. "Kenapa kamu tidak mau mengatakan sejak awal? Kamu sengaja ingin menjebakku?" Hening. "Kamu memang mau menipuku." Bram bangkit dari duduknya. Berdiri tegak di hadapan Puspa dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Tatapan penuh kemarahan tak beralih dari wanita cantik yang memucat itu. "Aku memang duda. Usiaku tak muda lagi. Namun pantang bagiku untuk ditipu. Kamu tahu apa konsekuensinya bagi orang yang sengaja mempermainkanku, Puspa?" Puspa masih bungkam. Jemarinya yang gemetar dengan cepat menghapus air mata yang merambat ke pipi. "Katakan siapa lelaki yang melakukan itu padamu? Kekasihmu? Teman kuliahmu? Atau kamu memang sengaja menjualnya pada orang yang sanggup membayar mahal. Bukankah itu biasa dilakukan oleh gadis yang ingin mendapatkan uang banyak secara instan?" Kilatan mata lelaki itu menunjukkan habisnya kesabaran. Dia sudah menuntut penjelasan pada istrinya sejak tadi. Namun ucapan itu begitu tajam menusuk ke dasar hati. Semurah itukah dia di mata lelaki yang baru sebulan menjadi suaminya? "Jadi ini alasan gadis berumur dua puluh tiga tahun, mau menikah denganku yang sudah berumur tiga puluh sembilan tahun. Setuju menikah denganku untuk menutupi aibmu? Kamu salah memilih orang, Puspa. Pantang bagiku untuk ditipu. Kecuali kamu mau jujur sebelumnya. Selain untuk menutupi aibmu, apa kamu juga mengincar supaya hidup enak dengan menjadi istriku?" Puspa terhenyak. Ini jauh lebih menyakitkan daripada kata menjual diri tadi. Harga dirinya terbanting, hancur berkeping-keping. "Maaf," ucap Puspa dengan bibir bergetar. "Katakan, siapa orang itu?" Bram setengah berteriak. "Hanya masa lalu." Akhirnya Puspa menjawab dengan suara lirih. Bram menyeringai. "Dan aku yang kamu jadikan korban akhibat perbuatan masa lalumu. Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal?" Puspa diam. Tubuhnya terasa dingin oleh embusan angin malam yang menerobos jendela kamar yang terbuka. Jantungnya berpacu hebat. Takut, khawatir, dan malu tentu saja. Tak ada yang kehormatan yang bisa dipersembahkan kepada suaminya. Ah, kenapa dia terlalu berani masuk ke dalam kehidupan lelaki ini. "Aku ingin bertemu orang tuamu." Bram berkata datar dan mulai melunak. Mendengar kalimat itu membuat Puspa mengangkat wajah. Memberanikan diri membalas tatapan pria tegap yang menjadi suaminya. Bagaimana ia menjelaskan. Orang tuanya tidak tahu apa-apa. Apa Bram akan menceraikannya di usia pernikahan mereka yang baru sebulan? "Bagiku ini tentang harga diri. Kamu sudah berani membohongiku. Besok pagi, kita pergi menemui ayah dan ibumu." Selesai bicara pria tampan itu meninggalkan kamar. Dan tidak kembali lagi hingga pagi. ***L*** Puspa tergesa turun ke lantai bawah. Mak Sri, pembantu di rumah itu sudah selesai menyiapkan sarapan. Pagi ini Puspa terlambat turun karena tidak bisa tidur semalaman. Dengan cekatan ia mengambilkan nasi untuk suami dan dua anak tirinya. "Nggak usah. Saya bisa ngambil sendiri." Vanya, si sulung yang berumur lima belas tahun menggeser piringnya. Nasi di centong yang dituangkan Puspa jatuh ke meja. "Vanya. Nggak sopan itu!" hardik Bram pada putrinya."Bagaimana, May?" teriak Dikri. Tidak sabar menyambut Maya yang keluar dari kamar mandi malam itu."Bentar!"Dikri mondar-mandir menunggu. Dia berharap ada kabar bahagia malam ini. Sudah membayangkan memiliki anak perempuan yang cantik. Biar terobati rindunya pada Denik.Maya keluar dari kamar mandi."Bagaimana?" "Aku hamil," ucap Maya dengan suara bergetar dan netra berkaca-kaca. Menunjukkan testpack dengan garis dua di tangannya.Mata Dikri membelalak dan langsung memeluk Maya dengan erat, hampir tak percaya dengan kabar bahagia itu meski harapannya begitu besar. "Alhamdulillah."Akhirnya setelah dua bulan menikah, Maya baru hamil. Biar menepis dugaan sebagian orang kalau mereka menikah diam-diam karena Maya hamil duluan.Tidak adanya resepsi dan nikah dadakan membuat beberapa orang berprasangka buruk. Apalagi Maya seorang janda."Besok kita cek ke dokter, Mas. Baru ngasih tahu orang tua kita.""Iya." Dikri masih speechless. Tak henti ia mengucap syukur. Masih diberikan kesempatan
"Sampai sekarang Rayyan belum tahu kalau akulah yang menghancurkan harapannya. Semoga sampai kapanpun dia nggak akan pernah tahu, Ma.""Baiklah kalau gitu. Kita nggak usah ngadain resepsi saja." Bu Ira mengelus punggung putranya sambil tersenyum. Dalam hati berdoa semoga semuanya akan baik-baik saja. Dikri dan Maya bahagia.***L***Dua bulan sudah Dikri dan Maya menjadi pasangan suami istri. Mereka tinggal di rumah orang tua Maya karena Bu Anang di Surabaya menunggui Mika yang hendak bersalin. Tiap akhir pekan mereka menginap di rumah orang tua Dikri atau berkunjung ke Surabaya.Maya membuka jendela dapur saat matahari pagi sudah menerobos masuk. Tiap selesai salat subuh, ia akan sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Selalu memastikan pagi mereka dimulai dengan sarapan bersama sebelum berangkat kerja. Meski sama-sama sibuk. Salah satu kebiasaan mereka adalah mengatur makan siang bersama setidaknya dua kali seminggu. Kalau Dikri ada acara di luar kantor, ia akan menjemput Maya untu
PERNIKAHAN - Bidadari Kecil "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Di depan pintu ada Rayyan bersama Najiya yang tengah hamil besar."Hai, Ray. Ayo, masuk!" Dikri bangkit dan menyambut tamunya. Mereka jarang sekali bertemu dan berkomunikasi lewat telepon. Rayyan pasti lebih sibuk setelah menikah.Maya memperhatikan pasangan itu. Dia belum pernah melihatnya. Karena hampir kenal semua teman-teman Dikri."Nikah nggak ngabarin sih, Mas," protes Rayyan sambil bersalaman. Kemudian ia dan Najiya menyalami Maya, Pak Maksum, dan Bu Ira. Dikri mengenalkan Maya pada Rayyan dan Najiya."Mari silakan duduk," ujar Bu Ira."Maaf, rencananya kan mau tunangan dulu. Tapi kami langsung nikah siri atas saran keluarga. Baru nanti mendaftarkan pernikahan ke KUA. Kapan kalian datang?""Tadi pagi. Dan kami dikasih tahu sama Budhe. Alhamdulilah, saat berulang kali kutanyai Mas Dikri bilang nggak punya pacar. Eh tiba-tiba saja nikah. Rupanya main rahasia selama ini."Dikri tertawa. "Tanyakan ke Budhe, giman
"Apa dulu itu, kamu menyukai gadis lain, Dik? Makanya dengan berbagai alasan kamu menunda pernikahan kita?" Namun pertanyaan itu hanya terucap dalam dada. Dia tidak akan menanyakannya dan tidak usah tahu. Yang penting mereka sekarang berkomitmen untuk melangkah beriringan membina masa depan. Lupakan masa lalu. Sepahit apapun itu. Dirinya sudah menerima Dikri dan menerima seluruh kisahnya."Kita akan saling mencintai sampai kapanpun, May." Dikri mengecup puncak kepala istrinya. Ia menyadari betapa beruntungnya memiliki Maya. Dikri berjanji dalam hati untuk selalu menjaga Maya, melindunginya, dan menjadi suami yang setia.Maya mengeratkan pelukan. Keduanya terhanyut dalam perasaan dan tuntutan kebutuhan ragawi. Ternyata Maya sudah mengenakan gaun istimewa untuk suaminya. Membuat mereka tidak sabar untuk segera tenggelam menikmati malam pernikahan.Sarangan menjadi saksi keduanya untuk menyempurnakan hubungan. Maya tidak pernah tahu, bahwa dia bukan yang pertama bagi Dikri. "Dik, kita
"Setelah ini kamu dan Dikri harus mulai membahas mau tinggal di mana, May. Sebab Dikri pun sekarang menjadi anak tunggal. Jangan sampai hal begini akan jadi masalah. Kalau Mas, maunya kamu nemenin Mama," kata Bayu."Mas Bayu, nggak usah khawatir deh. Mama akan ikut aku ke Surabaya. Nungguin aku lahiran. Jangan khawatir, ada ART di rumah jadi Mama hanya duduk mengawasi saja saat kami tinggal kerja. Iya kan, Ma?" Si bungsu merangkul bahu mamanya.Sejak menikah, Mika memang mau mengajak mamanya tinggal bersama. Tapi Bu Anang menolak dengan alasan, kasihan Maya sendirian."Sekarang Mbak Maya kan sudah menikah, Ma. Ada suami yang jagain. Jadi Mama nggak perlu khawatir lagi."Bu Anang memandang Maya. Anak yang paling dekat dengannya. Dibanding dengan kedua saudaranya. Maya yang mungkin bisa dibilang kurang beruntung. Itu pun karena ada andil orang tua yang memaksakan kehendak."Nggak apa-apa Mama ikut ke Surabaya. Kalau pengen pulang ke Nganjuk kan bisa kami jemput. Pengen ke Surabaya bisa
PERNIKAHAN- Semalam di Telaga Sarangan "Mbak, dulu dia mengulur-ulur waktu nikahin aku. Sekarang dia maunya buru-buru. Kami nikah secepat kilat kayak habis di gropyok hansip saja.""Sssttt, jangan ngomong begitu. Memang takdir jodoh kalian baru sekarang," jawab sang kakak ipar seraya mengaplikasikan bedak di wajah Maya. "Apapun yang pernah terjadi, Mbak salut kalian bisa kembali bersama. Ini jodoh yang sempat belok arah namanya." Nafa, istrinya Bayu terkekeh. "Mbak aja kaget waktu dikabari mama.""Aku sendiri rasanya nggak percaya. Padahal aku sudah mengubur dalam-dalam harapan itu.""Kalian ini jodoh yang tertunda. Mbak doain kalian bahagia. Jangan tunda, segeralah punya momongan. Usiamu sudah tiga puluh tiga tahun, kan?"Maya mengangguk. Make up sudah selesai. Maya membuka lemarinya dan mengambil kebaya warna putih tulang. Itu baju yang ia pakai di hari pernikahan adik perempuannya. Mika. Baru setahun yang lalu, pasti masih muat. Modelnya simple, masih mewah kebaya pengantin saat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen