Bab 9 Percakapan Yang Didengar
"Mas?" panggilku. Mas Alvin tersentak dan reflek kembali menoleh sebentar ke arahku.Mas Alvin menggelengkan pelan kepalanya dan berkata," aku gak tau sayang."Mendengar jawaban dari suamiku barusan tentu aku tak mempercayainya begitu saja. Aku yakin karena Mas ALvin adalah anak kandungnya Bu Mirna pasti ia akan ikut terlibat dalam kasus ini. Atau setidaknya dia tahu dan memilih merahasiakannya dari siapapun. Termasuk aku.Setelah menyelesaikan sarapannya, Mas Alvin lantas pamit untuk pergi ke kantor. Ia berniat berangkat lebih awal lantaran ingin memastikan keadaan tempat kerjanya baik-baik saja. Mengingat saat ini ibu nya masih menjadi pimpinan dari kantornya tersebut.Tentu saja sebelum meninggalkan rumah ibu nya, suamiku itu lebih dulu memulangkanku ke rumah kami. Tak lupa memberikan kecupan hangat di keningku dan memintaku mencium takzim tangan kanannya. Aktivitas pagi yang biasa kami lakukan sebelumBab 10 Menuduhku?"Ma–maaf, Bu," ucap Bi Inah terbata-bata seraya menundukkan wajahnya seolah tak berani menatapku."Bi Inah dengar semua yang saya obrolkan dengan Mas Bima tadi?" selidik ku.Mendengar pertanyaan ku barusan, saat itu Bi Inah tak langsung menjawabnya. Ia terdiam beberapa saat yang mana membuatku semakin penasaran. Ah, Bi Inah!"Bi!" tegur ku yang merasa tak sabaran."Wait, wait, wait!" Mas Bima berlari kecil mendekatiku dan Bu Inah."Ada apa, Mas?" tanyaku heran."Jangan terlalu kasar sama Bi Inah. Kasihan. Mungkin dia emang gak denger apa-apa," kata Mas Bima mencoba menengahi."Mas! Gak mungkin gak denger apa-apa. Bi Inah di sini, kita di sana," balasku seraya mengayunkan tangan menunjukkan jarak antara posisiku dan Mas Bima tadi dan Bi Inah yang hanya berjarak kurang dari sepuluh meter."Tapi Bibi emang gak denger apa-apa, Bu," sahut Bi Inah. Aku menoleh ke arahnya yang tampak masih ketakutan."Kalaupun emang Bibi denger apa-apa, tolong jaga rahasia ini, ya, Bi. Say
Bab 11 Ketika Perasaan Itu Muncul Kembali"Ma ...," ucap Mas Alvin seraya hendak menenangkan ibu nya kembali."Benar, Bu, tolong kendalikan emosi Ibu," ujar Dewi tenang. Membuatku dan lainnya menoleh ke arahnya sekaligus membuat Mas Alvin mengurungkan niatnya. Dewi pun sedikit melangkah lebih dekat dengan Bu Mirna. "Lebih baik sekarang kita fokus mencari siapa yang menyebarkan fitnah ini," ucap Dewi lagi seraya melirik sinis ke arahku seakan-akan ia menuduhku.Tak mau kalah. Aku pun menatap tajam ke arah Dewi sebagai tanda aku tidak takut dengan tuduhan yang secara tidak langsung ia layangkan padaku. Dan di momen ini lah aku mulai menyadari bahwa dari ucapan dan gerak gerik Dewi barusan menunjukkan kalau sekertaris ibu mertuaku itu amatlah berbahaya.Bu Mirna mengatur napasnya usai mendengar ucapan dari Dewi. Wanita paruh baya itu lantas mendudukkan tubuhnya ke sofa yang terletak tak jauh darinya. Melihat sikap Bu Mirna yang demikian sejujurnya membuatku sedikit merasa heran. Bu Mirna
Bab 12 Peristiwa Yang Tak Bisa Dihindari"Terima kasih, ya, sayang." Mas Alvin kembali mencium tanganku.Dan aku hanya bergeming mendapati perlakuan yang diberikan Mas Alvin seraya menatapnya dengan perasaan agak bersalah. Kebahagian yang ia tunjukkan malam ini sungguh membuat hatiku terasa perih. Perasaan tak tega lantaran telah membohonginya pun mulai muncul kembali. Apalagi ia menganggapku melakukan hal yang sama sekali aku tak menganggapnya serius. ***"Sayang?"Aku tercekat mendengar panggilan dari Mas Alvin yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar. Saking terkejutnya aku bahkan mendadak bingung dan tak tahu harus bersikap bagaimana. Sedangkan itu Mas Alvin kini telah melangkahkan kakinya guna mendatangiku yang masih berada di tempat aku melaksanakan sholat subuh belum lama ini."Sudah sholatnya?" tanya Mas Alvin yang saat ini berada di hadapanku."Sudah, Mas," jawabku sambil memalingkan tubuhku dan membelakangi suamiku. Lalu melepas mukena yang sejak tadi masih ku kenakan d
Bab 13 Daftar Nama Para Polisi Yang Terlibat"Tapi aku antar, ya," kata Mas Alvin lagi. Membuatku yang tadinya bernapas lega kini malah merasa panik. Sebab, tak mungkin Mas Alvin hanya akan mengantarku begitu saja. Karena bagaimana pun suamiku itu juga termasuk teman dari Mas Bima. Apalagi hari ini adalah hari libur. Yang mana pastilah mereka akan melakukan obrolan yang nantinya akan merusak tujuan pertemuanku dengan kakak sepupu ku itu.Namun di sisi lain, aku juga tak bisa menolaknya karena aku tidak memiliki alasan untuk mencegah suamiku itu guna tetap berada di rumahnya ini. Akan tetapi, jika aku mengiyakan perkataan Mas Alvin, itu sama saja aku hanya membuang-buang waktu ku. Sedangkan berita yang di angkat oleh Arga, sekarang ini masih ramai dibicarakan di media sosial. Terlebih, pihak Bu Mirna sendiri pun juga sudah mulai bergerak yang artinya aku pun juga harus bertindak lebih cepat.Ah, sial! "Sayang?" panggil Mas Alvin yang membuyarkan lamunanku. "Iya, Mas?" "Itu ditanya B
Bab 14 Kasus Yang Sudah Tertutup Lama Itu ..."Karena itu, Mas, aku butuh bantuan mu," kataku.Mas Bima menunjukkan ekspresi kebingungan mendengar perkataan ku barusan. Lalu tanpa diminta aku pun melanjutkan ucapan ku yang mana aku memilliki sebuah rencana supaya Dewi bisa lebih dikendalikan. Tentu saja dengan bantuan kakak sepupu ku yang pintar itu."Terus apa yang bisa aku bantu?" tanya Mas Bima serius.Aku tersenyum lebar menanggapi keseriusan yang diperlihatkan laki-laki berusia empat tahun di atasku itu. Lalu barulah kemudian aku menjawab pertanyaan dari Mas Bima."Deketin Dewi, dong," kataku sambil tersenyum nyengir. Berharap Mas Bima akan mengiyakannya tanpa banyak bertanya alasannya.Sayangnya, harapanku ternyata tak sesuai kenyataan. Mas Bima malah menunjukkan ekspresi terkejut setelah mendengarkan perkataan ku barusan."Yang bener aja kamu, Lay? Mas mu ini suruh deketin cewek yang senyum aja gak pernah," ujar Mas Bima tak terima.Mendapati respon yang tak sesuai ekspektasi t
Bab 15 Siapa Yang Memb*n*h Bapak ku?Mendapati kenyataan yang seperti ini malah menjadikanku semakin bersemangat untuk lebih bisa membalaskan rasa sakit ku yang kini berlipat ganda. Tentu saja dengan caraku sendiri."Aku sudah sejauh ini melangkah dan mengorbankan segala yang aku punya. Kalaupun polisi tidak bisa bergerak karena aturan, biarkan aku yang bergerak. Tentunya dengan caraku sendiri."***"Sayang .... "Aku menoleh ke arah Mas Alvin yang tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar kami. Rupanya suamiku itu baru saja sampai rumah setelah sibuk dengan pekerjaannya sehari ini.Mas Alvin berjalan mendekat dimana aku berada. Dengan wajah sumringah suamiku itu lantas mengecup keningku. Sesuatu hal yang menjadi kebiasaannya setelah kami menikah."Ada apa, Mas? Kok, kamu kelihatan seneng banget hari ini," tanyaku. Mas Alvin mendudukkan tubuhnya di bangku sebelahku."Melihat istriku yang cantik, ya pasti seneng lah," rayu Mas Alvin sambil tersenyum."Jangan bercanda lah," balasku. Lalu m
Bab 16 Benarkah Dia Dalangnya?"Atau kamu yang membun*hnya!!" tuduh Mas Alvin yang kini menatap marah pada Dewi. Dan membuatku semakin tercengang dengan apa yang barusan aku dengar.Mungkinkah suamiku itu betul-betul tidak pernah tahu menahu tentang kecelakaan bapak ku itu?"Alvin, cukup!" tampik Dewi."Apa kamu lupa siapa yang memulai masalah ini?! Hah!" Kali ini Dewi pun terlihat begitu emosi. Wajahnya betul-betul berubah dari sebelumnya.Sedangkan aku? Aku hanya bisa terdiam menatap situasi menegangkan di hadapanku saat ini. Ditambah setelah mendengar ucapan Dewi barusan yang menjadikanku mulai berpikir, jangan-jangan Mas Alvin memang terlibat pada kecelakaan yang dialami bapak ku."Kematian Darmawan bukan karena aku. Tapi kamu!" sergah Mas Alvin seraya menunjuk ke arah wajah sekretaris ibu nya itu."Cukup!!" pekik Bu Mirna yang tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya. Dan seketika itu secara bersamaan Mas Alvin dan Dewi pun saling terdiam.Meski tampak lemas wanita paruh baya itu
Bab 17 Berita TrendingKecelakaan pun tak bisa dihindari. Dengan keadaan setengah sadar dan posisi kepala yang tersandar di dashboard, aku menyadari kalau mobil yang dikemudikan Mas Alvin telah menabrak sebuah tiang listrik yang tepat mengenai bagian dimana aku berada. Karena itu lah yang kemudian aku bisa melihat Mas Alvin masih dalam kondisi yang tidak begitu parah dibanding diriku. Hanya saja dengan penglihatan yang semakin melemah, aku menyaksikan kalau suamiku itu sedang menangis seakan-akan sedang menyesali sesuatu."Apa benar kamu dalangnya, Mas?" batinku menatap Mas Alvin yang tak menyadari keadaanku.Hingga akhirnya penglihatan ku pun mulai menghitam total. Aku tak sadarkan diri. ***Entah sudah berapa lama aku tak sadarkan diri. Sebab, ketika kedua mata ku terbuka, aku telah mendapati diriku yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan kondisi yang masih terasa lemas. Di saat itu aku juga melihat Mas Alvin yang tengah tertidur dengan posisi terduduk dan meletakkam kepa