REFLECTION

REFLECTION

By:  Xerin  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
12Chapters
2.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Cermin-cermin katakan padaku siapa gadis paling cantik di dunia ini. Sebuah kalimat yang sudah tidak asing lagi, atau cantik dikit check, cantik dikit check. Ya, sebagai wanita tentunya tidak bisa lepas dari sebuah benda yang namanya cermin.Lalu, bagaimana jadinya bila saat kamu bercermin seluruh dosa yang dilakukan hari ini akan terlihat? Atau pernahkah terlintas bila wajahmu akan berubah mengikuti wajah orang yang kamu pikirkan saat bercermin?Seledri gadis biasa yang memiliki kehidupan normal lainnya. Anak yatim piatu yang hidup bersama sang adik bernama Merica. Karena kehilangan pekerjaannya, ia menghibur diri dengan mengunjungi pasar malam. Siapa yang menyangka sebuah cermin yang dibelinya saat itu mengubah hidupnya.Entah sebuah keberuntungan atau musibah, cermin yang dibawanya itu memiliki kekuatan ajaib. Untuk segala sesuatu ada sebab akibat, ada memberi dan diberi. Cermin yang memberi keuntungan pada awalnya lalu menuntut balas.

View More
REFLECTION Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Li Sa
pemuda yang tidak terduga
2022-02-22 00:03:43
0
user avatar
ilmalaila22
Ratu semangat ratu.. Mana lanjutannya??
2021-06-08 06:41:04
1
user avatar
Tsu Ka
Seneng banget genre fantasi 😍😍😍
2021-04-07 20:07:20
1
12 Chapters
1. I Quit!
Seledri memandangi ponselnya dengan ragu. Ada panggilan masuk berdering sedari tadi. Satu atau dua kali mungkin tidak begitu masalah atau hanya sekedar penipuan melalui panggilan telepon seperti yang pernah ia alami. Panggilan ketiga, Seledri memutuskan untuk menjawab meski ragu. Ia memasang telinganya dengan baik untuk mendengar seluruh kalimat yang diucapakan wanita dari seberang.Tinggal di tempat dengan bahasa yang berbeda dengan bahasa Ibu tentu sangat tidak mudah, belum lagi bila sang lawan bicara mulai menambahkan sedikit dialek khas dari wilayah tertentu.Menjadi mahasiswa asing di negeri tirai bambu mempunyai kesan tersendiri bagi gadis berambut panjang itu.“Halo, dengan Seledri Anggun Pratama?”Deg! Jantung Seledri memacu. Sebuah suara yang ia kenal. “Iya, saya Seledri,” jawabnya dengan sedikit ragu.“Besok pagi jam sepuluh, Anda harus menemui saya di Gedung Internasional lantai tiga, ada yang h
Read more
2. Hanya Sebuah Cermin Usang yang Mahal
Seledri dan Claire lalu masuk dan melihat-lihat, siapa tahu kan ada benda yang menarik perhatian mereka. Tempat yang terasa aneh namun akan sayang bila dilewatkan begitu saja. Seledri lalu tertarik pada sebuah benda yang terletak di sudut ruangan. Usang, itu kata yang tepat untuk menggambarkan keadannya.“Nona, apa nona mencari sesuatu yang istimewa?” tawar seorang nenek padanya.  Nenek itu lalu memberikan sebuah benda di tangan Seledri. “Ini akan sangat membantumu.”“Tapi ….” Seledri belum selesai dengan kalimatnya. Suara nenek itu bagai sihir yang mengontrol jiwanya untuk mengambil cermin dari tangan sang nenek.“Anggap ini hadiah, gunakan ini saat kamu membutuhkannya.”“Seledri, hei!” celetuk Claire sambil menepuk bahunya. “Kamu bicara dengan siapa? Apa ini? apa kau ingin membeli cermin ini?”“I-ini ….” Seledri juga bingung dengan apa yang dipe
Read more
3. Karena Kamu Istimewa
Pelajaran itu selesai. Meskipun ia sangat ingin keluar,  ia memastikan Ke Laoshi terlebih dahulu keluar dari kelas. Sungguh akan tidak sopan bila keluar terlebih dahulu dari sang guru, bukan? Setelah Ke Laoshi meninggalkan kelas, murid-murid itu segera menuju kantin ataupun kembali ke asrama untuk beristirahat.Sama halnya dengan murid yang menguras energy saat berpikir, tentu Seledri akan terlebih dahulu menuju kantin untuk mengisi perutnya. Ia sudah berada dalam barisan mahasiswa kelaparan di sana. Pada jam makan siang seperti ini tentu kantin akan padat sekali. Banyak juga dari mereka yang akhirnya memutuskan untuk membungkusnya saja dan memakannya di kamar masing-masing.Seledri mengambil nampan dan piring, magkuk, sumpit dan juga sendok. Ia mulai memilih makanan di kantinnya. Biasanya ia akan menghabiskan setidaknya sepuluh sampai lima belas kuai untuk sekali makan. Ia benar-benar berhemat sekarang. Delapan kuai cukup baginya untuk mendapat menu yang terbilan
Read more
4. Aku Mencobanya
“Wang Shi Li … Wang Shi Li ….”Seledri mulai terbiasa sedikit untuk mendengar bisik-bisik suara yang terus memanggil namanya. Meskipun awalnya ia ketakutan, ia berusaha untuk tidak terlalu memedulikannya.Hadapi ketakutanmu, mungkin itulah yang ada di dalam kepala gadis itu. Dua hari telah berlalu setelah kejadian itu. Ia sangat yakin itu adalah panggilan dari cermin tua yang ia beli di sebuah toko kecil di wilayah Bijiangdao. Ia mengingat-ingat kembali kejadian itu dan menangkap sesuatu yang aneh. Sejak awal ia sama sekali tidak berniat membeli benda aneh nan mahal itu.“Aku terhipnotis?”“Wang Shi ….”“Hentikan!” teriaknya, “tak bisakah kau berhenti memanggilku? Aku sedang belajar!” Rasa marah Seledri sudah memuncak, ia membutuhkan konsentrasi dibanding rasa takut dengan benda aneh itu. Ujian akhir semester tengah di depan mata. Ia harus mempersiapkannya dengan baik.
Read more
5. lagi
Sang surya menyapa dengan santainya. Musim dingin telah datang. Kini, menggunakan padding adalah kewajiban. Salju memang belum menyapa, namun hawa dingin semakin terasa. Seledri bangun dengan malas. Ia memiliki kuliah pagi di gedung F. Rasanya, ingin sekali bolos saja. Seledri bukanlah mahasiswa yang begitu bodoh, ia cukup pintar di kelasnya hanya saja tidak cukup untuk menjaminnya lulus begitu saja dalam setiap mata kuliah, terlebih lagi dengan bahasa yang digunakan.Mandi pagi dan sore hari adalah kebiasaan orang Indonesia. Seledri tidak mengikuti kebiasaan itu pagi ini. terlalu malas dan juga ia sedikit terlambat. Ia hanya menyikat gigi dan mencuci muka, kemudian mengganti pakaian dan menggunakan skincare. Deodorant? Nope! Di musim seperti ini ketiak akan lebih jinak dan tidak mengeluarkan bau apapun.Gedung asrama dan gedung F hanya butuh sepuluh hingga lima belas menit dengan berjalan kaki.Seledri berjalan santai sambil membawa tote bagnya. Ia jug
Read more
6. Ketagihan
Seledri meninggalkan ruang ujian dengan bersemangat. Senyumnya secerah matahari di musim panas. Ia lalu berjalan menuju lift untuk ke lantai satu. Ia mempercepat langkahnya tatkala lift itu hendak tertutup.Sayangnya, ia terlambat beberapa detik. Bisa saja orang di dalam lift menahan lift tertutup. Sayanganya, mereka bukanlah orang yang bisa diajak kerjasama. Seledri masih tersenyum, baginya mengerjakan soal ujian dengan sangat mudah masih cukup membuatnya bergembira.“Dari tadi senyum-seyum mulu.” Suara Alfa mengagetkannya. Seledri mengubah ekspresi riangnya menjadi datar.“Karena senyum bisa membuat luka sedikit tertutupi,” balasnya cuek. “Ah, aku mau lewat tangga saja,” imbuhnya lagi sambil berjalan ke sisi kanan lift dan mulai menuruni anak tangga. Ia seperti menghindari Alfa.“Ayo jalan bersama. Aku juga akan lewat tangga saja. ini hanya di lantai empat, menuruni tangga sepertinya bisa membakar sedikit lemak.
Read more
7. Rencana yang Tertunda
Seledri lalu membuka lemari pakaian dan melihat-lihat ada hal bagus apa yang bisa ia gandakan dari sana. “Oh iya aku lupa kalau aku tidak punya apa-apa.” Ia tersenyum kecut dalam batinnya. “Claire? Aku rasa ia punya sesuatu yang mahal.” Seledri segera berlari menuju gedung sebelah. Gedung asrama milik Claire. Tuk tu tuk …. Claire membuka pintu dengan malasnya. Wajah kusutnya cukup menjelaskan bahwa kedatangan Seledri benar-benar menganggunya. “Apa yang kamu inginkan?” “Claire, bolehkah aku meminjam perhiasanmu sebentar? Aku akan mengembalikannya dengan segera.” Calire menyipitkan matanya. “Kamu tidak sedang berusaha menipuku, kan?” tanyanya penuh selidik. “Shi Li apa kamu dalam masalah? Kamu butuh uang? Aku bisa meminjamkanmu.” “Tidak, aku hanya membutuhkan perhiasanmu em …” Seledri menghentikan kalimatnya. Ia harus menemukan alasan yang tepat untuk meminjam benda mahal itu. “Aku ingin membuat desain perhiasan. Aku perl
Read more
8. Makan Bersama
Seledri dan Nina lalu membuat masakan untuk makan malam mereka berempat. Awal desember yang dingin sangat tepat rasanya bila memakan makanan dari kampung halaman. Bukan berarti makanan di Tiongkok tidak enak, hanya saja terkadang ada masanya rasa rindu dengan cita rasa masakan negeri sendiri.Nina lalu memasukan hasil opor ayam ke dalam mangkuk yang besar. Aroma khas bumbu itu membuat saliva Seledri ingin segera meluncur dengan lancangnya.“Tahan keinginanmu, Sel. Sebentar lagi kok kita akan makan bersama,” ledek Nina yang melihat wajah lucu Seledri saat memandang opor ayam itu. “Betewe tadi ikannya kamu beli di mana?”“Oh, di toko kecil yang dekat asrama anak lokal. Di sana lebih lengkap.”“Jauh juga belinya.”“Kan naik sepeda. Tapi anginnya semiriwiiigggg ….”“Iyalah, musim dingin begini. Orang gila siapa yang mau naik sepeda, yang ada masuk angin. Tapi betewe terima
Read more
9. Kedatangan Ica
Seledri menutup pintu asramanya dan segera kembali membantu Nina mencuci piring.“Apa ada pernyataan cinta?” tanya Nina dengan jahilnya.“Kak … lama-lama kamu aku usir juga.”“U … aku takut sekali. Ah, setelah ini a ku mau ijin sama penjaga asrama untuk nginap di kamarmu. Aku tidak mungkin balik jam segini.”“Tidak usah minta ijin juga tidak apa-apa kok. Aku sering melihat mahasiswa asing di sini berkeliaran, lagi pula kamu juga mahasiswa universitas ini.”“Ya tetap saja, peraturan adalah peraturan. Aku tidak ingin di masa depan kamu mendapat kesulitan karena aku. Aku turun sebentar ke lantai satu, ya. Ini sisa panci saja kok. Hehehe.”Nina lalu turun menuju lantai satu dan menemui dua penjaga di sana. Ada dua orang di sana, satu adalah Bibi penjaga dan yang satunya seperti penjaga keamanan.Sementara Nina berada di sana, Seledri mencerna kembali kata-kata Alfa.
Read more
10. Tumbal
Seledri dan Ica sudah sampai di depan kamar Ica. Mereka segera masuk.“Aku akan membantumu menyiapkan tempat tidurmu. Kamu bisa mandi terlebih dahulu.”Ica menyetujuinya. Tubuhnya memang sudah lengket setelah perjalanan yang panjang. Ica lalu mengambil pakaian dan perlengkapan mandi dari kopernya lalu masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, sementara itu Seledri memasang seprei, sarung bantal, dan merapikan menghilangkan sedikit debu yang ada di kamar Ica.“Aku ingin anak itu.” Seledri mendengar sebuah bisikan tepat di telinganya. “Ya, anak yang kau panggil Ica. Aku ingin jiwa anak itu.”Seledri terkejut mendengar bisikan itu. “Apa maksud suara itu? Apa ia menginginkan Ica? Untuk apa?”“Sel …” panggil Ica pelan.“Ah, iya.” Seledri sedikit terkejut saat kedatangan Ica dari kamar mandi.“Kamu kenapa? Apa kamu baik-baik saja?”
Read more
DMCA.com Protection Status