Share

280.Pengobat Luka

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-15 21:56:10

Cheryl memasuki kamar hotelnya dan langsung merebahkan dirinya di kasur yang luas dan empuk. Lembutnya sprei putih yang wangi memeluk punggungnya seolah meredakan letih yang menumpuk sejak pagi. Udara dingin dari AC menenangkan kulitnya yang sempat panas karena gugup seharian.

“Ah, akhirnya aku bisa istirahat dengan tenang,” gumamnya sambil tersenyum kecil, menatap kosong ke langit-langit kamar.

Apa yang terjadi di rumah Axel tadi betul-betul membuat jantungnya seperti diayun-ayun dari ketinggian. Kakinya menekuk, menekan sprei, sementara tangannya meremas sudut bantal di samping kepala.

“Pura-pura pacaran sama Valen… untuk menunjukkan di depan Tuan Sigit dan Bara bahwa aku sudah move on memang ide cemerlang. Sampai aku sadar ada Axel di antara kami.” Cheryl memejamkan mata, menarik napas panjang, membiarkan bayangan ruang makan megah tadi berkelebat di pelupuknya.

Dia memang tidak memiliki perasaan spesial pada Axel. Dia tak pernah berniat menipu Axel, tapi juga tak cukup tega menola
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (17)
goodnovel comment avatar
Ahmad Sofi
bismillah keterima sama cheryl
goodnovel comment avatar
Cora Sweet
masih berharap Cheryl kembali sama bara.... entah kenapa senang aja klau Cheryl sama bara...
goodnovel comment avatar
Ulvie yana
setuju banget akutuh...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   281. Mulai Melunak

    “Saya sudah pesan sebuah deluxe room, sesuai permintaan Bapak.” Sofyan berkata sambil menggenggam gagang koper milik Bara—berisi pakaian ganti, barang-barang pribadi, obat-obatan, dan beberapa berkas kerja yang masih belum sempat Bara sentuh.Bara hanya mengangguk kecil, lalu melepas kacamatanya dengan gerakan lelah. Kerutan di keningnya makin dalam, seolah pikirannya belum mau diajak istirahat meski tubuhnya sudah menjerit butuh rebahan.Biasanya, kalau menginap di hotel, Bara selalu menempati suite room—ruangan terbesar dengan pelayanan terbaik. Tapi kali ini, ia harus menurunkan sedikit standarnya. Penghematan adalah pilihan wajib, apalagi kondisi Apex baru saja stabil setelah gejolak panjang yang menguras tabungan operasional dan mempengaruhi keuangan pribadinya. Apalagi, ia mungkin akan tinggal di hotel lebih dari sekadar satu atau dua malam.Bara beranjak dari kursi eksekutifnya, meraih jas di sandaran, kemudian melangkah menuju pintu.Sofyan sigap. Ia menyesuaikan langkah sambi

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   280.Pengobat Luka

    Cheryl memasuki kamar hotelnya dan langsung merebahkan dirinya di kasur yang luas dan empuk. Lembutnya sprei putih yang wangi memeluk punggungnya seolah meredakan letih yang menumpuk sejak pagi. Udara dingin dari AC menenangkan kulitnya yang sempat panas karena gugup seharian.“Ah, akhirnya aku bisa istirahat dengan tenang,” gumamnya sambil tersenyum kecil, menatap kosong ke langit-langit kamar.Apa yang terjadi di rumah Axel tadi betul-betul membuat jantungnya seperti diayun-ayun dari ketinggian. Kakinya menekuk, menekan sprei, sementara tangannya meremas sudut bantal di samping kepala.“Pura-pura pacaran sama Valen… untuk menunjukkan di depan Tuan Sigit dan Bara bahwa aku sudah move on memang ide cemerlang. Sampai aku sadar ada Axel di antara kami.” Cheryl memejamkan mata, menarik napas panjang, membiarkan bayangan ruang makan megah tadi berkelebat di pelupuknya.Dia memang tidak memiliki perasaan spesial pada Axel. Dia tak pernah berniat menipu Axel, tapi juga tak cukup tega menola

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   279. Terlalu Lelah

    Selesai menghadiri acara wisuda di JCC Senayan, Bara langsung pulang ke kantor. Begitu melangkah keluar dari aula wisuda yang masih ramai oleh keluarga para wisudawan yang sibuk berfoto, Bara hanya membalas sapaan beberapa tamu penting dengan anggukan singkat.Di pelataran gedung, sopir pribadinya sudah sigap berdiri membukakan pintu belakang mobil hitam obsidian yang terparkir rapi di bawah terik matahari siang. Sedangkan Sofyan selalu setia mengiringi langkahnya, dengan tablet dan map dokumen di tangannya.Bara masuk ke dalam mobil tanpa sepatah kata, membiarkan AC dingin meredam panas matahari di jas hitamnya. Ia hanya memberi isyarat kecil dengan telapak tangan, membuat Sofyan segera masuk ke kursi penumpang depan, tablet terbuka di pangkuannya.Sepanjang perjalanan ke kantor, Bara hanya menatap ke luar jendela. Langit siang yang cerah sama sekali tak mampu mengusir awan gelap di kepalanya, bayang-bayang Cheryl tetap melekat di sudut matanya.Masih teringat jelas prosesi wisuda ta

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   278. Self Reward

    “Terima kasih buat makan siangnya. Aku harus segera balik ke rumah sakit, masih ada urusan,” ujar Valen sambil berdiri, bersiap pergi.Axel langsung menyusulnya. Memeluk om kesayangannya itu, menepuk-nepuk pelan pundaknya. “Makasih buat waktunya yang berharga, Om.”Nyonya Linda tersenyum, ikut berdiri di sisi Valen, matanya menatap lembut pada adiknya itu. “Senang sekali kamu bisa datang ke sini, Val.” Ia merasa terharu karena perhatian Valen yang besar pada Axel. Keberadaan Valen telah mengisi kekosongan putranya akan figur seorang ayah.“Saya juga pamit. Terima kasih buat jamuan makan siangnya,” ujar Cheryl sambil ikut berdiri, menghampiri Nyonya Linda.“Serius mau pulang sekarang?” Axel menatap Cheryl, jelas ada nada enggan di suaranya, seperti ingin menahan gadis itu sedikit lebih lama di rumahnya.“Janjinya cuma makan siang, kan?” sahut Cheryl pelan. Senyum tipisnya membuat Axel terpaksa menghela napas, menyerah pada jawaban itu.“Oke, kuantar kamu pulang,” kata Axel akhirnya, na

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   277. Cepat Atau Lambat

    “Fyi, Ma. Aku udah beberapa kali nembak Cheryl tapi ditolak. Dan sekarang, Mama pengen aku nembak Cheryl lagi? Di depan Mama? Mama siap tengsin ngeliat anak bujang semata wayang ini bakal ditembak lagi?” cerocos Axel setengah bercanda, setengah serius. Mulut Nyonya Linda membulat dramatis. “Wah, kasihan sekali anak lelakiku satu-satunya ini?” godanya dengan nada pura-pura prihatin, padahal sorot matanya jelas-jelas menyimpan tawa.Axel mendengus. ‘Mama macam apa ini?’ batinnya. Bukannya membela, malah senang saat anaknya gagal di medan percintaan.Sementara itu Nyonya Linda hanya mengulum senyum. Ia melirik Cheryl, lalu berkata dengan nada ringan, “Bagus, Cheryl. Kamu masih muda, pintar, dan cantik. Masa depanmu masih panjang. Sekarang ini… lebih baik kamu sibuk mengembangkan karirmu, daripada terbuai rayuan gombal lelaki yang belum tentu bisa kasih kamu jaminan kesejahteraan di masa depan.”Axel langsung manyun. Hih! Bukannya membantu menaikkan pamornya sebagai ‘calon pewaris tungga

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   276. Canggung

    Cheryl duduk kaku di kursinya. Di depannya, meja makan marmer putih terbentang dengan deretan piring porselen dan vas bunga segar yang wangi. Aroma steak wagyu panggang, sup krim jamur, dan salad segar memenuhi ruangan, membuat perut Cheryl yang sedari tadi berontak langsung bergolak lagi.Axel duduk di sebelahnya, menuangkan air minum ke gelas Cheryl. Sementara di ujung meja, Nyonya Linda memandang Cheryl dengan senyum hangat yang sama sekali tak terasa dibuat-buat.“Ayo makan, Cheryl. Jangan malu-malu,” ujar Nyonya Linda sambil mendorong mangkuk salad ke arah Cheryl.Cheryl buru-buru tersenyum sopan, berusaha menelan gugup di tenggorokan. “Terima kasih, Tante,” katanya pelan.“Tadi kudengar dari Axel, kamu dapat beasiswa S2?” tanya Nyonya Linda, mencondongkan badan sedikit ke depan. Tatapannya tajam tapi hangat—mata seorang ibu yang tulus ingin tahu.Cheryl mengangguk singkat. “Iya, beasiswa dari Sinar Abadi Foundation. Kebetulan… saya memang ingin melanjutkan kuliah sambil kerja.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status