Flashback - Australia 12 tahun lalu Saat itu Bima baru saja masuk semester tiga Universitas ternama di Australia. Dia melarikan diri dari rasa kecewanya karena cinta, waktu di Indonesia. Diantara jadwal padatnya untuk kuliah, juga magang dari kampus, Bima tidak punya waktu untuk bersosialisasi dengan orang lain. Hingga dia akhirnya bertemu dengan Alivia, gadis pintar dan cantik. Yang bekerja paruh waktu sebagai barista kopi di cafe sebelah apartemen Bima. “Nama kamu siapa?” “Namaku Alivia morgan, tapi teman-temanku memanggil ku Alivia. Kamu?” “Bima. Bima Reynaldi.” “Nama kamu ciri khas Indonesia. Kamu asli Indonesia, ya?” “Ya, aku asli Indonesia, Kamu sendiri?” “Ibuku asli Jawa, dan Papaku asli Australia.” “Cantik!” Percakapan itu terus berulang setiap hari, Alivia selalu ada saat Bima datang untuk minum kopi. Dan yang lebih unik lagi, ternyata mereka satu tempat kuliah. Hanya Alivia mengambil jurusan yang berbeda dari Bima. Percakapan mereka semakin hari s
Hari itu langit Jakarta mendung. Bima baru saja pulang dari rapat panjang dengan Reynaldi Group selama sehari penuh.Nasha menyambutnya dengan senyum lelah.Dengan sopan Nasha mencium takzim tangan suaminya. Bima pun mengecup kening Nasha lembut.“Kemana anak-anak sayang?” tanya Bima sambil berjalan masuk kedalam ruangan.“Mereka ada di dalam kamar bayi. Mereka semuanya sudah tertidur bersama pengasuhnya. Kenapa sayang? Apa kamu mau bertemu sama anak-anak?” tanya Nasha sambil mengambil jas dan tas milik suaminya. “Sudah biar, anak-anak biar istirahat, aku juga sangat lelah.” Bima melangkah masuk menuju kamarnya, menyusuri ruangan demi ruangan yang sangat luas, Nasha mengikutinya dari belakang.Belum sampai mereka memasuki kamar mereka tiba-tiba seorang asisten rumah tangga berlari kecil menghampiri mereka.Asisten rumah tangga di itumengatakan bahwa ada seorang wanita bernama olivia dan anak laki -laki ,yang berumur sekitar 7 tahun.Mereka berdua saling bertatap-tatapan. Nasha menged
Khabar tentang pembukaan butik besar “ K Z “ dan peluncuran majalah ternama, tentang biografi desain merk KZ . Sampai juga ke telinga Elsa dan Rakha. Dan malam itu juga Elsa mendatangi butik Kezia dengan perasaan geram. Dan Tak habis pikir. Berkali-kali dia bicara sendiri didalam mobil. “Bodoh! Sangat bodoh ! Apa maksudmu membuat buku tentang kisah hidupmu, kalau sudah begini pasti aku dan Rakha akan terseret- seret namanya.”Elsa mulai cemas, dia takut hidup nya terganggu. Mobil terus berjalan cepat, sampai akhirnya sampai di sebuah butik yang sangat besar dan megah. Elsa tidak parkir di depan butik itu, tapi mobilnya parkir di depan rumah mungil dan rapi di sebelah butik.Tanpa banyak kata dia langsung turun begitu selesai memarkirkan mobilnya dengan rapi.“Kamu…ada apa, Elsa? Ayo masuk. Bagaimana bisa tahu aku tinggal dirumah ini sekarang.” “Dasar aneh! Bagaimana bisa kamu berpikir aku tidak tahu hal sekecil itu tentang kamu? Kamu sadar nggak, bahkan hal yang lebih besar dari
Rumah mungil di sebelah butik, Kezia duduk sendiri, menjahit. Saat malam turun dia mendengar suara ketukan pelan didepan pintu. Kezia melangkah pelan. Dia mengira satpam atau pegawai butik yang belum pulang, dan mampir kerumahnyaSaat pintu dibuka, berdiri didepan pintu kedua orangtuanya. Lina dan Reynaldi.“Mama…Papa!” “Bagaimana kalian bisa tahu, aku tinggal disini?” katanya terbata-bata“Kami orang tuamu Kezia. Ikatan batin kita pasti menunjukkan dimana kamu berada.”Lina meraih tubuh putri kesayangannya, dalam pelukannya.Begitu juga Reynaldi,”Kamu tetap anak Papa, apapun yang terjadi, dan Papa bangga padamu sekarang. “ Mereka masuk kedalam rumah mungil itu, dan mereka hampir tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Mesin jahit, meja desain. Dan beberapa kertas yang sudah tercoret-coret hasil karya tangannya sendiri.Mereka benar-benar melihat perubahan yang sangat drastis pada diri Kezia. Bukan lagi Kezia putri kecil mereka yang manja, bukan Kezia putri mereka yang mem
Pagi itu pemilik toko roti tempatnya bekerja, Bu Tari, datang ke rumah kontrakannya yang kecil. Bu Tari kesana karena nomor ponsel Kezia tidak bisa di hubungi. Beliau sengaja kesana, karena ingin menyuruh Kezia membuka toko rotinya terlebih dahulu, karena beliau masih ada keperluan yang belum selesai, meskipun toko roti sudah tutup dua hari kemarin.Kezia yang sedang asyik mendesain dan menjahit, tidak mengetahui kehadiran Bosnya itu. Salah tingkah dan serba salahmembuat dia bingung.“ Ibu maaf, ada apa ibu ko kesini, silahkan masuk bu..” Bu Tari masih terdiam, matanya fokus melihat meja kayu di depannya. Coret-coretan desain gaun yang cantik. Belum lagi robekan kain, dan gaun warna salem yang terbentang di mesin jahit.“Kamu yang buat ini, Kezia. Ini desain yang bagus, Dan ini…ini juga gaun yang bagus, walaupun baru berapa persen, tapi sudah terlihat jelas akan seperti apa nanti kalau sudah selesai.” Kezia tersenyum,” Iya Bu, hanya iseng saja dulu, waktu masih didalam. Saya ikut
Kezia berdiri sendiri digerbang penjara. Sipir penjara pamit masuk kedalam gerbang kembali. Sebelum akhirnya menutup pintu besi itu. Pemisah antara dunia didalam dengan dunia diluar, dimana dia berada sekarang.Angin pagi menyapa wajahnya yang pucat, kulit putihnya semakin putih karena hampir tidak sama sekali terkena cahaya matahari siang.Di tangannya ada satu koper kecil miliknya,Dan satu lembar surat dari petugas lapas. Yang bertuliskan “ Bebas bersyarat.” Koper yang berisi barang-barang miliknya waktu pertama di tangkap polisi, ada beberapa baju, handphone, dompet berisi kartu ATM juga beberapa lembar uang cas.Tidak ada yang menjemput. Rakha tidak lagi, Ayahnya bahkan tidak sama sekali datang. Dari semenjak dia ditahan disini.Bahkan mama nya hanya mengirim pesan lewat seseorang, beserta amplop yang berisi sejumlah uang.“Semoga kamu menemukan jalan yang lebih baik. Semoga uang ini bermanfaat bila di tanganmu.Sembuhkan lukamu, bangun kebahagiaanmu.” Air mata Kezia tak sanggup