Beranda / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 155. Memastikan Hatimu

Share

155. Memastikan Hatimu

Penulis: Sayap Ikarus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 20:27:41

"Ahh ...," Gendhis mendesah keras, ia remas kuat rambut Rai, menahan gejolak gairah yang membakar tubuhnya hingga ke ubun-ubun. "Ketua ...," erangnya keenakan.

"Janji sama aku nggak bakalan nemuin Mario tanpa sepengetahuanku lagi," bisik Rai tanpa berhenti memompa tubuh Gendhis.

"He.em," kata Gendhis mengangguk-angguk, jemarinya berganti meremas lengan Rai, menancapkan kuku-kukunya di sana, sampai meninggalkan jejak khas yang lama hilang.

"Pilih aku atau Mario?" tanya Rai membuat Gendhis yang tadi memejamkan matanya, akhirnya melebarkan pandangan.

"Kamu! Aku udah setuju, eungh, nikah sama kamu," ujar Gendhis berusaha untuk tidak meracau. "Rai, please...," erangnya terengah.

"Urusan si Mario sekarang sama aku, nggak ada urusannya sama kamu!" tegas Rai sambil menghentak kuat tubuh indah Gendhis yang takluk di bawahnya.

"Iya, terserahmu," balas Gendhis, ia menoleh ke kanan dan kiri, menahan serangan gelenyar panah yang menguasai seluruh tubuhnya. "Apapun itu, Ketua," tambahnya timb
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Candu Cinta Dokter Muda   159. Harus Gendhis

    "Nggak bapaknya nggak anaknya, semuanya ke gue," dumal Danisha mengomel sendiri. "Emang gitu Kak?" Gendhis menahan tawa. "He.em, dulu pas nikahin Ann, Ben nyuruh aku ngatur semua keperluan Ann, sampai ke gaun pengantinnya. Lha ini kok sama aja," desis Danisha geleng-geleng kepala. "Karena Kak Danish kan tau fashion, makanya dapet tugas penting," cengir Gendhis."Sial banget bakatku cuma dimanfaatkan sama dua brengsek gila itu," kata Danisha dengan tawa khasnya. "Kamu masuk dulu ke butiknya ya, aku mau ke sebelahnya dulu, ngurus yang persiapan pesanan Christ, buat mas kawin kalian," ujarnya. "Oke Kak," balas Gendhis seraya turun dari dalam mobil, ia melambaikan tangan pada Danisha lantas masuk ke dalam butik yang pintunya sudah dibukakan oleh seorang karyawan. Gendhis menyisir seisi butik, suasana tampak lengang, seorang karyawan tersenyum menghampirinya. Gendhis balas memberi senyum, sedikit canggung karena ia tidak pernah ada dalam atmosfer semacam ini. "Ada yang bisa saya bant

  • Candu Cinta Dokter Muda   158. Kencan Perdana

    "Wah!!" Gendhis sedikit membanting tubuhnya ke sandaran kursi penumpang di dalam mobil. "Uji nyali banget ketemu para tetua," desisnya meraup wajah. "Gimana? Seru kan?" Rai tertawa senang, seperti telah berhasil mengerjai perempuannya. "Kamu ya! Sebulan lagi nikah ulang kita? Serius?" desis Gendhis takjub. "Kenapa? Kalau bisa besok pagi sih bakalan kubuat besok pagi.""Heh!" Gendhis memukul pelan lengan Rai yang sibuk menyetir itu. "Sembarangan!" tegurnya gemas. "Nggak mau kamu dijamah Mario lagi. Kalau perlu, kubeliin hape plus nomor baru, biar hape lamamu aku yang pegang!" "Boy, why you so obsessed with me?" nyanyi Gendhis genit."Kamu canduku, kalau nggak ada kamu, aku sakau sampe mau mati aja rasanya," sambar Rai. "Hilih!!" Gendhis mencibir geli. "Ke mana kita setelah ini? Nggak pa-pa kalau kita asal pergi gitu aja tanpa dengerin para tetua?" "Nggak pa-pa. Mereka nggak penting kok pendapatnya. Keputusan ada di aku, mereka cuma butuh dikasih tau aja.""Jujur aku takut, Rai.

  • Candu Cinta Dokter Muda   157. Keputusan Yang Tak Terbantahkan

    "Kak, apa nggak berlebihan dandanan begini?" tanya Gendhis mematut wajahnya sendiri di depan cermin. "Enggak, kamu harus keliatan tak terkalahkan di depan para tetua biar nggak dicecar pake pertanyaan aneh dan diremehkan. Kamu calon pengganti posisi Ane-san, harus punya power," kata Danisha meyakinkan Gendhis. Seperti permintaan Rai, Danisha mendandani Gendhis dengan tampilan bold yang badass sekali. Diberinya Gendhis baju model crop top putih tanpa lengan dipadu dengan rok pendek mini warna hitam yang seksi. Danisha sengaja menonjolkan tato di perut Gendhis yang menegaskan identitasnya. "Apa aku pantas ya Kak?" desis Gendhis kurang percaya diri. "Kalau Ketua udah milih kamu, nggak ada yang namanya nggak pantas. Ndhis, sejak awal kamu jadi istrinya Christ, kami semua mendukung, jangan takut, ya," nasihat Danisha. Gendhis menarik napas dalam-dalam, sekali lagi ditatapnya dirinya sendiri dari pantulan cermin. Ia kuatkan pundaknya, tegarkan dirinya, ia siapkan dirinya untuk menerim

  • Candu Cinta Dokter Muda   156. Lamaran Dadakan

    "Pagi-pagi banget sampe sini," sambut Gendhis saat membuka pintu rumahnya dan Rai sudah menunggu dalam setelan rapi yang sangat tampan. "Kita harus ketemu Danisha kan," jawab Rai. "Kamu udah siap?" tanyanya. "Udah sih, tinggal ganti baju aja. Mau sarapan dulu nggak, Rai?" "Nanti aja sambil jalan, emang kamu masak?" tanya Rai takjub. "Aku? Masak? Kamu menghina ya? Mau kumasakin telur dadar?" kekeh Gendhis sambil berjalan menuju kamarnya. "Mau sarapan yang bersantan boleh nggak?" teriaknya dari dalam kamar. "Boleh," kata Rai, tiba-tiba sudah ada di belakang Gendhis, memeluk sang mantan istri dari belakang. "Lontong sayur, bubur ayam, soto betawi, gulai, pengin apa?" tanyanya sengaja berbisik di telinga Gendhis, sensual. "Ehm, soto betawi enak, itu aja ya?" Gendhis berbalik, ia balas pelukan Rai dengan merangkul lehernya protektif. "Kamu mau liat aku ganti baju?" tanyanya menyeringai. Rai mengangguk cepat, "Mau," ucapnya mengulum senyum. "Bentar," tahannya sengaja meraih perg

  • Candu Cinta Dokter Muda   155. Memastikan Hatimu

    "Ahh ...," Gendhis mendesah keras, ia remas kuat rambut Rai, menahan gejolak gairah yang membakar tubuhnya hingga ke ubun-ubun. "Ketua ...," erangnya keenakan. "Janji sama aku nggak bakalan nemuin Mario tanpa sepengetahuanku lagi," bisik Rai tanpa berhenti memompa tubuh Gendhis. "He.em," kata Gendhis mengangguk-angguk, jemarinya berganti meremas lengan Rai, menancapkan kuku-kukunya di sana, sampai meninggalkan jejak khas yang lama hilang. "Pilih aku atau Mario?" tanya Rai membuat Gendhis yang tadi memejamkan matanya, akhirnya melebarkan pandangan. "Kamu! Aku udah setuju, eungh, nikah sama kamu," ujar Gendhis berusaha untuk tidak meracau. "Rai, please...," erangnya terengah. "Urusan si Mario sekarang sama aku, nggak ada urusannya sama kamu!" tegas Rai sambil menghentak kuat tubuh indah Gendhis yang takluk di bawahnya. "Iya, terserahmu," balas Gendhis, ia menoleh ke kanan dan kiri, menahan serangan gelenyar panah yang menguasai seluruh tubuhnya. "Apapun itu, Ketua," tambahnya timb

  • Candu Cinta Dokter Muda   154. Obrolan Tengah Malam

    Gendhis hanya mengangguk, enggan membantah Rai, tak mau mereka berdebat lebih hebat lagi. Melihat Rai hanya diam menatapnya tajam, Gendhis berpindah tempat duduk. Ia sengaja merangkul leher Rai, lantas duduk nyaman di pangkuannya. Mencari kehangatan, Gendhis tempelkan kepalanya di antara ceruk leher Rai, memejamkan mata di sana. "Aku nggak tau gimana caranya biar aku nggak bikin reputasimu hancur. Mario selalu ngancem pake cara itu, aku kehilangan nyali kalau udah menyangkut soal kamu. Power dia nggak main-main. Denger kamu dateng ke tempat dia tanpa bawa bantuan Bang Ardi aja aku udah kalang kabut. Aku takut dia ngapa-ngapain kamu," desis Gendhis manja. "Kamu lupa aku sekarang siapa? Aku ketua klan, Ndhis. Orang-orangku banyak, dan kamu terlalu meremehkan kemampuan dudamu ini. Asistennya Mario nggak ada apa-apanya buatku. Kalau aku mau, kubunuh aja dia tadi, tapi ngebunuh orang yang nggak ada hubungan apapun sama urusanku itu bukan gayaku," balas Rai, ia usap rambut Gendhis yang te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status