Chained To The Cursed Alpha

Chained To The Cursed Alpha

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-12-06
โดย:  Midnight Shinesจบแล้ว
ภาษา: English
goodnovel16goodnovel
10
3 การให้คะแนน. 3 ความคิดเห็น
52บท
12.4Kviews
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

As soon as I opened the door, my eyes saw the sight I wish I hadn’t seen. "What is going on here?” I asked through a shaky tone, tears burning my eyes and thankfully, blurring my vision. "Conrad!” the tears in my eyes spilled down when Selene got off him and laid beside him, completely bare. There was no shame or guilt on Conrad’s face even when I have seen him in bed with Selene. "Why? You were the one who told me that I am your mate, you told me th---at you---,” my throat went dry as I tried to finish speaking my heart. "That I love you?” he raised his brow, gently caressing her bare shoulder and running his finger down her chest, “I lied, okay?” the way his lips formed a smirk, I felt a used toy that he tossed aside once he was done with me. "Wh---y. I betrayed my coven for you an---d you betrayed me for her?” my voice broke, my eyes watching the girl pressing her lips against his neck and getting closer to him. "Cordelia! Close the door when you leave,” the tiredness in his voice when talking to me broke me piece by piece. -------------- Magic is forbidden in their world, but to get her blessed powers Cordelia has to perform a ritual for her ancestors’ blessings to come true. Left behind by her coven, she is prisoned and sentenced to death, but is saved by Alpha Prince at the price of her freedom. She is forever bound and chained to Alpha Prince Conrad. Betrayed by her coven and loved ones, will Cordelia be able to fight and survive? .

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

Stolen By The Alpha

“Baik burukmu, kurang lebihmu, aku bisa terima. Aku selalu dukung kamu bahkan waktu kamu belum punya apa-apa sampai kamu semapan sekarang, Em.”

Hari masih pagi namun drama rumah tangga Ralin sudah memanas.

“Dan sekarang? Kamu --- “

Tin!

Kepala Ralin menoleh ke arah jendela yang tidak tertutup tirai.

Senyumnya berubah kecut begitu melihat Fayza, selingkuhan suaminya, datang ke rumah.

Kemudian Emran melangkah menuju pintu dan membukanya lebar-lebar.

“Sayang, buruan berangkat. Kamu masih apa sih?”

Fayza muncul dengan tidak tahu malunya.

Perempuan berusia empat puluh tahun itu mengenakan setelan kerja yang modis dan seksi. Rambut panjangnya digulung rapi dan wajahnya penuh perawatan hingga membuatnya tampak seperti wanita berusia tiga puluh tahunan.

“Udah kok, sayang.” Emran tersenyum manis pada Fayza, “Tinggal nunggu Ralin ngemasi barang-barangnya aja.”

Ralin menatap Emran dengan ekspresi terkejut lalu menarik tangan suaminya.

“Apa maksudmu, Em?”

Kemudian Fayza menarik Emran hingga tangan Ralin terlepas dari tangan suaminya itu. Lalu memeluk pria itu dihadapan Ralin sambil berucap ….

“Em, aku lagi haid. Masa suburku mungkin dua minggu lagi.”

Dengan terang-terangan, Fayza merebut Emran dari sisi Ralin.

Lalu Emran menarik Fayza dari pelukan dan menatapnya dengan binar bahagia penuh semangat.

“Beneran? Berarti kita harus cepat nikah, sayang.”

“Siri aja dulu, Em. Penghulunya mau kok.”

Kaki Ralin seperti tidak menapak di lantai mendengar rencana mereka akan menikah dalam waktu dekat. Padahal Ralin itu masih sah istri Emran.  

Parahnya lagi, Ralin masih di sini! Dan mereka bisa-bisanya merencanakan pernikahan?

“Dasar perempuan nggak tahu diri!” Bentak Ralin dengan menunjuk wajah Fayza.

Emran langsung menarik Fayza agar berdiri di belakangnya.

“Dengar, Lin! Aku nggak bakal lari ke Fayza kalau kamu bisa hamil! Ngerti kamu?!”

“Em, aku tuh nggak mandul! Kata dokter aku baik-baik –”

Emran kemudian mengangkat tangannya agar Ralin berhenti berbicara.

“Maaf, Lin. Aku nggak bisa sabar lebih lama lagi. Kita udah nikah empat tahun tapi kamu nggak hamil juga. Lalu, apa namanya kalau bukan … mandul?” ucap Emran dengan nada tenang.

Namun efeknya seperti membuat Ralin ditusuk ribuan belati.

Kemudian Emran menghela nafas panjang.

“Kita udah program hamil habis puluhan juta. Tapi kamu tetap nggak bisa hamil! Buang-buang waktu dan uang!”

Ralin menggeleng lalu air mata membasahi pipinya. Dia juga ingin segera hamil hanya saja takdir belum berpihak.

Dan apakah Ralin harus menyalahkan takdir?

“Lupakan semua hal yang pernah kita lalui. Karena aku … mau menikahi Fayza.”

“Kamu tega, Em,” ucapan Ralin terdengar seperti bisikan.

“Maaf, Lin.

Kedua tangan Ralin mengepal.

“Mulai hari ini … aku menceraikanmu, Ralin Joviana! Kamu sudah bukan istriku lagi. Dan aku minta kamu segera pergi dari rumahku.”

Kalimat talak yang Emran layangkan begitu sederhana namun cukup membuat Ralin jatuh sejatuh-jatuhnya.

“Kenapa kamu berubah sejahat ini, Em? Padahal dokter bilang kalau aku bisa hamil. Tapi butuh waktu.”

Kemudian Ralin mengusap air mata dan tersenyum kecut.

“Kamu nggak sabar dan nggak mau ninggalin perempuan itu. Perempuan dengan chasing muda tapi onderdil udah tua!”

Kedua alis Emran bertaut ketika Ralin menghina Fayza.

“Seengaknya Fayza hamil ketiga anaknya nggak pakai program hamil yang ngabisin duit sampai puluhan juta kayak kamu! Paham?!”

“Emran nggak butuh istri mandul kayak kamu! Nyusahin! Nggak mandiri! Lembek!” Fayza menambahkan dengan tatapan memicing.

“Aku tahu mana yang terbaik untukku, Lin. Kamu nggak usah sok nyuruh aku ninggalin Fayza. Itu cuma bikin kamu kelihatan nggak lebih baik dari dia.”

Emran kemudian menggenggam tangan Fayza sangat erat dan menciumnya dihadapan Ralin.

“Aku mencintai Fayza. Dan aku minta dengan baik-baik, segera kemasi barang-barangmu. Masalah perceraian, biar pengacaraku yang urus. Kamu tinggal terima jadi.”

“Heh! Buruan kemasi barangmu! Jangan bengong aja?” Bentak Fayza.

Ralin tidak menghiraukan Fayza dan menatap Emran.

“Aku sampai rela melawan orang tua, kabur dari rumah, menjual hadiah perhiasan dari orang tua, demi kita bertahan hidup awal nikah. Ingat, Em, dibalik suksesmu sekarang itu ada peranku!”

Lalu Ralin menatap Fayza.

“Dan perempuan sundal ini, apa mau sama kamu andai kamu nggak punya kedudukan kayak sekarang?!” Ralin mendengus lalu mengusap air matanya, “Pasti kamu bakal ditendang!”

“Kamu mau nuntut ganti rugi?” Emran tersenyum mengejek, “Ingat, Lin. Kalau bukan karena kerja kerasku juga, kamu nggak mungkin bisa hidup enak kayak gini!”

Ralin tidak sanggup mempertahankan rumah tangganya dengan Emran jika suaminya sudah seperti ini. Segala kebaikan Ralin tidak dilihat sama sekali.

Mata Emran telah tertutup oleh janda tua beranak tiga bernama Fayza. Yang digadang-gadang bisa memberinya keturunan.  

“Sama satu lagi, kalau kamu penasaran kenapa aku lebih milih Fayza, itu karena dia pandai menyenangkan pasangan, obrolannya cerdas, dan nyambung. Nggak kolot dan … “ Emran menatap Ralin dari atas hingga bawah, “Nggak kampungan apalagi malu-maluin.”

Cukup!

Ralin tidak akan membiarkan Emran menginjak-injak harga dirinya lebih jauh.

“Perempuan cantik dan cerdas itu nggak nyuri suami orang! Justru selingkuhanmu itu yang kampungan!"

Mendengar itu, Emran maju dua langkah dengan sorot marah dan mencengkeram rahang Ralin. Ia berusaha melepaskannya namun tenaga Emran lebih besar.

“Berani menghina Fayza sekali lagi, aku patahkan lehermu disini, Lin!”

“Kamu bakal nyesel, Em! Aku doakan kamu segera dapat balasannya!” ucap Ralin dengan menahan sakit di rahangnya.

Kini, lelaki yang dulu Ralin bela mati-matian saat keluarganya ragu memberikan restu, justru melukainya. Seketika itu pula, Ralin menyesali pilihannya.

“Ya. Aku bakal dapat balasannya! Balasan mendapat wanita yang lebih baik dari kamu. Begitu kan?!"

"Nggak akan!"

“Lihat Fayza! Dia punya karir bagus. Nah kamu, cuma bisa jadi guru rendahan ngajarin anak-anak yang terlahir aneh itu!”

Lalu Emran mendorong Ralin hingga punggungnya membentur dinding.

“Ah!”

Rahangnya terasa sakit, tapi hatinya jauh lebih sakit.

“Pergi kamu dari rumahku, Lin!” ucap Emran marah dengan menunjuk pintu rumah.

Kepala Ralin menggeleng, “Aku punya hak atas rumah ini, Em. Kamu nggak bisa ngusir aku seenaknya!”

Fayza berdecak kesal, “Tuh kan, bener tebakanku. Ralin pasti nggak mau pergi, Em. Dia kan nggak ada saudara di sini. Orang tuanya aja udah nggak nganggep dia anak lagi.”

“Aku nggak peduli. Pokoknya kamu harus pergi hari ini juga, Lin!”

“Lin, kamu udah nggak boleh di sini lagi,” ucap Fayza dengan suara lembutnya yang mendayu. “Emran kan udah ngusir kamu. Artinya kalian udah bukan suami istri. Nggak boleh serumah lagi. Emang kamu mau dituduh berzina?”

“'Munafik!” Bentak Ralin.

Bisa-bisanya Fayza menggunakan alasan zina, padahal wanita itu telah melakukannya bersama Emran.

“Nggak usah sok suci kalian berdua!”

Fayza mengibaskan tangannya, “Langsung aja lah. Mau aku bantu beresin barang-barangmu nggak?”

Ekspresi wajah Ralin makin geram.

“Diam kamu, sundal! Jangan berani --- ”

“Ah, banyak drama!”

Tiba-tiba Emran mencengkeram rambut Ralin dan menyeretnya keluar.

“Sakit, Em!”

“Diem! Atau aku tendang kepalamu!”

Sementara itu, Fayza masuk ke kamar dan mengambil semua barang Ralin dan memasukkannya ke dalam koper. Acak-acakan sekali lalu Fayza melemparnya ke halaman, tepat di hadapan Ralin jatuh tersungkur.

“Pergi! Aku muak lihat wajah jelekmu!”

Lalu Emran mengunci pintu rumah dan membawa Fayza masuk ke dalam mobil. Tidak lupa Fayza memberi cium jauh dan melambaikan tangan selamat tinggal pada Ralin yang berurai air mata.

Ralin tidak menyangka bila pagi ini akan menjadi akhir dari rumah tangganya dengan Emran.

Dengan pakaian siap mengajar, akhirnya Ralin urung berangkat ke sekolah. Ia tidak sudi menunggu Emran pulang untuk kembali masuk ke dalam rumah mereka lagi.

Dia tidak akan membiarkan harga dirinya direndahkan.

Ralin menggeret koper berisi barang-barangnya dengan tangis meleleh di pipi. Matahari yang begitu terik membuatnya makin kelelahan kemudian berteduh di teras minimarket.

Kemana dia harus menginap malam ini?

Pulang ke rumah orang tua? Itu tidak mungkin sekali.

Brak!

“Coklat! Cokelat!”

Dua petugas minimarket menggeret paksa seorang anak laki-laki berusia lima tahun yang sedang menangis sambil berteriak.

“Ini anaknya siapa sih?! Bikin onar aja!”

“Jangan-jangan dia sengaja ditelantarin?”

“Kita taruh pinggir jalan aja lah!”

“Coklat!” Teriak anak itu kembali.

“Diem! Kamu itu nggak bawa uang! Makan coklat, es krim, roti seenaknya! Kamu pikir itu gratis?!”

Ralin menatap dengan seksama interaksi anak kecil dan petugas minimarket itu. Lalu menyadari jika ….

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

บทอื่นๆ

ถึงผู้อ่าน

Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.

ความคิดเห็น

user avatar
Erika Micole Kelley
Awesome book waiting for the sequel!!
2022-04-26 12:27:46
1
default avatar
Ruksaar
Love it! Can't wait to see what happens next.
2021-12-04 02:18:42
3
user avatar
Moonlight Muse
Of to an excellent start! captivating from the very first chapter ♡
2021-12-02 20:58:18
4
52
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status