Rindu terbangun dengan sakit kepala yang begitu berat. Terlalu lama berlinang air mata, membuat tubuhnya terasa lemas dan enggan beranjak pergi ke mana pun. Ruang yang terlihat gelap, pun dengan jendela yang tidak lagi membiaskan cahayanya, menandakan mentari di luar sana sudah tenggelam dengan tenang di peraduan.
Rindu berbalik, lalu menarik napas panjang. Mengerjap dalam gelap, dan kesunyian yang kini menemaninya. Entah pukul berapa jarum jam saat ini tengah berdetak, tapi Rindu yakin, kalau malam ini Dewa tidak akan pulang ke apartemen.
Merasa tidak nyaman dengan pembalut yang belum ia ganti karena ketiduran, Rindu dengan terpaksa harus beranjak dari tempat tidur. Pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dari semua penat yang sudah menyelimuti hati. Setelahnya, Rindu menghampiri tempat tidur lalu duduk di tepi ranjang, dan masih setia berteman dengan ke
Rindu sangat sadar, kalau perutnya saat ini sudah terasa sangat lapar dan butuh asupan makanan. Namun, satu kotak pizza berikut dengan spaghetti yang sudah berada di depannya, tidak juga mampu untuk menggugah nafsu makannya.Saat ini, kepala Rindu sibuk memikirkan tentang keselamatan dirinya sendiri. Jika ingin kabur, Rindu harus benar-benar merencanakan semuanya dengan sempurna. Tidak boleh ada celah sedikit pun, agar Dewa tidak mengetahui ke mana pun dirinya pergi.Namun, apa bisa?Sementara selalu ada anak buah Dewa yang mengawasinya selama 24 jam. Ditambah, Dewa juga sudah berani mengancam Tiara. Jadi, Rindu benar-benar sudah tidak bisa pergi ke mana pun saat ini. Dirinya terjebak dengan permainan yang telah Rindu ciptakan sendiri.Rindu tidak pernah menduga, kalau w
Pagi itu, Rindu hanya duduk terpaku di balkon kamar. Setelah mandi, Rindu hanya duduk merenung dan tidak mengerti apa yang tengah berputar di kepalanya saat ini. Apa yang Rindu cari jika semuanya berakhir seperti ini? Rindu bisa membeli apapun yang ia inginkan, tapi hidupnya berakhir seperti burung yang berada di dalam sangkar emas. Tertekan, dan tidak tahu ke mana harus pergi mengadu. Apa Dewa akan benar-benar menghabisi nyawanya, jika Rindu pergi menjauh dari pria itu? Tidak … Rindu tidak boleh mati dulu sebelum teka teki yang kini berputar di kepalanya terjawab. Ada satu hal yang harus Rindu pastikan terlebih dahulu, yakni, tentang kotak berwarna cokelat, yang sungguh membuatnya penasaran. Untuk itu, Rindu harus berad
Sejak Dewa pergi, dan mengatakan bahwa pria itu akan berada di luar kota, Rindu lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen. Ia enggan beranjak dari kamar, dan hanya berguling-guling untuk menghabiskan waktu, sembari terus saja mencari jalan untuk menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang ada di dalam kepala.Rindu juga sudah bertanya pada sang ibu mengenai alamat lengkap rumah ayahnya dahulu kala. Namun, Tiara tidak pernah membalas, maupun memberitahu Rindu, di mana letak rumah tersebut.Sebuah chat dari Dewa yang mengatakan bahwa pria itu akan datang malam ini, semakin membuat Rindu frustrasi.Rindu sempat bertanya-tanya, sebenarnya, bagaimana perasaan Dewa terhadap dirinya? Jika Dewa memang menginginkan Rindu menjadi miliknya, mengapa sikap Dewa justru terlihat sangat mengerikan, sampai berani mengancamnya
Rindu membuka pintu kamar hotel dengan perlahan. Melangkah masuk dan kembali dikejutkan dengan tatanan kamar dengan nuansa yang sangat romantis. Ada taburan kelopak mawar merah berbentuk hati, sudah terpajang sempurna di atas tempat tidur. Ditambah, hiasan sepasang kepala angsa yang saling bertemu dan membentuk lambang cinta, membuat Rindu takjub luar biasa. Sebagai seorang wanita yang pada dasarnya selalu butuh perhatian, sudut bibir Rindu jelas saja langsung tertarik lebar. Apa Dewa yang melakukan semua ini? Harusnya, Rindu saat ini tengah berada di rumah Dewa dan fokus terhadap tujuannya. Namun, semuanya menjadi goyah ketika pria itu menyajikan kejutan romantis seperti sekarang. Dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya, tatapan Rindu kini berpindah pada sebuah ruangan berada tidak jauh dari samping temp
Baru saja datang, dan duduk bersama untuk makan malam dengan beberapa teman sosialitanya, manik Maria menangkap sosok putranya masuk ke dalam resto dan terus keluar menuju sisi outdoor. Yang menjadi perhatian Maria adalah, seorang gadis yang berjalan dalam diam di sisi sang putra. Dari segi penampilan, gadis itu sungguhlah berbeda jauh dari putranya. Hanya memakai kaos oblong, serta celana jeans yang Maria yakin tidak memiliki merek sama sekali. Tidak ingin membuat teman-temannya curiga, Maria tetap menjaga ekspresinya. Menunggu semua sibuk dengan pilihan menu, barulah ia beranjak dan berpamitan untuk pergi ke toilet sebentar. Untung saja, arah toilet sejalan dengan pintu penghubung antara dua sisi resto yang berbeda. Oleh sebab itu, Maria bisa berjalan dengan tenang. Lalu dengan cepat, ia membuka pintu dan langsung dicegat oleh seorang pelayan ketika M
Dengan menahan isak sambil menenangkan dirinya sendiri, Rindu melepas cincin yang melingkar di jari manisnya. Ia meletakkan benda tersebut di meja, lalu menyodorkan ke hadapan Dewa. Rindu ingin mengakhiri semua dan kembali menjadi dirinya seperti dahulu kala. Rindu yang bebas, ceria, dan tidak berada di bawah kendali seseorang.Jalan hidup yang diambilnya mungkin sudah salah. Namun, Rindu masih bisa memperbaiki itu semua, jika setelah ini Dewa masih memberinya napas untuk tetap bertahan hidup. Tidak banyak yang diminta Rindu setelah ini, ia hanya ingin menjalani hidup dari awal, dari nol, dan menggunakan semua kemampuan yang dimilikinya untuk meraih semua mimpi,“Silakan talak saya.” Sekali lagi, Rindu mengusap kasar kedua matanya sekaligus. Mengatur napasnya berulang kali, agar isak tangis itu mereda dengan segera.
Lidah Rindu begitu kelu. Tidak ada kalimat yang mampu terucap, ketika dirinya dan Dewa sudah keluar dari resto. Pria itu langsung membawa Rindu menuju lift, untuk segera kembali ke kamar. Apa yang disaksikannya tadi, sungguh membuat jantung Rindu tidak henti-hentinya memberi dentuman hebat, sampai seluruh tubuhnya menegang beku di samping Dewa.Tatapan yang diberikan Maria, sangatlah menusuk, kendati gestur tubuhnya wanita itu benar-benar terlihat santai. Wanita paruh baya itu, terlihat sangat paham dengan situasi yang ada. Sehingga, Maria tahu kapan harus bertahan, dan kapan harus menyerang.Setelah Dewa menutup pintu kamar, ia langsung memeluk tubuh Rindu dari belakang. Menunduk di telinga Rindu kemudian berkata, “Masih ragu?”“Tante Maria … pasti tambah marah.”
Seperti biasa, setiap harinya Dewa akan selalu bangun lebih dahulu daripada Rindu. Melihat gadis itu tertidur pulas karena kelelahan, Dewa pun tidak ingin mengganggunya sama sekali. Ia lantas langsung beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelahnya, Dewa mengambil ponsel yang masih berada di dalam saku jas, yang sudah tergeletak di lantai. Dewa mengaktifkannya dan beberapa saat kemudian, ia melihat banyak sekali rentetan misscall, serta chat dari Maria. Di antara daftar nama Maria yang memenuhi ponselnya, ada terselip nama Reno di sana. Untuk itu, Dewa yang masih menggunakan bathrobe seusai mandi, keluar menuju private pool dan menutup rapat pintunya. Ia tidak ingin, jika Rindu tiba-tiba mendengar percakapan yang akan dilakukannya dengan Reno.“Ada apa, Ren?” tanya Dewa begitu Reno mengangkat telepon darinya.