“Untung urang utan nya ga menggigit ya Normi!” ceplos Radin tersenyum di kulu, Radin memang sudah hapal nama-nama mereka semua, setelah sebelumnya lama berbincang di rumah Alwi tadi.
“Iyahh kata Cynthia Urang Utan nya jinak gituuu…lucunya kayak manusia katanya, eh tau ga, kata Cynthia anu nya itu lohh punya Urang Utan bisa tegang…!” Normi tertawa tergelak di ikuti dua pemuda di belakang yang salah satunya selain Bonar, bernama Silo dan dia agak ngondek tertawa. Radin langsung tersenyum masam…sialan, aku di sebutnya Urang Utan, nyebut benda keramay lagi…!” batin Radin, malu hati di buat Cynthia.
“Heiii weceee…kok diamm sihhh…ga ngiming-ngiming loo dari tadi, terpesona yaa sama abang Radin yang ganteng ini!” celutuk Silo tertawa, tentu saja ditujukan buat Cynthia yang duduk di depan menemani Radin nyiter.
Silo aslinya memang ngondek, sehingga gaya bahasanya mengikuti gaya ngondekny
Setelah hampir 15 menitan mobil SUV pun berhasil keluar dari kubangan dan kini Radin bersiap akan gas kencang lagi untuk maju ke depan. “Pegangan yaa…kali ini aku akan full injak gasss!” Radin memperingatkan semuanya.Radin menggas kencang lagi dan mobil bak lari cacing menghajar kubangan yang setengah malam membuat mobil ini tak bergerak. Silo kembali menjerit-jerit, Normi dan Dwi pucat, Bonar ikut-ikutan tegang, terlebih setelah terang dia melihat di samping kiri ternyata ada turunan yang curam, kalau sampai mobil oleng ke kiri, dia ngeri membayangkan mobil ini akan terjun ke keturunan yang curam tersebut.Tapi Cynthia malah senyum-senyum saja, tak sadar tangannya memegang paha Radin. Tapi kali ini Radin sudah melihat dia harus ambil dikit ke kanan, karena di situ kubangannya tak seberapa. Dan mobil inipun sukses keluar dari kubangan dan kini mereka istirahat serta keluar dari mobil sambil melihat dari dekat kubangan yang membuat mereka terpaksa ng
Saat membuka hapenya, Radin tersenyum karena dia dapat kiriman foto Sherin sedang bergaya di mobil Honda jenis CRV barunya.“Selamat yaaa…kini sudah punya mobil baru!” balas Radin.“Kapan abang pulang ke Banjarmasin…kangenn…mau ketemuan abang?” pake emoji senyum.“Secepatnya yaaa…!” Radin kemudian menulis lagi nanti di sambung lagi, karena dia kini sedang melihat pembangunan Mushalla yang makin mendekati selesai dan kini terlihat bagus dan lebih luas dari sebelumnya.Radin mendekati Iban, anak pa Alwi yang baru selesai mencucikan mobil SUV nya yang sangat kotor dan kini terlihat bersih lagi setelah hampir 2,5 jam di cuci abege yang baru berusia 13 tahunan ini. Iban bahkan sampai masuk ke kolong mobil dan menyiram lumpur-lumpur yang melekat di sana lalu menggosoknya hingga bersih.Radin suka sekali melihat kinerja Iban yang tekun begitu, begitu Radin memberi 5 lembar uang seratus
Tanpa sungkan, Sherin juga melepas baju seragam kerjanya di depan Radin dan kini dia hanya pake kaos daleman dan celana jeans ketat saja lagi. Radin mau tak mau harus melihat betapa bagusnya bentuk dada Sherin yang terlihat membusung tersebut.“Stop, jangan buka semua di sini…sono aja di kamar mandi, kalau abang khilaf bahaya!” seloroh Radin tertawa.“Yeee siapa juga yang mau buka di sini,” Sherin melitkan lidahnya lalu tertawa dan diapun langsung jalan ke kamar mandi. Radin hanya geleng-geleng kepala melihat ulah Sherin, dan saat dia melihat hape Sherin yang kini sudah baru dia makin senyum, karena hape Sherin sudah ganti dengan hape premium yang tentu saja berharga mahal, beda saat bertemu pertama, hape nya masih merek Cina.Radin kemudian membuka smarphone canggihnya yang merupakan produksi limited edition dan mengecek pergerakan saham perusahaannya, dia juga cek CCTV yang ada di kantornya dan melihat aktivitas kerja semua stafn
Margo Kabir kemudian meminta Radin duduk di kursi diruangan yang di desain sebagai ruang tamu ini, pria tua yang di panggil Bowo pun permisi kembali ke depan.Saat Radin menatap pria yang diminta panggil Om Margo ini, Radin jadi teringat wajah seseorang namun dia lupa siapa orang itu.“Radin Durangga…kamu tentu ada maksud dan tujuan bukan jauh-jauh datang ke sini, rasanya kamu bukan cari barang kuno ke sini?” kali ini Om Margo menatap tajam pemuda tampan di depannya ini. Radin tersenyum dan mengangguk.“Om tentu sudah bisa menebak siapa saya, dari ujung nama itu?” Radin malah balik bertanya.“Kamu pasti keturunan Ki Sanus atau Ki Durangga, yang merupakan anak dari Peter Jan Terling, apakah kamu cucunya atau anaknya Ki Durangga?” Om Margo kembali bertanya.“Saya anaknya, ayah saya memang agak tua baru berumah tangga!” sahut Radin pendek, kedua pria sama ini sama-sama menatap tajam lawan bicaranya.“Apa tujuan kamu menemuiku…kalau kamu mencari Kabir orang tuaku, beliau sudah 6 tahunan l
Om Margo hanya menganggukan kepala menyetujui keinginan Radin, saat Radin sudah bangkit dan Om Margo sudah ke dalam ruangan tempat menyimpan kembali intan tersebut, tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan kedatangan 3 orang tak di kenal dengan mulut memakai masker dan kepala pakai topi.“Margo…serahkan intan itu pada kami...atau nyawa kamu melayang..!” ancam orang tak di kenal itu sambil mengacungkan pistol ke Margo yang baru kembali usai menyimpan intan tersebut.Radin juga ikut terperanjat, tak menyangka ada perampok di siang bolong yang tiba-tiba masuk dan mengancam Om Margo.Radin makin kaget, karena Om Margo terlihat tenang dan tidak gugup dengan ancaman itu.“Hmmm…sudah kuduga…pasti si Kamali kirim kalian untuk merampok intan itu!” kata Om Margo. Radin hanya berdiri sambil mengangat kedua tangannya, karena dua kawan si perampok tak di kenal ini terus mengacungkan senjatanya ke Margo dan dia sendiri.
Jhon Andrew teman pengusahanya yangjuga broker internasional itu janji ke Radin akan mencarikan pembeli intan itu dan akan langsung bertemu di Jakarta, untuk melihat secara langsung intan tersebut dalam waktu secepatnya.Untuk keamanan, besoknya Radin pergi ke sebuah ke bank dan menyimpan benda berharga ini di bank tersebut, kepala cabang bank itu sampai terbelalak saat Radin memperlihatkan intan yang kini dia bungkus dengan kotak kecil. Namun setelah tahu siapa Radin, si Kacab ini ini akhirnya maklum.“Pantess…dia kan pemilik Radiw Corporation dan bank kami salah satu yang menyimpan dananya tak sedikit, berapa duit yaa dia beli itu…!” batin Dorman, si Kacab bank ini maklum sendiri, saat menyaksikan Radin tanda tangan berkas penitipan benda berharga ini.Setelah diberi sertifikat khusus dan kunci, intan itu di simpan dalam brangkas khusus dan Radin kini bisa tenang.Radin lalu bermaksud ke rumah sakit ingin menjenguk Om Margo, na
“Apakah Tante pernah mendengar cerita mertua tante yakni Kakek Kabir…siapa itu Durangga dan Peter Jan Terling?” Radin diam dan melihat reaksi Tante Desta. Tante Desta kaget, baru dia nggeh, kalau nama belakang pemuda ini Durangga.“Apakah kamu anak Ki Durangga dan cucu dari Peter Jan Terling?” Radin langsung mengangguk dan kini wajah Tante Desta sedikit pucat.Tante Desta sendiri tentu saja tau kisah lengkap tentang mertuanya yang menyesal telah membunuh Peter Jan Terling dan sempat membuat anaknya Ki Durangga harus menyembuyikan identitasnya, karena menghindari Turangga, Brono dan mertuanya sendiri, yakni Kabir.Kini di depannya sudah duduk cucu dari orang yang dibunuh mertuanya puluhan tahun silam. Melihat Tante Desta seperti gelisah, Radin akhirnya kasian juga, dia yakin wanita ini mulai takut dengan dia.“Tante…ga usah takut dengan saya…sebelum Om Margo wafat, beliau sudah buka semuanya dan kami salin
Setelah mengantar Tante Desta dan Cynthia, Radin di tahan Cynthia agar mau menemaninya di rumah. Tante Desta seakan paham, dia membiarkan anak gadisnya yang merupakan calon dokter ini bercengkrama dengan Radin.Radin yang memahami kondisi hati Cynthia yang masih terguncang dengan kematian tragis Om Margo ayahnya ini, mengiyakan permintaan gadis yang sepintas ada kemiripan dengan Dini, mantaan kekasih pertamanya, dan yang sangat Radin senangi, Cynthia terlihat lebih dewasa.Radin mengajak Cynthia jalan-jalan hingga tengah malam, dia turuti kemana saja Cynthia mengajaknya.Saat ingin mabuk Radin juga membiarkannya, menghadapi wanita yang sedang galau, langkah terbaik adalah mendiamkan saja dan mendengarkan semua keluh kesahnya. Radin memahami ini dan dia benar-benar jadi tempat curhatan Cynthia.Ketika dilihat Radin waktu sudah menunjukan hampir jam 12 malam, artinya hampir 7 jam dia menemani Cynthia, Radin lalu mengajak gadis cantik ini pulang ke rumah kem