Tanpa sungkan, Sherin juga melepas baju seragam kerjanya di depan Radin dan kini dia hanya pake kaos daleman dan celana jeans ketat saja lagi. Radin mau tak mau harus melihat betapa bagusnya bentuk dada Sherin yang terlihat membusung tersebut.
“Stop, jangan buka semua di sini…sono aja di kamar mandi, kalau abang khilaf bahaya!” seloroh Radin tertawa.
“Yeee siapa juga yang mau buka di sini,” Sherin melitkan lidahnya lalu tertawa dan diapun langsung jalan ke kamar mandi. Radin hanya geleng-geleng kepala melihat ulah Sherin, dan saat dia melihat hape Sherin yang kini sudah baru dia makin senyum, karena hape Sherin sudah ganti dengan hape premium yang tentu saja berharga mahal, beda saat bertemu pertama, hape nya masih merek Cina.
Radin kemudian membuka smarphone canggihnya yang merupakan produksi limited edition dan mengecek pergerakan saham perusahaannya, dia juga cek CCTV yang ada di kantornya dan melihat aktivitas kerja semua stafn
Margo Kabir kemudian meminta Radin duduk di kursi diruangan yang di desain sebagai ruang tamu ini, pria tua yang di panggil Bowo pun permisi kembali ke depan.Saat Radin menatap pria yang diminta panggil Om Margo ini, Radin jadi teringat wajah seseorang namun dia lupa siapa orang itu.“Radin Durangga…kamu tentu ada maksud dan tujuan bukan jauh-jauh datang ke sini, rasanya kamu bukan cari barang kuno ke sini?” kali ini Om Margo menatap tajam pemuda tampan di depannya ini. Radin tersenyum dan mengangguk.“Om tentu sudah bisa menebak siapa saya, dari ujung nama itu?” Radin malah balik bertanya.“Kamu pasti keturunan Ki Sanus atau Ki Durangga, yang merupakan anak dari Peter Jan Terling, apakah kamu cucunya atau anaknya Ki Durangga?” Om Margo kembali bertanya.“Saya anaknya, ayah saya memang agak tua baru berumah tangga!” sahut Radin pendek, kedua pria sama ini sama-sama menatap tajam lawan bicaranya.“Apa tujuan kamu menemuiku…kalau kamu mencari Kabir orang tuaku, beliau sudah 6 tahunan l
Om Margo hanya menganggukan kepala menyetujui keinginan Radin, saat Radin sudah bangkit dan Om Margo sudah ke dalam ruangan tempat menyimpan kembali intan tersebut, tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan kedatangan 3 orang tak di kenal dengan mulut memakai masker dan kepala pakai topi.“Margo…serahkan intan itu pada kami...atau nyawa kamu melayang..!” ancam orang tak di kenal itu sambil mengacungkan pistol ke Margo yang baru kembali usai menyimpan intan tersebut.Radin juga ikut terperanjat, tak menyangka ada perampok di siang bolong yang tiba-tiba masuk dan mengancam Om Margo.Radin makin kaget, karena Om Margo terlihat tenang dan tidak gugup dengan ancaman itu.“Hmmm…sudah kuduga…pasti si Kamali kirim kalian untuk merampok intan itu!” kata Om Margo. Radin hanya berdiri sambil mengangat kedua tangannya, karena dua kawan si perampok tak di kenal ini terus mengacungkan senjatanya ke Margo dan dia sendiri.
Jhon Andrew teman pengusahanya yangjuga broker internasional itu janji ke Radin akan mencarikan pembeli intan itu dan akan langsung bertemu di Jakarta, untuk melihat secara langsung intan tersebut dalam waktu secepatnya.Untuk keamanan, besoknya Radin pergi ke sebuah ke bank dan menyimpan benda berharga ini di bank tersebut, kepala cabang bank itu sampai terbelalak saat Radin memperlihatkan intan yang kini dia bungkus dengan kotak kecil. Namun setelah tahu siapa Radin, si Kacab ini ini akhirnya maklum.“Pantess…dia kan pemilik Radiw Corporation dan bank kami salah satu yang menyimpan dananya tak sedikit, berapa duit yaa dia beli itu…!” batin Dorman, si Kacab bank ini maklum sendiri, saat menyaksikan Radin tanda tangan berkas penitipan benda berharga ini.Setelah diberi sertifikat khusus dan kunci, intan itu di simpan dalam brangkas khusus dan Radin kini bisa tenang.Radin lalu bermaksud ke rumah sakit ingin menjenguk Om Margo, na
“Apakah Tante pernah mendengar cerita mertua tante yakni Kakek Kabir…siapa itu Durangga dan Peter Jan Terling?” Radin diam dan melihat reaksi Tante Desta. Tante Desta kaget, baru dia nggeh, kalau nama belakang pemuda ini Durangga.“Apakah kamu anak Ki Durangga dan cucu dari Peter Jan Terling?” Radin langsung mengangguk dan kini wajah Tante Desta sedikit pucat.Tante Desta sendiri tentu saja tau kisah lengkap tentang mertuanya yang menyesal telah membunuh Peter Jan Terling dan sempat membuat anaknya Ki Durangga harus menyembuyikan identitasnya, karena menghindari Turangga, Brono dan mertuanya sendiri, yakni Kabir.Kini di depannya sudah duduk cucu dari orang yang dibunuh mertuanya puluhan tahun silam. Melihat Tante Desta seperti gelisah, Radin akhirnya kasian juga, dia yakin wanita ini mulai takut dengan dia.“Tante…ga usah takut dengan saya…sebelum Om Margo wafat, beliau sudah buka semuanya dan kami salin
Setelah mengantar Tante Desta dan Cynthia, Radin di tahan Cynthia agar mau menemaninya di rumah. Tante Desta seakan paham, dia membiarkan anak gadisnya yang merupakan calon dokter ini bercengkrama dengan Radin.Radin yang memahami kondisi hati Cynthia yang masih terguncang dengan kematian tragis Om Margo ayahnya ini, mengiyakan permintaan gadis yang sepintas ada kemiripan dengan Dini, mantaan kekasih pertamanya, dan yang sangat Radin senangi, Cynthia terlihat lebih dewasa.Radin mengajak Cynthia jalan-jalan hingga tengah malam, dia turuti kemana saja Cynthia mengajaknya.Saat ingin mabuk Radin juga membiarkannya, menghadapi wanita yang sedang galau, langkah terbaik adalah mendiamkan saja dan mendengarkan semua keluh kesahnya. Radin memahami ini dan dia benar-benar jadi tempat curhatan Cynthia.Ketika dilihat Radin waktu sudah menunjukan hampir jam 12 malam, artinya hampir 7 jam dia menemani Cynthia, Radin lalu mengajak gadis cantik ini pulang ke rumah kem
“Lohh apa yang di ingat?” Cynthia menatap Radin dengan wajah sedikit bingung.“Ingat…ada sesuatu yang bangkit tanpa di suruh!” Radin tergelak sendiri, Cynthia langsung merah padam, dan mencubit paha pemuda ini.Radin menangkap tangan Cynthia dan kembali kedua saling bertatapan…“Aku ingin yang naik itu sekarang…masuk ke tubuh aku…lakukanlah sekarang!” bisik Cynthia lembut yang bagaikan angin surga bagi Radin.Radin akhirnya terpancing juga!Radin pun mulai memperlakukan Cynthia dengan kelembutan dan wanita cantik yang mulai dewasa ini memejamkan mata menikmati cumbuan-cumbuan Radin di setiap inci tubuhnya, sehingga dia kadang mendesah menahan geli berbarengan dengan rasa yang aneh serta memabukan itu.Dan di pagi yang cerah itu, hanya terdengar dengusan nafas yang berpacu dengan getaran-getaran kecil. Kadang ada teriakan dan lenguhan kecil dari Cynthia yang menahan sesuatu masuk
Walaupun sibuk dengan urusan pribadi yang belum selesai, Radin tetap konsen memantau pergerakan saham perusahaannya. Dengan CCTV yang di pasang di semua sudut ruangan Radin bisa melihat kinerja anak buahnya di Radiw Corporation.Gabrile dan Wina dua sekretaris pribadinya selalu rutin memberikan laporan melalui WA atau ke emailnya, sehingga semuanya tak ada yang berani macam-macam, selama sang big bos ini sibuk urusan di luar daerah.Pernah sehari dia pulang ke Jakarta, karena ada tanda tangan berkas yang harus dia tanda tangani dan tak bisa di wakilkan.Diapun terbang dengan pesawat pribadinya ke Jakarta, tapi setelah tanda tangan itu, Radin terbang balik ke Surabaya hari itu juga. Sebelumnya dia menyempatkan diri melihat-lihat kondisi kantornya, sekitar 3 jam lebih, barulah malamnya dia menuju bandara Halim Perdanakesumah.Seminggu kemudian..!Ditemani Cynthia yang kini tinggal persiapan wisuda, Radin mendatangi rumah sakit jiwa dan bertanya tentang pasein yang bernama nenek Murni Ke
“Ceritakanlah…nenek sudah siap mendengarkan kisah kalian, nenek sudah terlalu lama menderita, jadi kisah apapun tidak akan berpengaruh lagi ke jiwa nenek!” Radin menatap nenek Murni, dan dia mengakui sikap anggun dan elegan sebagai mantan seorang nyonyah dari istri seorang pengusaha kaya masih terlihat dari sikapnya ini, gayanya sangat aristrokrat dan tak berubah sampai kini.Setelah menatap Cynthia yang menganggukan kepala, Radin pun menceritakan nasib mantan suami ibunya dan kenapa dia bisa lahir dan siapa suami kedua dari ibunya Dewi.Nenek Murni hanya mendengarkan tanpa menyela…matanya seperti datar dan biasa-biasa saja, tidak ada kekagetan, penderitaan yang dia alami selama bertahun-tahun membuat nenek Murni kini tegar dan tidak lagi terguncang batinnya seperti dulu.“Om Daryanto meninggal dunia…karena dibunuh orang yang diduga suruhan Om Jaka Darminto, bunda Dewi yang berduka atas pesan Om Daryanto diminta jangan pula