Tania keluar dari persidangan dengan senyum mengembang.
Ia berhasil membebaskan dan membela semua.wanita korban trafficking yang dilakukan Wijaya.
Ia menang telak, apalagi Wijaya pun telah meregang nyawa dihukum oleh semua wanita korban kekejamanannya.
Tania ke luar dari ruang sidang bersama dengan para wanita. Semua oknum-oknum yang terkait telah tertangkap dan diadili seadil-adilnya.
Walaupun rasa sedih, trauma, dan kepahitan masih membekas di wajah para korban. Namun, paling tidak mereka masih mampu untuk menatap dan membenahi kehidupan yang telah hancur.
Akan tetapi mereka berusaha untuk berjalan dan memulai dari awal lag
Kriiieett ....Pintu kamar mandi terbuka Yudi memakai handuknya, tubuh maskulin dan roti sobeknya membuat panas dingin tania."Mas! Sepertinya AC-nya kurang dingin ini!" ujar Tania membuat mode paling dingin sekutub."Masa sih, yank? Kayaknya nggaklah?" balas Yudi.Ia mendekati Tania yang masih mengotak-atik remote AC, sembari memasukkan kedua belah kakinya ke selembar pakaian dalamnya."Ya ampun, Mas ini! Seperti nggak ada tempat ganti saja. Ckckck .... " Tania membelakangi Yudi.Ia merasa sangat malu melihat semua perilaku suaminya yang sembrono.
Bab. 30.Yudi meraba-raba sisi kiri tempat tidurnya tetapi tania tidak ada. Seperti biasanya, suara cempreng Tania memanggil-manggil. Akan tetapi, pagi ini hening.Yudi mengangkat kepalanya, menoleh ke kanan dan ke kiri memusatkan pendengarannya sepi ....Yudi bangkit memakai jeans bututnya mencari istri tercintanya ke kamar mandi, ruang tengah, dan dapur. Tania tiada, sarapan terhidang di meja makan dan sepucuk surat.Dear suamiku ....Aku buru-buru pergi ada sidang pagi ini. Sarapan sudah aku siapkan, Mas! Makanlah dengan lahap. Selamat berkerja cinta, Muach!Sayankmu
Amy bingung harus bagaimana, ia sangat menyukai Yudi. Akan tetapi, ia juga tidak ingin menjadi pelakor di suatu hubungan rumah tangga orang lain. Ia tidak ingin terluka. Namun, hatinya begitu menyesakkan jiwanya. Ia menginginkan Yudi, sebaliknya ia juga sudah sangat lelah mengejarnya. Sedikit rasa malu menderanya. Apalagi, ia sudah banyak menyakiti dirinya untuk mendapatkan Yudi. Namun, Yudi tidak pernah menoleh ke arahnya sedikit pun. Menyedihkan sekali rasanya. "Dasar cinta, sialan! Mengapa harus jatuh cinta dengan Yudi, sih? seperti tidak ada pria lain, saja!" umpat Amy kesal. Walaupun Amy terkenal arogan, tetapi pada dasarnya ia sangat b
"Nak Soleh ini, bekerja di manakah?" Basri penasaran. "Saya hanya pekerja di showroom mobil xx Pak" Soleh merendahkan diri. "Terserah ... Kalau Papa Amy mengizinkan putrinya pacaran denganku atau tidak! Toh, semua ini hanya sandiwara buat apa berpura-pura aku lelah!" batin soleh. "Hahaha yang penting mau berusaha dan bekerja, Nak. Itu modal utama!" Basri senang akan jawaban jujur Soleh. Ia tidak berharap putrinya akan membawa seorang pria yang lebih menonjolkan harta, karena ia ingin kebahagiaan putrinya bukan harta. Basri merasa ia memiliki segalanya, tidak ada yang kurang selain Delilah mendiang istrinya.
Soleh hanya diam saja, ia sudah lelah memperhatikan ulah pria ini dari lantai atas. Ia juga ingin menghilangkan bayangan Amy yang menciumnya terus menerus. Bayangan itu terus menerus menari-nari di benaknya hingga ia mendarat di diskotik ini, kakinya yang membawanya kemari. Pengawal dan pria mesum itu datang kembali, "Tuan biarkan kami menghajar pemuda, ini!" ucap salah satu pengawalnya. "Baiklah! Hajar saja sampai, mampus! Tapi ... Jangan wanita itu. Aku membutuhkannya malam ini. Bila aku sudah, puas! Kalian boleh bersenang-senang dengannya." Si pria mesum yang dipanggil tuan, memandang Amy dengan tatapan penuh dengan nafsu dan kemarahan.
Amy memandang wajah Soleh, seketika rasa suka dan cintanya kepada Yudi menguap. Ia masih saja memandang wajah Soleh. "Mengapa dari dulu aku tidak menyadarinya? Jika Soleh tampan juga?" batin Amy. Soleh menggeliat dari tidurnya, Amy langsung membaringkan tubuh dan memejamkan matanya di seberang sofa Soleh. Amy berpura-pura tidur. Benar saja, Soleh terbangun dari tidurnya mengamati ke sekelilingnya. Ia melihat Amy tertidur di sofa juga, dan sudah berganti pakaian. Soleh mengulurkan tangannya menyentuh wajah Amy. Ia merapikan surai yang membandel ke selipan telinga Amy. Soleh mengecup lembut kening
"Brengsek! Mengapa aku menjadi salah satu pria brengsek itu juga?" umpatan batinnya kesal."Aku ingin Amy mencintaiku dengan kasih sayang miliknya, menjadikannya istriku dengan kemauannya sendiri. Bukan, paksaan!" batin Soleh.Ia termenung memandang ke luar kaca apartemennya, hamparan Kota M terbentang luas penuh bangunan-bangunan tinggi yang berjejer.Soleh memberikan pakaian yang ia pesan via online, Amy sedang mengganti pakaiannya di kamar lantai atas.Amy menuruni tangga dengan perlahan, mencari tas tangannya memoles sedikit lipstik dan bedak. Amy berusaha setenang mungkin melihat siluet tubuh maskulin Soleh jiwa raganya kembali bergetar.Ia berjalan me
"Aku ingin mengajakmu berlibur ke kampung halamanku? Kalau kamu mau kalau tidak ya sudah! Aku mau ajak Siska?" ucap Soleh berlalu. "Aku mau! Ngapain juga ngajak Siska sih? Aku sudah pengen lihat kampung kamu seperti apa?" Amy begitu riangnya. "Aku kira kamu nggak mau ke kampung, tetapi ya begitu tidurnya nggak pakai AC, terus mandinya di sungai pakai pancuran orang tuaku orang udik entar kamu malu?" balas Soleh. "Gapapa! Aku pengen lihat suasana kampungmu, kapan kita berangkat?" Amy memeluk mesra lengan Soleh. "Ini anak terkadang nyebelin, terkadang buat senang kadang buat sakit hati! Ampun, Ya Allah bisa-bisanya aku jatuh cinta sama nih Lampir?" batin Soleh ngenes meratapi nasibnya. &nb