Share

Rio Dan Randu

Penulis: Grafz23
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 22:17:47

Rio langsung memutar kepalanya ke arah kanan, kemudian mengambil teh hangat yang ada di hadapannya. Dia mempersilakan Laudya untuk duduk di sampingnya, lalu kembali menghisap rokok yang hampir saja di buang olehnya.

"Kak, aku harus bicara sesuatu soal dia," ungkap Laudya, kedua bola matanya sambil mengawasi pintu rumah, seolah ada rahasia besar yang ingin dia katakan kepada Rio.

Laudya adalah putri bungsu dari keluarga Robby Dinata, berusia 19 tahun dan memiliki prestasi segudang. Namun sayangnya, saat usaha ayahnya di terpa badai kebangkrutan, dia harus meninggalkan semua cita-cita serta impiannya. Kini dia bekerja di sebuah minimarket kecil yang berada di dekat rumahnya, karena Laudya harus menemani Anna merawat Robby.

"Apalagi yang ingin kamu sampaikan kepadaku Lodi?" tanya Rio acuh, seolah dia sudah tau apa yang akan dia bicarakan.

"Dia dekat dengan Rival terberatmu, sebaiknya kakak segera jauhi dia sebelum apa yang sedang kakak rencanakan berakhir di tahun ini," jawab Laudya menatap Rio dengan penuh harapan.

"Randu...?" Rio tertawa kecil lalu mematikan rokok yang ada di tangannya, tak nampak rasa takut di wajahnya sedikitpun. "Manusia laknat itu sudah ku singkirkan beberapa hari lalu," dia menoleh lalu melengkungkan bibirnya membentuk senyuman ke arah Laudya.

POV 3 HARI SEBELUMNYA

 "Bang...tolong aku!!" dari balik suara telepon Andini meminta bantuan kepada Reynold, "aku takut...," rintihan terdengar semakin kuat, di serta suara klakson panjang.

"APA YANG TERJADI ANDINI!" pekik Reynold kuatir dengan keadaannya.

Tak lama terdengar suara pria sedang memaki Andini, seolah berusaha untuk merebut telepon yang ada di tangannya. Panggilan suarapun tiba-tiba lenyap, Reynold berusaha menghubungi kembali namun sayanganya hanya suara operator yang menjawab.

Rey segera memacu kendaraannya menuju rumah Rio, karena dia tahu jika hari ini Rio akan segera kembali ke rumah orang tuanya untuk menemui seseorang di sana.

"Hey Rody cepat buka!!" teriak Rey dari balik pagar yang menjulang tinggi di hadapannya. Saat pagar tersebut di buka ternyata benar saja, dia datang waktu yang tepat, Rio sedang berada di balik kemudi untuk pergi ke kota sebelah.

"Rio cepat keluar!!" pekik Rey nampak pembuluh darah di lehernya membesar.

"Kau ini kenapa Rey?" balas Rio kembali memekik.

"Andini!" tangannya berusaha untuk membuka pintu kendaraan.

"Jangan sebut nama itu di sini bangsat!" kata Rio lalu segera membuka pintu untuknya.

"Kita harus bertemu dengan Lucy sekarang!" tanpa menjelaskan apapun Rey meminta Rio untuk menginjak pedal gas nya menuju klub Seven Eight.

Rio masih saja terdiam karena dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tak berselang lama terdengar suara dering ponsel dari jas yang di kenakan oleh Rey dari nomor tak di kenal. Dengan pengeras suara, Rio tahu jika orang yang ada di balik ponsel itu adalah musuh besarnya.

Tak perlu waktu lama untuk menunggu, Rio segera menginjak pedal gas menuju sebuah hotel yang berada di tengah kota.

Sesampainya di sana, Rio mengambil sebuah stick golf yang selalu ada di dalam bagasi, kemudian memaksa masuk ke dalam. Nampak anak buah Randu berusaha untuk menghalangi jalan mereka, agar tidak naik ke atas.

"Jangan paksa aku melakukan ini James," ucap Rio menatap tajam pria berusia 32 tahun yang ada di hadapannya itu.

"Aku hanya menjalankan perintah dari Tuan Randu," dia berdiri tegap bersama beberapa anak buahnya, dengan sorot mata tajam ke arah Rio dan Reynold.

Para tamu hotel yang datang terhenyak, melihat perdebatan yang terjadi antara Rio dan James di depan lift. Beberapa petugas keamanan berusaha untuk mengusir keduanya keluar, agar tidak mengganggu para tamu yang sedang menginap di tempat ini.

"Sudah lama aku tidak berolah raga, rasanya malam ini akan menjadi malam yang seru," ungkap Rey kemudian membuka jas mewahnya.

Suara denting terdengar keras, memecah ketegangan yang terjadi di lobby hotel. Langkah pria berambut hitam dan berkacamata, dengan tongkat di tangannya keluar dari lift sambil menyeringai.

"Hmm...nampaknya sahabat karibku sudah mulai merasa rindu denganku," ejek Randu mengepulkan asap cerutu ke wajah Rio.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Di Ujung Botol   Dendam Yang tersimpan

    "Singkirkan omong kosongmu Ran-du!" tantang Rio mengangkat stick golf yang ada di tangannya."Rupanya kau lupa dengan masa lalu di antara kita huh?" dengan santai Randu membalas."Tidak akan ada tempat bagi pengkhianat sepertimu bajingan!" bentak Rio, langkahnya terhenti oleh Reynold yang sudah terlebih dahulu menghajar dua security yang berada di sampingnya.Beberapa anak buah Randu berusaha untuk membantu kedua orang yang sudah tak berdaya di tangan Rey, namun langkahnya pun di hentikan oleh Randu. Dia tahu jika Reynold bukan orang yang bisa di hentikan, dan hanya akan memperkeruh suasana di tempat ini."Kau rela datang demi wanita kotor seperti dia?" tanya Randu membuka kacamata hitam yang menempel di wajahnya."Serahkan dia sekarang atau...," ancam Rio, "atau kau akan membuat dirimu malu di hadapan semua orang?" timpal Randu."Kau masih saja seperti dulu Rio, tak mampu membedakan mana yang baik untukmu," sesal Randu, teringat masa lalunya, ketika dia sedang membangun Wordcount Co

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Cinta Di Ujung Botol   Laudya Melisa Dinata

    Anna akhirnya harus merelakan Laudya untuk mengikuti jejak sang kakak, meninggalkan rumah sederhana ini. Air mata yang membendung di kelopak matanya sudah tak mampu lagi di sembunyikan dari keduanya, "jaga dirimu baik-baik nak," kemudian dia segera menemui Robby di dalam.Laudya hanya bisa menatap dari kejauhan, hati kecilnya hanya bisa berkata "seharusnya ini semua tidak perlu terjadi andai saja ayah tidak bersikap seperti itu.""Apa kau yakin dengan keputusan ini?" tanya Rio melirik dengan ekor matanya."Kakak lebih tau apa yang ada di dalam hatiku saat ini," Rio kemudian menyalakan kendaraannya, lalu meninggalkan rumah kedua orang tuanya. Sesampainya di rumah, dia segera memanggil kepala assisten rumah tangga yang bernama Abigail, untuk menyiapkan semua keperluan Laudya."Selamat datang nona Laudya, mari ku antar ke kamarmu," ajak Abigail menuju lantai dua rumah Rio.Laudya serta Abigail memang sudah kenal sejak lama, meskipun dirinya jarang menemui Rio, namun dia seringkali berko

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Cinta Di Ujung Botol   Axel

    "Maaf mas, selama ini aku menutupi semuanya dari kamu," ungkap Andini.Dia segera merogoh tas dengan tangan kanannya, lalu memperlihatkan sebuah pesan yang bertuliskan, "Halo sayang, aku sudah bebas dan kali ini aku sudah berada di rumah bersama anak kita,"Rio hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, tak mengira dirinya akan terseret jauh ke dalam masalah ini. Sementara itu Reynold berusaha untuk memperjelas maksud kedatangan Andini kali ini hanyalah untuk meminta pendampingan secara hukum.Hati Rio benar-benar tidak karuan, dalam benaknya selama ini Andini adalah seorang gadis yang terjerembab ke dalam dunia hitam. Rasa kecewa, marah, sedih kian berkecamuk, isi pikirannya mulai di bumbui oleh iblis cemburu."Ikut aku!" Laudya segera menarik lengan Rio untuk menjauh dari Andini serta Reynold."CUKUP KAK! AKU JENGAH HARUS MENUTUPI SEMUANYA!""Argh....!" Rio menarik rambut yang ada di kepalanya sendiri.Laudya menatap tajam, dia merasa heran dengan Rio, kenapa rela untuk terseret jauh ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Cinta Di Ujung Botol   Pertemuan Menyakitkan

    Sesampainya di rumah orang tua Andini, mereka melihat ada seorang pria bertubuh kekar, di penuhi dengan gambar serta beberapa hiasan di tangannya. Dia sedang mengais seorang anak kecil berusia 2 tahun di tangannya, nampak rasa takut tersirat di wajah sang anak ketika berada dalam genggaman Axel.Kedua orang tua Andini tak mampu berbuat apa-apa selain hanya mengawasinya dari balik kaca. Usia mereka yang sudah tidak muda lagi, membuat keadaan semakin sulit."Raya!" teriak Andini dari dalam kendaraan, kemudian segera berlari mendekat ke arah putri semata wayangnya."Berikan kepadaku Axel!" matanya menyala, menatap pria yang pernah menjadi suaminya itu."Oh sayang, kenapa kau begitu kaku terhadapku?" tanya Axel mendekap Raya semakin erat, "apakah kau tidak rindu kepadaku?" sambungnya bertanya, perlahan mendekat ke arah Andini."Berikan Raya kepadaku!" hardik Andini, berusaha meraih tubuh kecil yang ada di hadapannya."Ayolah Andini, kita ini masih memiliki ikatan bukan?" tutur Axel sambil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Cinta Di Ujung Botol   Kayla

    "Halo sayang!" merdu terdengar suara dari seorang kekasih yang sudah mendampingi Rio selama 3 tahun lamanya, "aku sudah berada di bandara, mungkin sekitar 3 jam lagi aku akan menemuimu di rumah.""O-ok sayang, aku akan pulang lebih cepat hari ini," ucap Rio lalu menutup teleponnya.Andini hanya bisa terdiam ketika mendengar panggilan yang terucap dari mulut Rio, selama ini dia benar-benar tidak mengetahui jika ada orang lain di samping Rio. Dia memalingkan pandangannya ketika Rio kembali menemui dirinya serta kedua orang tuanya."Nak Rio, ibu ucapkan terima kasih sudah banyak membantu keluarga kami," ungkap ibunda Andini, "ibu harap Andini bisa lebih baik lagi ke depannya, dan kamu bisa memberikan yang terbaik untuknya," dengan penuh harapan, ibunda Andini mengusap lengan Rio.Tidak ada kata-kata yang terucap dari mulut Rio, selain anggukan. Dia tahu sedang berhadapan dengan siapa, dan tak ingin memberikan harapan apapun kepada keluarga Andini. Rio kemudian segera berpamitan untuk kem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Cinta Di Ujung Botol   Campur Aduk

    Rio terkesiap mendengar apa yang terlontar dari mulut kekasihnya itu, dia tidak pernah mengira jika Kayla akan mengajak dirinya ke sebuah tempat berdosa yang sering dia datangi selama wanita yang menjadi kekasihnya itu berada di luar negeri."Aaa...aku, hmm....," Rio mulai gelagapan karena dia tak tahu harus menjawab apa.Kedua matanya tampak layu dengan wajah tersalip kepanikan di barengi dengan keringat dingin yang tiba-tiba saja mengalir membasahi bagian sisi telinganya."Honey!""Are you okay?" tanya Kayla menatap Rio."Yeah...sure, i'm good," jawabnya lalu menarik gelas yang ada di sampingnya."Sial, kenapa harus berpesta di sana sih!" gerutu Rio dalam hati, perlahan ekor matanya mendelik ke arah kekasihnya.Kayla dan Rio menumpahkan rasa rindunya dengan saling bercerita satu sama lain, di barengi dengan candaan yang membawa malam itu menjadi semakin syahdu."Rasanya aku tak ingin berpisah lagi mas," Kayla menjatuhkan kepalanya ke pundak Rio."Cukup beberapa bulan ini hatiku sera

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Cinta Di Ujung Botol   Amarah Robby

    Robby menaikkan sudut mulutnya, menyeringai lalu memutar roda untuk menghadapkan wajahnya ke arah Rio."Aku ingin Laudya kembali ke rumah malam ini juga," pinta Robby melemparkan tatapan sinis ke arah putranya itu."Apa kau yakin tidak akan menyakitinya lagi jika dia pulang kembali ke sana huh?" tanya Rio kesal karena Robby tidak menunjukkan sikap yang ramah ketika meminta putri bungsunya itu pulang."Seharusnya aku yang berkata seperti itu Rio," timpal Robby."Selama ini kau saja tega menelantarkan kami,""Bukankah itu lebih menyakitkan?" lanjutnya dengan wajah perang.Rio hanya menggelengkan kepala, dia hanya bisa diam mendengar ocehan Robby yang sudah ngelantur dan mendramatisir semuanya. Dia tak ingin perdebatan ini di dengar oleh Kayla dan juga Anna, karena keduanya selalu terbebani ketika Rio kembali bermusuhan dengan ayah kandungnya itu."Cukup ayah!" terdengar suara Laudya dari balik pintu menghentikan ocehan Robby terhadap Rio."Aku sudah muak dengan sikapmu yang selalu ingin

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Cinta Di Ujung Botol   Rahasia Di Masa Lalu

    Terdengar suara Robby di telinga Anna sedang memanggil kedua putranya, dia segera melangkah ke sisinya sambil menitikkan air mata."Anna!" dia melirik ke arah istrinya dengan kantung oksigen menutupi mulut dan juga hidungnya."Mas...," Anna tak mampu menahan lagi air mata yang membendung di kelopak matanya.Rio hanya menatap keduanya dari depan tempat tidur, hatinya tak merasakan apapun ketika melihat sang ayah sudah mulai menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik. Dia melihat Robby sedang membisikkan sesuatu kepada Anna.Air mata sang ibunda berderai semakin kencang, seolah dia sedang mendapatkan sebuah pesan yang sangat mengiris hatinya."Rio kemari nak," kata Anna memanggil putra sulungnya untuk duduk di samping Robby.Anna membukakan kantung oksigen yang melingkar di wajahnya, agar Robby dapat berbicara dengan jelas kepada Rio.Keduanya hanya saling beradu pandang tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10

Bab terbaru

  • Cinta Di Ujung Botol   Serangan Dari Luar

    Alinda melangkah cepat, membuntuti Nadia menuju ruang interogasi."Apa yang kau sembunyikan di sakumu, Nadia?" tanyanya dingin, matanya mengawasi gerak tangan gadis itu.Nadia menoleh tajam. "Kenapa kau terlihat gelisah? Atau... kau yang sebenarnya menyimpan sesuatu dari kami?" tatapannya lurus menusuk.Langkah Alinda melambat. Tangannya perlahan merogoh sesuatu dibalik tubuh, menggenggam pisau yang kini terangkat setengah ke udara—siap menebas kapan saja."Syukurlah..." suara Rio terdengar dari dalam ruangan. Tubuhnya muncul dari balik pintu. "Aku perlu bicara denganmu. Dan juga Viktor." Suaranya datar, tapi tegas. Ia melirik Nadia, lalu memberi isyarat agar masuk bersamanya.

  • Cinta Di Ujung Botol   Serangan Sistem

    Rio mengendap, mencoba mengintip melalui jendela kecil yang terlalu tinggi untuk dijangkau. Ia berjinjit, mencari sudut pandang lebih baik.“Aku sudah kirim semua file yang kau minta. Sekarang tinggal kirim uangnya ke rekeningku,” ujar suara terdistorsi dari alat pengubah suara. Rio tak bisa mengenali siapa, tapi pria yang berdiri di balik kendaraan itu…wajahnya tak asing. Rio mengenalnya. Sangat.Ia segera mundur. Harus pergi sebelum Viktor atau anak buahnya menyadari.Saat keluar dari celah itu, dari kejauhan Alinda melihatnya. Tatapannya kosong. Ia hanya memutar koin di tangan kanan, pura-pura tak melihat.

  • Cinta Di Ujung Botol   Sabotase Dari Dalam

    Langkah Viktor bergema saat menghampiri Rio. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya gelap. "Kita bertemu Damien. Sekarang," katanya datar, tanpa embel-embel penjelasan.Di halaman depan, iring-iringan kendaraan sudah menunggu. Mesin-mesin menderu pelan, seperti binatang buas yang menahan diri untuk tidak menyerang duluan.Kayla muncul dari belakang, mengenakan jaket hitam dan menenteng tablet. Matanya terus bergerak, membaca situasi."Viktor, kau yakin malam ini tak akan jadi malam terakhir kita?" tanya Kayla suara rendah, menahan keresahan"Jika Damien bicara, kita bergerak. Jika dia diam… berarti kita sudah mati sebelum sempat mulai." jawab Viktor tak menoleh, naik ke kursinya)

  • Cinta Di Ujung Botol   Sosok Itu Muncul

    Dua anak buah Viktor menyeret Andini dengan kasar menyusuri lorong sempit. Lampu gantung di langit-langit berayun pelan, memantulkan cahaya kuning kusam ke lantai beton yang lembap. Di ujung lorong, pintu baja terbuka perlahan dan interogasi pun dimulai.Andini dijatuhkan ke kursi logam, tangan terikat ke belakang. Nafasnya pendek. Matanya liar.Rio duduk menyamping, diam. Luka di pelipisnya masih merah, tapi sorot matanya lebih tajam dari sebelumnya. Di sisi lain ruangan, Kayla mondar-mandir seperti singa betina yang dikurung.Viktor berdiri menghadap dinding monitor, memutar ulang rekaman ledakan gudang senjata. Suaranya pelan, tapi penuh tekanan. “Ini bukan kebetulan. Seseorang tahu lokasi kita. Tahu rencana kita.”

  • Cinta Di Ujung Botol   Ancaman Dalam Bayangan

    Malam itu mereka menuju Lorentz Base, tempat dimana Rio akan memulai kembali semuanya tapi dengan bisnis yang lebih mendebarkan.Tempat ini merupakan persembunyian Damien sebelum dia mendekam di penjara.Debu beterbangan setiap kali langkah mereka menginjak lantai beton yang retak. Bau logam tua dan oli sangit menyusup ke hidung Rio, membangkitkan ingatan lama yang tak diundang.Viktor berjalan di depan, membuka gerbang baja dengan suara berderit nyaring."Selamat datang kembali di sarang Damien," gumamnya dingin.Rio melangkah masuk. Matanya menyapu sekeliling — dinding dengan bekas peluru, tangga spiral berkarat, dan peta strategi berjamur yang masih tergantung di dinding, penuh coretan merah."Dulu Damien memulai semuanya dari tempat ini

  • Cinta Di Ujung Botol   Siapa Yang Harus Ku Percaya

    Pagi itu, Andini terbangun perlahan. Dia masih bersandar dalam pelukan Rio, tubuh mereka terbalut kehangatan yang kontras dengan udara dingin yang merayap dari mulut gua.Kabut tipis melayang di udara, membentuk bayangan samar di luar sana. Suara tetesan air embun jatuh dari batu-batu di langit-langit, menciptakan irama pelan yang terasa hampir romantis — jika saja situasinya tak begitu berbahaya.Tiba-tiba, suara teriakan menggema di kejauhan."Alinda... sepertinya mereka di dalam mulut gua!" Suara Reynold—panik, mengancam—menggetarkan dinding batu.Andini membeku, lalu dengan cepat menggoyangkan tubuh Rio. "Rio... bangun. Rey dan Alinda... mereka mencari kita," bisiknya tergesa, nadanya d

  • Cinta Di Ujung Botol   Semakin Dekat Dengannya

    Bayangan moncong senjata nampak dari balik pintu, Rio mengangkat satu jari ke depan mulutnya.Saat pria itu masuk, Rio langsung menarik senjatanya kemudian mengapit lehernya sambil membekap mulut hingga dia tak bernafas.Rio menyelinap keluar, masih ada dua orang bersenjata sedang mengelilingi kabin tua ini, dia sengaja meninggalkan Andini untuk menjadi umpan."Jangan berge-," belum selesai bicara, Rio langsung memutar kepalanya pemburu tersebut dari belakang.Suara tulang berderak kencang, lehernya patah.Tubuhnya langsung ambruk ke tanah."Rio di belakangmu," Andini memekik menunjuk pemburu lain yang siap menyerangnya.Dengan sigap Rio berguling lalu menarik pisau yang ada di kakinya, kemudian menusuk perutnya berkali-kali hingga tewas.Kedua matanya kembali mengawasi keadaan sekitar, setelah di rasa aman, Rio segera menarik Andini untuk segera keluar dari kabin ini.Kabut tipis

  • Cinta Di Ujung Botol   Pelarian Tak Berujung

    Asap tebal mengepul dari reruntuhan vila, menciptakan kabut kelabu yang mengaburkan pandangan. Rio bangkit dengan tubuh remuk, setiap gerakannya menusuk sakit, tapi dia menahan semua itu. Dia tidak punya pilihan.Matanya liar mencari satu sosok."Andini!" teriaknya, suara serak karena asap.Dia merangkak di antara puing-puing, menahan batuk, hingga akhirnya menemukan Andini tergeletak.Gadis itu masih bernafas, meski wajahnya penuh debu dan darah tipis mengalir di pelipis."Andini, kau dengar aku?" Rio memegang bahunya, mengguncangnya perlahan.Andini membuka mata, pandangannya buram,

  • Cinta Di Ujung Botol   Nadia Si Mata-Mata

    Rio langsung melompat berdiri, insting bertahan hidupnya meraung liar."Mereka menemukan kita..." desis Alinda, matanya menyala.Sebelum Rio sempat bertanya siapa "mereka"—BOOM!Ledakan brutal mengguncang vila. Dinding retak, lantai bergetar, dunia Rio berputar keras."Andini!!" Rio meraung, tubuhnya limbung tapi tekadnya keras. Dia merangkak di tengah puing-puing, Alinda menarik bajunya kasar."Ada senjata di bawah kasur!" teriak Alinda sambil melindungi kepala dari reruntuhan yang berjatuhan seperti hujan neraka.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status