Home / Urban / Cinta Di Ujung Botol / Dendam Yang tersimpan

Share

Dendam Yang tersimpan

Author: Grafz23
last update Huling Na-update: 2025-01-10 22:17:55

"Singkirkan omong kosongmu Ran-du!" tantang Rio mengangkat stick golf yang ada di tangannya.

"Rupanya kau lupa dengan masa lalu di antara kita huh?" dengan santai Randu membalas.

"Tidak akan ada tempat bagi pengkhianat sepertimu bajingan!" bentak Rio, langkahnya terhenti oleh Reynold yang sudah terlebih dahulu menghajar dua security yang berada di sampingnya.

Beberapa anak buah Randu berusaha untuk membantu kedua orang yang sudah tak berdaya di tangan Rey, namun langkahnya pun di hentikan oleh Randu. Dia tahu jika Reynold bukan orang yang bisa di hentikan, dan hanya akan memperkeruh suasana di tempat ini.

"Kau rela datang demi wanita kotor seperti dia?" tanya Randu membuka kacamata hitam yang menempel di wajahnya.

"Serahkan dia sekarang atau...," ancam Rio, "atau kau akan membuat dirimu malu di hadapan semua orang?" timpal Randu.

"Kau masih saja seperti dulu Rio, tak mampu membedakan mana yang baik untukmu," sesal Randu, teringat masa lalunya,  ketika dia sedang membangun Wordcount Company bersama. Lalu terpaksa pergi meninggalkan semua itu karena kesalahan yang tidak pernah di buatnya.

"Aku selalu tau apa yang terbaik untukku," ungkap Rio.

"Bawa pelacur itu kemari, lalu usir mereka," Randu kemudian masuk kembali ke dalam lift bersama James meninggalkan pertikaian diantara keduanya.

"Tuan, kenapa kau selalu saja mengalah kepada Tuan Rio, padahal aku selalu ingin menghabisinya?" tanya James penasaran.

"Aku punya rencana besar untuk mereka James," 

Beberapa saat kemudian, Andini nampak dalam pengawalan James. Tubuh kecilnya di dorong hingga terpelanting ke lantai. James merapatkan kedua jari, lalu mengarahkannya ke wajah Rio sambil berkata, "boom!" lalu dia masuk ke dalam lift bersama beberapa anak buahnya.

POV END

"Malam itu aku sudah mengirimkan pesan kepada Lucy serta Randu agar tidak lagi mengganggu Andini," jelas Rio kepada Laudya.

Dia merasa jika Rio sudah benar-benar jatuh cinta kepada Andini, sementara di sisi lain ada hati yang harus di jaga olehnya. Laudya tidak pernah mengerti, kenapa sang kakak rela mengorbankan dirinya demi Andini, bahkan dia harus rela masuk ke dalam bahaya.

Malam itu Laudya hanya bisa termenung di samping Rio, entah harus berbuat apa lagi untuk menyadarkan pria yang menjadi idolanya itu.

Pagi hari Rio segera berpamitan kepada Robby dan Anna, karena harus segera menemui beberapa koleganya yang akan datang untuk berinvestasi di Company miliknya.

"Ayah harap kau bisa membagi waktumu dengan kami Rio," nasihat Robby saat Rio mencium tangannya.

"Aku pernah berada di posisi sepertimu, namun semua itu hanyalah ego yang ada di dalam diri," lanjut Robby, kesal karena Rio tidak pernah menggubris apa yang terlontar dari mulutnya.

"Aku pamit ayah...ibu," dengan tatapan kosong dia menatap keduanya.

Anna hanya bisa terdiam, lalu mengantar Rio menuju kendaraan yang akan di tumpangi olehnya. Dia hanya bisa menjadi penengah dari pertikaian antara anak dan ayah, terkadang Anna harus mempu menjadi wanita yang adil, membagi kasih sayang terhadap Robby dan Rio. Meskipun berat, tapi Anna selalu bisa memberikan yang terbaik bagi keduanya.

Saat Rio menyalakan kendaraannya, Laudya berusaha masuk ke dalam kendaraan.

"Kau mau kemana Lody?" tanya Anna heran karena dia bersikap tidak seperti biasanya.

"Bu..., aku ingin pergi bersama kakak," jawab Laudya.

Anna terkejut dengan keputusan Laudya, karena tiba-tiba dia memutuskan sesuatu yang tidak pernah di bicarakan sebelumnya. Kedua mata Anna terbelalak, melihat dua tas besar sudah berada di tangan Laudya.

"Biarkan dia pergi Anna!" sayup terdengar suara Robby dari dalam rumah.

"Apa yang terjadi sebenarnya Laudya? kenapa kamu tidak bicara terlebih dahulu dengan ibu?" tanya Anna heran dengan keputusannya.

"Aku lelah bu....lelah dengan ayah yang selalu saja menekan aku," jawab Laudya, nampak air matanya membendung di balik kelopak.

Anna hanya bisa memberikan sentuhan di pipi Laudya, dia mengerti jika sifat keras Robby yang membuat semuanya seperti ini. 

"Anna ayo masuk, aku ingin buang air kecil!" teriak Robby. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Di Ujung Botol   Akhir Cerita

    HUTAN PINUS — PERBATASAN VELMORA — MENJELANG MALAMAsap tipis mengepul di antara pepohonan. Bau damar terbakar menempel di udara, menutupi bau dingin tanah lembap. Kayla berjalan di belakang Damien, langkahnya berat, menembus kabut senja yang perlahan menutup jalan setapak.Di antara pepohonan rimbun, berdirilah sebuah pondok tua — bangunan kayu setengah rapuh, nyaris tersembunyi. Tapi di depan pondok, seorang pria berdiri membelakangi cahaya lampu gas. Jasnya hitam panjang, rambutnya perak, tubuhnya tegap. Seolah waktu tak berani menua di bahunya.Lucifer menoleh perlahan saat langkah kaki Kayla dan Damien berhenti di hadapannya. Tatapannya tajam, tapi bibirnya melengkung tipis — senyum yang selalu membuat orang ragu: ini senyum malaikat atau iblis?Kayla menunduk, seolah ragu menatapnya.Damien menepuk bahu Kayla, lalu mendekat ke samping Lucifer.“Kami di sini.” Suara Damien datar, menekan semua rasa takut yang sempat bangkit di tenggorokan Kayla.Lucifer mendekat selangkah — jarak

  • Cinta Di Ujung Botol   Tidak Untuk Kayla

    Kayla berdiri di balik tembok semen, hanya sebagian tubuhnya yang tersentuh cahaya. Angin menampar pipinya, menahan debur di dada yang tak mau tenang.Rio berdiri memunggunginya. Asap rokok mengepul, terurai ke langit. Tangannya gemetar menahan bara di ujung jemari. Dia tahu. Dia selalu tahu.Tanpa menoleh, Rio berucap pelan — hanya cukup terdengar oleh angin yang membawa namanya. “Keluar.”Ada jeda. Hembusan napas panjang. Lalu, suara langkah ragu — gesekan sol sepatu di lantai balkon.Kayla menampakkan diri. Matanya sembunyi di bawah bayangan poni. Bahunya naik-turun menahan kata-kata yang tak pernah sempat diucapkan.Rio masih tak berbalik. Hanya satu gerakan: ia buang puntung rokok ke lantai, menginjak bara merahnya sampai padam. Bau tembakau masih menempel di udara. “Kenapa?” Suaranya pecah, tapi datar.“Kenapa kau di sini, Kay?”Kayla menatap punggungnya. Jemari kurusnya meremas sisi dress hitam di pinggang. Tak ada jawaban. Hanya napas, bercampur isak yang ditahan paksa.Pelan

  • Cinta Di Ujung Botol   Pertemuan Yang Tak Terduga

    Hujan deras masih membasahi atap-atap besi Velmora. Api membakar di beberapa sudut distrik Tenebris — markas Vox pertama jatuh malam ini. Bau mesiu dan besi terbakar menyesakkan paru.Rio berjalan di depan pasukan intinya — Leon, Cole, dan puluhan aliansi bersenjata lengkap. Sepatu mereka menapaki genangan darah bercampur hujan.Di bawah panggung kumuh Teater Aurora — lubang persembunyian para penatua bayangan — kini tinggal puing. Tembakan senapan sunyi bergema sesekali, memastikan tak ada yang lolos.Rio menendang pintu baja terakhir, menyorot lampu senter ke dalam. Puluhan pria berjas hitam terkapar, beberapa masih bernafas. “Habisi semua. Tak ada simpa

  • Cinta Di Ujung Botol   Pertarungan Terakhir

    Angin besi berputar. Pecahan logam berserakan. Di satu sisi, Rio berdiri tertatih, darah membasahi perutnya. Di depannya, Lucifer, berdiri tegak dengan dua belati perak. Di sisi seberang, Supreme Vox merentangkan tongkat naga — di belakangnya, empat penjaga bayangan bergerak membentuk formasi setengah lingkaran.Suara logam saling beradu saat kaki menggesek genangan darah.Suara nafas. Suara mesin. Sunyi yang menggertak.Lucifer menoleh separuh ke Rio. “Kau bisa berdiri?”Rio mengangguk, meski bibirnya sobek. “Aku masih bisa bertahan sampai naga sialan itu remuk ke tanah.”Supreme Vox mengetuk tongkatnya sekali. “Serang!!.”SEKETIKA.

  • Cinta Di Ujung Botol   Kematian Randu

    1 Jam sebelum penyerangan, Randu sudah menyiapkan kejutan bagi Rio dengan menculik Andini diam-diam dan membuat Viktor terluka parah. Anak buah Randu menyeret Andini ke dalam kendaraan untuk di jadikan sebagai tumbal jika Rio ingin membunuh Randu.KEMBALI KE RUANG KOMANDOAlarm yang meraung, membuat anak buah Vox langsung menyergap Rio dan anak buahnya, namun Leon dan yang lainnya berusaha menahan mereka agar Rio bisa masuk ke ruangan Randu.Pintu baja terhempas terbuka. Hembusan asap mesiu dan bau oli terbakar memenuhi ruangan. Kabel-kabel terjulur dari panel listrik yang meledak separuh. Di tengah, Andini terbaring di lantai, tangannya terikat ke pilar.Di seberang ruangan, Randu berdiri. Jasnya compang-camping, dada setengah terbuka. Di tangan kanannya, sebilah pisau tempur berkilat di bawah lampu darurat yang berkedip.Rio menjejakkan kaki ke dalam r

  • Cinta Di Ujung Botol   Dendam Yang Terbalas

    Distrik Zenith - 10.22Kabut pagi yang mestinya sejuk, berubah jadi selimut asap hitam. Ledakan roket terdengar di kejauhan. Pecahan kaca hujan di jalanan. Zenith — distrik industri yang Rio jadikan pusat distribusi bantuan — kini jadi medan terakhir menahan gelombang Inferno Unit kiriman Randu.Di menara kontrol, Zaria berdiri, matanya dingin menatap peta digital di depannya. Lampu-lampu merah berkedip, tanda jalur serangan Vox makin mendekat.“Pos Delta lumpuh! Mereka menembus rel kereta!” teriak salah satu operator.Zaria menghempaskan tangannya ke meja. “Pindahkan tim senapan ke gerbang barat! Lindungi pusat logistik!”Dia meraih radio, suaranya tajam, menusuk asap dan kebisingan di luar. “Sera, bawa orangmu ke atap! Fokus habisi sniper mereka!”JALAN UTAMA ZENITH – 10.40Di bawah, pasukan Fraksi Zaria — mantan tentara bayaran, pekerja tambang, rakyat yang diangkat senjata — berdiri di balik barikade mobil terbakar. Peluru bersarang di dinding-dinding pabrik.“HIDUP ATAU MATI, SEK

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status