Share

Tatapan Andini

Penulis: Grafz23
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 22:17:39

Pagi hari terdengar suara dering menusuk telinga Andini hingga dia terbangun seketika, lalu dia segera mengambil ponsel yang ada di seberangnya.

"Bisa-bisanya kamu mengkhianatiku lagi Andini!" pria di balik telepon itu langsung membentaknya.

Andini terdiam seketika, tak mampu berkata apa-apa lagi selain meneteskan air mata dengan kepala tertunduk.

"Hey Syam! kalau kau punya nyali, datanglah kemari, daripada kau membatasi kekasihmu seperti itu!" tak di sangka Rio langsung mengambil telepon genggam milik Andini, lalu balas memaki pria tersebut.

"Bangsat kau Rio!" pekik Syam, "kau pikir kau siapa huh!" dia menantangnya.

"Ah kau ini memang tolol!" ejek Rio sambil tertawa.

"Seharusnya kau sadar, Andini itu siapa!" 

".....," tak ada balasan apapun dari Syam, tak lama dia pun menutup teleponnya.

Rio memberikan ponsel itu kembali kepadanya, kemudian memberikan sentuhan kecil ke atas kepalanya. Dia sadar bahwa wanita yang sedang bersamanya itu adalah pemain cinta, namun hatinya selalu saja menolak jika Andini mampu menjadi wanita yang dia harapkan.

Dengan tubuh terbalut handuk, Rio mengarahkan pandangannya ke arah Andini, dari depan pintu kamar mandi. 

Gadis berambut hitam itu sedang berusaha menahan air mata yang sudah tak mampu di bendung lagi. Meskipun nampak senyuman di wajahnya, dia sedang memperlihatkan kegelisahannya kepada pria idamannya itu.

"Sudah ku katakan agar kamu tidak bermain cinta dengannya," celoteh Rio.

"lalu aku harus bagaimana?" tanya Andini, "mencintaimu pun aku tidak bisa!" tegasnya.

"Kau tau kan, jika aku ini adalah penikmat wanita," Rio mengancingkan pakaiannya.

"Aku sadar mas, aku memang telah mencintai orang yang salah, tapi kenyataannya kamu memang selalu membuatku tak mampu menahan diri saat berada di sampingmu," air matapun akhirnya jatuh menghancurkan rias wajah yang sudah tak sempurna lagi.

Rio berusaha untuk mendekat ke arah Andini, dengan tatapan wajah penuh cinta. Kedua tangannya langsung melingkar mesra ke tubuh kecil wanita malam itu, lalu berkata, "cinta itu datang bukan karena kita yang mau bukan?"

Andini mendekap erat tubuh Rio, seolah dia tak ingin pergi jauh darinya. 

Setelah beberapa menit, Rio langsung mengambil jas yang menggantung di dalam lemari kemudian berpamitan kepadanya untuk kembali ke kantor. Sesampainya di sana, Reynold telah menunggu di dalam ruangan sambil menggelengkan kepala.

"Sudah ku duga kalau kau tidak akan mampu menahan panah asmara dari dia," lalu menyodorkan segelas kopi kepadanya.

"Diam kau Rey!" dengan kerutan di wajahnya dia menimpali perkataan dari sahabatnya itu, kemudian kembali menuju meja kerjanya.

Sore hari Rio segera kembali ke rumah dengan perasaan berkecamuk karena telah mengingkari janji kepada ibundanya. Dengan langkah lesu, dia segera memasuki rumah sambil memanggilnya, namun sayangnya tidak ada sautan dari wanita yang telah menunggunya dari sejak malam.

Rio melihat sepucuk surat yang tersimpan di dalam ruangan kerjanya, "nak, ibu harus segera kembali karena ayahmu kembali harus therapy hari ini, ibu harap kamu tidak lupa diri dengan apa yang telah kamu raih saat ini."

Rio hanya bisa mengunci mulutnya, kemudian segera merapikan pakaian untuk menuju rumah kedua orang tuanya yang ada di kota sebelah. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di sana, karena gaya Rio yang arogan saat membawa kendaraan, mampu mempersingkat waktu tempuh perjalanan.

"Ibu....!" sapa Rio saat memasuki rumah sederhana miliki kedua orang tuanya.

Dia segera menyalami dan mengecup kening kedua orang tuanya.

"Rio...," Sang ayah membalas sapaan Rio, "aku pikir kau bisa mengutamakan wanita yang telah melahirkanmu," dengan nada ketus dia menegurnya.

"Maafkan aku ibu, semalam aku memang terlalu sibuk, seharusnya malam itu aku serahkan saja semuanya kepada Rey," kata Rio berusaha menutupi kesalahannya.

Anna tidak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya, dia lanjut menyuapi Robby yang sudah siap melahap sup ayam yang ada di tangan istri tercintanya itu. 

Rio berencana untuk menginap di rumah sederhana itu, mengenang semua masa-masa kelam yang pernah di lalui oleh dia dan keluarganya. Sang adik yang bernama Laudya kemudian datang menghampiri Rio.

"Apa kakak masih berhubungan dengan wanita itu?" tanya Laudya, mengejutkan Rio hingga tersedak oleh asap rokok yang di hisapnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Di Ujung Botol   Akhir Cerita

    HUTAN PINUS — PERBATASAN VELMORA — MENJELANG MALAMAsap tipis mengepul di antara pepohonan. Bau damar terbakar menempel di udara, menutupi bau dingin tanah lembap. Kayla berjalan di belakang Damien, langkahnya berat, menembus kabut senja yang perlahan menutup jalan setapak.Di antara pepohonan rimbun, berdirilah sebuah pondok tua — bangunan kayu setengah rapuh, nyaris tersembunyi. Tapi di depan pondok, seorang pria berdiri membelakangi cahaya lampu gas. Jasnya hitam panjang, rambutnya perak, tubuhnya tegap. Seolah waktu tak berani menua di bahunya.Lucifer menoleh perlahan saat langkah kaki Kayla dan Damien berhenti di hadapannya. Tatapannya tajam, tapi bibirnya melengkung tipis — senyum yang selalu membuat orang ragu: ini senyum malaikat atau iblis?Kayla menunduk, seolah ragu menatapnya.Damien menepuk bahu Kayla, lalu mendekat ke samping Lucifer.“Kami di sini.” Suara Damien datar, menekan semua rasa takut yang sempat bangkit di tenggorokan Kayla.Lucifer mendekat selangkah — jarak

  • Cinta Di Ujung Botol   Tidak Untuk Kayla

    Kayla berdiri di balik tembok semen, hanya sebagian tubuhnya yang tersentuh cahaya. Angin menampar pipinya, menahan debur di dada yang tak mau tenang.Rio berdiri memunggunginya. Asap rokok mengepul, terurai ke langit. Tangannya gemetar menahan bara di ujung jemari. Dia tahu. Dia selalu tahu.Tanpa menoleh, Rio berucap pelan — hanya cukup terdengar oleh angin yang membawa namanya. “Keluar.”Ada jeda. Hembusan napas panjang. Lalu, suara langkah ragu — gesekan sol sepatu di lantai balkon.Kayla menampakkan diri. Matanya sembunyi di bawah bayangan poni. Bahunya naik-turun menahan kata-kata yang tak pernah sempat diucapkan.Rio masih tak berbalik. Hanya satu gerakan: ia buang puntung rokok ke lantai, menginjak bara merahnya sampai padam. Bau tembakau masih menempel di udara. “Kenapa?” Suaranya pecah, tapi datar.“Kenapa kau di sini, Kay?”Kayla menatap punggungnya. Jemari kurusnya meremas sisi dress hitam di pinggang. Tak ada jawaban. Hanya napas, bercampur isak yang ditahan paksa.Pelan

  • Cinta Di Ujung Botol   Pertemuan Yang Tak Terduga

    Hujan deras masih membasahi atap-atap besi Velmora. Api membakar di beberapa sudut distrik Tenebris — markas Vox pertama jatuh malam ini. Bau mesiu dan besi terbakar menyesakkan paru.Rio berjalan di depan pasukan intinya — Leon, Cole, dan puluhan aliansi bersenjata lengkap. Sepatu mereka menapaki genangan darah bercampur hujan.Di bawah panggung kumuh Teater Aurora — lubang persembunyian para penatua bayangan — kini tinggal puing. Tembakan senapan sunyi bergema sesekali, memastikan tak ada yang lolos.Rio menendang pintu baja terakhir, menyorot lampu senter ke dalam. Puluhan pria berjas hitam terkapar, beberapa masih bernafas. “Habisi semua. Tak ada simpa

  • Cinta Di Ujung Botol   Pertarungan Terakhir

    Angin besi berputar. Pecahan logam berserakan. Di satu sisi, Rio berdiri tertatih, darah membasahi perutnya. Di depannya, Lucifer, berdiri tegak dengan dua belati perak. Di sisi seberang, Supreme Vox merentangkan tongkat naga — di belakangnya, empat penjaga bayangan bergerak membentuk formasi setengah lingkaran.Suara logam saling beradu saat kaki menggesek genangan darah.Suara nafas. Suara mesin. Sunyi yang menggertak.Lucifer menoleh separuh ke Rio. “Kau bisa berdiri?”Rio mengangguk, meski bibirnya sobek. “Aku masih bisa bertahan sampai naga sialan itu remuk ke tanah.”Supreme Vox mengetuk tongkatnya sekali. “Serang!!.”SEKETIKA.

  • Cinta Di Ujung Botol   Kematian Randu

    1 Jam sebelum penyerangan, Randu sudah menyiapkan kejutan bagi Rio dengan menculik Andini diam-diam dan membuat Viktor terluka parah. Anak buah Randu menyeret Andini ke dalam kendaraan untuk di jadikan sebagai tumbal jika Rio ingin membunuh Randu.KEMBALI KE RUANG KOMANDOAlarm yang meraung, membuat anak buah Vox langsung menyergap Rio dan anak buahnya, namun Leon dan yang lainnya berusaha menahan mereka agar Rio bisa masuk ke ruangan Randu.Pintu baja terhempas terbuka. Hembusan asap mesiu dan bau oli terbakar memenuhi ruangan. Kabel-kabel terjulur dari panel listrik yang meledak separuh. Di tengah, Andini terbaring di lantai, tangannya terikat ke pilar.Di seberang ruangan, Randu berdiri. Jasnya compang-camping, dada setengah terbuka. Di tangan kanannya, sebilah pisau tempur berkilat di bawah lampu darurat yang berkedip.Rio menjejakkan kaki ke dalam r

  • Cinta Di Ujung Botol   Dendam Yang Terbalas

    Distrik Zenith - 10.22Kabut pagi yang mestinya sejuk, berubah jadi selimut asap hitam. Ledakan roket terdengar di kejauhan. Pecahan kaca hujan di jalanan. Zenith — distrik industri yang Rio jadikan pusat distribusi bantuan — kini jadi medan terakhir menahan gelombang Inferno Unit kiriman Randu.Di menara kontrol, Zaria berdiri, matanya dingin menatap peta digital di depannya. Lampu-lampu merah berkedip, tanda jalur serangan Vox makin mendekat.“Pos Delta lumpuh! Mereka menembus rel kereta!” teriak salah satu operator.Zaria menghempaskan tangannya ke meja. “Pindahkan tim senapan ke gerbang barat! Lindungi pusat logistik!”Dia meraih radio, suaranya tajam, menusuk asap dan kebisingan di luar. “Sera, bawa orangmu ke atap! Fokus habisi sniper mereka!”JALAN UTAMA ZENITH – 10.40Di bawah, pasukan Fraksi Zaria — mantan tentara bayaran, pekerja tambang, rakyat yang diangkat senjata — berdiri di balik barikade mobil terbakar. Peluru bersarang di dinding-dinding pabrik.“HIDUP ATAU MATI, SEK

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status