Share

Bab 110

Author: Maria Anita
Tiba-tiba pintu kantor terbuka, dan sekelompok wanita yang dipimpin Minda menerobos masuk.

"Apa lagi yang kamu lakukan sekarang, Adit?" Minda langsung meledak penuh amarah.

"Minda, tolong, jangan sekarang." Aditya memohon, nadanya terdengar lelah.

"Justru sekarang! Aku sudah memperingatkanmu, Adit. Jangan macam-macam dengan temanku." Minda duduk di sampingku dan langsung memelukku erat. "Keluar sana. Teman-temanmu menunggumu di lobi. Biarkan kami yang urus Citra. Ayo, cepat!" Nada suaranya penuh kemarahan!

Aditya mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencium keningku dengan lembut, lalu meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun. Saat aku mengangkat kepala, kulihat para sahabatku mengelilingiku: Minda, Sekar, Tina, Vivi, Melati.

"Sekar langsung menelepon kami begitu semuanya terjadi, dan kami bergegas ke sini untuk menemanimu," jelas Tina lembut. "Robin sudah ceritakan segalanya."

Aku merasa begitu terlindungi oleh perempuan-perempuan luar biasa ini, yang rela meninggalkan segalanya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 120

    Begitu aku tiba di lantai eksekutif, Sekar langsung lompat dari mejanya dan tarik aku masuk ke kamar mandi."Ayo, cerita! Cerita! Gimana tadi?""Itu benar-benar menyenangkan, Sekar. Benar-benar menyenangkan. Tapi aku bakal cerita semuanya pas malam kumpul nanti, jadi cukup sekali aku ulang ceritanya.""Ya ampun, kamu bikin kita penasaran sampai nanti malam!"Sekar cemberut manja. "Tapi dengar dulu ya, Adit tahu kamu makan siang sama Lukman.""Kok dia bisa tahu?""Desta yang kasih tahu.""Dan...... "Aku denger dia ngomong ke Peter... katanya, lebih baik kamu suka sama cowok lain saja. Dia nggak mau kamu terus-terusan terluka, dan dia bilang Lukman orang baik. Tapi Cit, dia hancur.""Aku tahu, Sekar. Tapi aku nggak bisa biarkan diriku tenggelam. Aku punya seorang anak yang butuh aku. Lukman orang yang luar biasa, dan kami sepakat untuk jadi teman. Dia tahu keadaanku, tahu perasaanku. Adit akan segera menikah dan aku nggak mau jadi pihak ketiga.""Kamu benar. Ayo, kita balik kerja."Saat

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 119

    Lukman pakai celana bahan berwarna abu-abu yang serasi dengan rompinya. Ia nggak pakai jaket, hanya rompi yang dipadukan dengan kemeja putih lengan panjang yang digulung hingga siku dan tiga kancing teratas dibiarkan terbuka, tanpa dasi. Pakaiannya jelas jahitan khusus, karena itu membalut tubuhnya dengan sempurna dan menampilkan siluet ototnya di balik kain. Ia juga pakai kacamata hitam, dan rambut pendeknya yang berwarna coklat tertata rapi. Janggutnya terpotong rapi namun tetap tipis, seperti pria yang belum bercukur selama dua atau tiga hari. Nggak seperti Vivi saudaranya, kulitnya nggak ada bintik-bintik. Ia benar-benar pria tampan."Ya ampun! Kamu buat aku nggak bisa napas!" kata Lukman berhenti tepat di depanku. "Gimana bisa kamu terlihat lebih cantik lagi dibanding terakhir kali kita ketemu, Citra?""Oh, Lukman, kamu manis banget," jawabku tersipu.Ia mengecup pipiku lembut lalu membukakan pintu mobil dan menyodorkan tangan untuk membantuku masuk. Aku duduk, pakai sabuk pengama

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 118

    Keesokan harinya, meskipun malam sebelumnya aku sangat gelisah dan pikiran terus berputar, aku nggak selelah biasanya. Begitu tiba di kantor, aku disambut senyuman lebar dan pelukan hangat dari Sekar."Sayang, aku sudah nunggu kamu buat ngopi bareng. Aku tadi mampir ke toko roti dekat rumah dan beli muffin coklat.""Aku suka muffin coklat," kataku sambil tersenyum. "Aku taruh tas dulu, ya."Aku masuk ke ruanganku, taruh tas di tempat biasa, lalu nyalakan komputer. Nggak lama kemudian, Peter masuk, meraih tanganku dengan hangat, dan bertanya, "Gimana kabar asisten tercantik di dunia hari ini?""Aku baik-baik saja, Peter. Makasih! Dan maaf soal kemarin... sudah menguasai sofamu seharian." Aku tersenyum kepadanya."Oh, jangan minta maaf! Justru menyenangkan bisa kerja sambil lihat wanita secantik kamu tidur di sofa," katanya sambil mengedipkan mata jenaka. "Kapan pun kamu mau, silakan ulangi lagi." "Kamu memang keterlaluan! Aku mau ngopi sebentar sama Sekar, lalu balik lagi untuk nyicil

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 117

    Aku terbangun dalam temaram. Cahaya samar dari sebuah lampu di seberang ruangan menyinari dengan lembut. Saat menoleh ke sekeliling, aku mengenali ruangan itu. Itu kantor Peter. Di balik jendela, langit malam sudah terlihat gelap, tapi aku nggak paham apa yang sebenarnya terjadi. Hal terakhir yang kuingat adalah duduk di depan komputer di ruanganku dan dilanda rasa kantuk yang nyaris nggak tertahankan. Itu masih pagi tadi.Aku ubah posisi dan merasakan sentuhan hangat di pergelangan kaki. Aku kenal sentuhan itu sebelum melihatnya. Kaki-kakiku rupanya bersandar di pangkuannya. Aku menggosok mataku, berusaha menyesuaikan diri dengan pencahayaan redup, dan menatapnya. Ia sedang membelai kaki-kakiku dengan lembut."Kamu sudah bangun, malaikatku? Gimana perasaanmu? tanya Aditya dengan suara serak."Agak aneh. Jam berapa ini? Aku nggak ingat pernah datang sini untuk tiduran," kataku merasa cukup bingung."Ini jam sebelas malam. Tadi Mila buatkan kamu teh untuk menenangkanmu, dan dia benar-be

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 116

    Sudut Pandang Aditya."Sekar, gimana kabar Citra?" tanyaku sembari berhenti di depan meja sekretarisku."Parah! Hancur! Kacau balau! Tapi Bu Mila sudah bikinkan teh untuknya dan itu sedikit menenangkannya. Sekarang aku sudah sibuk kerja, tapi karena dia juga sibuk dan nggak ada suara tangisan lagi, aku belum sempat cek ke dalam," jawab Sekar."Aku perlu bicara dengannya. Dia perlu mengerti kenapa aku lakukan hal gila ini," kataku sambil berjalan menuju kantor Citra"Aditya, jangan bikin dia makin hancur. Aku belum yakin apa semua kekacauan ini pantas dibela." Sekar memperingatkan."Maaf, tapi aku harus bicara dengannya," kataku sambil membuka pintu ruangannya.Saat kulihat ke dalam, Citra tertunduk di meja dengan mata tertutup. Aku mendekat, panggil namanya pelan, tapi nggak ada reaksi. Aku coba lagi, tapi nggak jawaban. Tanpa berpikir panjang, aku angkat tubuhnya ke dalam pelukanku. Dia tampak pingsan. Dengan cepat kubuka pintu ruang Peter. Ia sedang duduk di kursinya dan menatapku de

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 115

    Sudut pandang Citra.Hari-hari berlalu begitu lambat, seolah waktu sengaja memperpanjang penderitaanku. Aku menenggelamkan diri dalam pekerjaan, dan setiap waktu luang yang kupunya kuhabiskan bersama putraku atau para temanku. Tapi tetap saja, malam-malamku diliputi kegelisahan. Tidurku tak pernah nyenyak. Kantung mata hitam di bawah mataku kini lebih menyerupai bayangan kelam yang tak mau pergi.Saat tiba di kantor pagi itu, aku langsung menyadari kehadiran sesuatu yang baru. Sebuah rangkaian tulip menghiasi meja kecil di sudut ruangan. Di sampingnya, sebuah kartu dengan tulisan tangan Aditya:[Aku rela mati untukmu, dan aku mulai kehilangan akal tanpamu. Aku akan lakukan apa pun agar kamu nggak menderita.]Aku menunduk, merasakan sesak di dada. Tapi sebelum sempat berpikir lebih jauh, pandanganku teralihkan oleh satu lagi rangkaian bunga di meja sebelah. Tapi kali ini berbeda. Buket itu tampak aneh... bunga-bunga muram yang biasa kulihat di pemakaman. Bunga ini terasa dingin, janggal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status