Share

Bab 191

Penulis: Maria Anita
Sudut pandang Citra.

Kita lagi duduk di ruang sarapan siang Societa. Tempat favorit kita banget. Para satpam tersebar di sekeliling ruangan buat jaga-jaga, tapi mereka tetap kasih kita privasi buat ngobrol. Para cewek pengin tahu semua detail seru soal malam pertamaku. Dan tentu aja, aku senang banget cerita ke mereka gimana romantis, perhatian, dan luar biasanya suamiku.

"Kalau kamu gimana, Min? Gimana rasanya tinggal bareng Fajar?" tanyaku, walaupun sebenarnya aku sudah tahu kalau sahabatku itu lagi bahagia.

"Oh, Cit, Fajarku itu kayak pangeran!" Minda mendesah senang. "Dia tipe yang suka antarin kopi ke tempat tidur, bikin kejutan romantis, dan memperlakukanku kayak ratu!"

"Fajar itu memang pria berwibawa banget, Min." Tina ikut menimpali.

"Kalau kamu, Sekar? Nggak jadi bareng Mohar, ya?" tanya Vivi penasaran.

"Vi, aku sempat jalan sama dia beberapa kali, tapi aku nggak merasa nyaman dan nggak ada yang terjadi juga. Terus dia bilang dia mau menjauh karena katanya dia nggak sabar nu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 199

    Sudut pandang CitraSetelah orang tuaku kembali ke Besana, aku bilang ke Aditya kalau aku ingin menjenguk Fajar di rumah sakit. Dia kurang setuju, katanya aku butuh istirahat. Tapi aku bilang aku nggak akan capek, toh aku bisa pakai kursi roda. Akhirnya dia ikut menemani, dan saat kami sampai, Fajar lagi bareng ibunya. Kunjungannya cuma sebentar sih, tapi aku senang banget bisa lihat sahabatku.Karena sudah di luar, aku bujuk Aditya supaya aku bisa mampir ke mal buat beli beberapa barang yang masih kurang buat anak-anak kami. Dia jelas nggak terlalu suka ide itu, apalagi karena dia nggak bisa ikut. Tapi aku meyakinkan dia kalau aku bakal baik-baik saja bareng pengawal, dan aku juga bakal ketemuan sama para cewek di sana."Tolong ya, sayang, aku butuh banget keluar sebentar. Di rumah terus tanpa ngapa-ngapain bikin aku stres," pintaku sambil pasang wajah memelas."Oke, sayangku. Tapi jangan lama-lama ya. Hati-hati dan jangan jauh-jauh dari pengawal," kata Aditya dengan nada bos di wakt

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 198

    Sudut pandang Citra.Sudah seminggu sejak Fajar dirawat di rumah sakit. Kami ngobrol tiap hari lewat video call. Kondisinya memang masih lemah, tapi syukurlah dia sudah lewat masa kritis. Sementara itu, Pak Jodi masih belum ditemukan.Besok, orang tuaku akan pulang. Hanya orang tua Fajar yang akan tetap tinggal di sini. Aku bakal kangen suasana rumah yang ramai dan semua perhatian manja dari mereka, tapi mereka janji akan balik lagi secepatnya.Aku lagi tiduran di kursi malas di pinggir kolam, bareng Ibu, waktu ponselnya berdering. Dia angkat dengan nada kesal dan cuma bilang "tidak" sebelum langsung menutup panggilan."Ada apa, Bu? Siapa yang bikin kamu kehilangan ketenangan sucimu?" tanyaku sambil bercanda."Nggak ada siapa-siapa.""Bu…" Aku menatapnya serius. "Ada apa sebenarnya?""Nggak ada apa-apa."Kami tetap berada di situ dalam suasana saling diam sampai Aditya dan ayahku datang dan langsung penasaran. Lalu Aditya, dengan tenang, minta Ibu untuk bilang saja apa yang sebenarnya

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 197

    Sudut pandang Aditya.Sudah dua hari sejak aku dapat kabar dari Hadi tentang pengepungan Jodi dan kunjungannya ke Lastri Jamila. Aku bilang ke Citra kalau polisi hampir berhasil tangkap dia. Dia mulai bosan harus berbaring terus sampai akhir kehamilannya. Sudah lebih dari dua minggu dia menjalani istirahat di tempat tidur. Perutnya makin hari makin besar, dan energinya mulai menipis. Aku pun mulai kerja dari rumah sebisa mungkin supaya nggak tinggalin dia sendiri. Teman-teman kami juga selalu ada di sini setiap hari.Sore itu, aku perlu ke kantor. Kuciumin istriku, satu di perutnya, satu lagi di kepala Panji, yang tidur di sampingnya. Citra bilang Panji bakal jaga dia dengan baik. Panji memang anak yang pintar dan ceria, dan aku makin terpukau sama kecerdasannya dan sikap baiknya.Setelah sampai kantor, aku urus semua yang perlu, dan lagi minum kopi bareng Peter saat ponselku berdering. Ternyata Hadi yang nelpon."Halo, Pak Hadi. Ada apa nih?" jawabku dengan santai, tapi suasana langs

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 196

    Sudut pandang Hadi Ferdian.Kantor polisi ini memang luar biasa, nggak pernah ada hari yang membosankan. Aku sudah sebulan kerja di sini, dan lumayan cepat beradaptasi dengan pekerjaan baruku. Tim yang aku pimpin juga kelihatannya cocok dengan cara kerjaku. Apalagi, kerjasama aku dengan Wakil Kepala Andre juga bagus banget. Kami jadi teman dan saling bantu sebisa mungkin. Dia memperlakukanku seperti anak sendiri. Orangnya terhormat, kariernya bersih, dan reputasinya nggak pernah ternoda. Tapi yang bikin aku kesal, si Jodi itu belum juga ketemu sampai sekarang."Pagi, Pak Bos!" Aku menyapa sambil masuk ke ruangannya Andre dengan sekotak kue keju yang aku tahu dia suka banget."Wah, anak muda, kamu memang jagoan! Semua orang di sini bilang gitu." Dia tersenyum lebar. "Dan karena itu, aku mau kasih kamu hadiah, selain kopi, ya."Andre bangkit dari kursinya, menuang dua cangkir kopi, lalu menyerahkan satu padaku. Dia lalu duduk kembali, menggigit kue keju itu, dan memejamkan mata sejenak,

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 195

    Sudut pandang Citra.Minggu itu berlalu dengan cepat, kami kerja keras, tapi untungnya semuanya berjalan lancar dan tenang. Hari Jumat pagi, Jayadi kasih tahu kalau rumahnya sudah siap dan kami bisa pindah. Kami putuskan untuk undang teman-teman dan pindah di akhir pekan, lalu adakan makan siang hari Minggu sambil kumpul-kumpul di kolam renang. Seru banget, suasananya ceria dan hari itu cerah sekali.Aku pakai dress baru yang longgar. Aku sudah masuk bulan keempat kehamilan, dan perutku mulai kelihatan. Pakaianku jadi makin nggak nyaman. Jadi selama minggu itu aku ajak cewek-cewek pergi belanja.Tapi aku makin capek dan Aditya mulai ngotot supaya aku berhenti kerja sampai bayinya lahir. Awalnya aku nggak mau, waktu hamil Panji aku kerja hampir sampai hari kelahirannya. Saat itu aku nggak merasa apa-apa dan masih punya tenaga. Tapi kali ini, aku alamin semua gejala kehamilan yang bisa dibayangin, jadi mulai mikir mungkin emang lebih baik istirahat dulu. Minggu depan aku ada janji sama

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 194

    Sudut pandang Lastri.Tempat ini bener-bener neraka! Mereka sudah tempatkan aku di tempat kotor dan menjijikkan ini bareng cewek-cewek ngeselin selama berhari-hari. Emang sih nggak separah sel tahanan di kantor polisi yang super jorok itu. Tapi tempat ini juga parah. Sehari setelah aku ditangkap, mereka langsung masukin aku ke penjara ini, dan parahnya, aku dikunci di sel yang sama dengan Carisa yang nyebelin itu. Aku pengen congkel matanya."Hei, cewek kaya, kamu kedatangan tamu. Pengacara! Mau ketemu nggak?" Penjaga itu teriak dari pintu sel. Dia adalah wanita kasar dan jutek."Ahh! Akhirnya ayah kirim pengacara buat keluarin aku!" Aku seneng banget sampai tepuk tangan dan loncat-loncat kegirangan.Penjaga kasar itu suruh aku mutar badan dan angkat tangan, terus langsung diborgol, lalu dia buka pintu sel buat aku keluar. Ketika dia mau ngunci lagi, Carisa turun dari tempat tidurnya dan teriak ke aku, "Anak manja yang ngeselin, bilang ke pengacaramu supaya kasih tahu ayahmu kalau di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status