Share

Bab 99

Penulis: Maria Anita
Sudut Pandang Aditya.

Setelah antar Citra ke kantor Dunia Liantar, aku langsung meluncur ke kantorku sendiri. Akhir pekan kami yang baru lewat tuh luar biasa banget. Orang tuanya adalah orang-orang yang sangat baik. Mereka menyambutku dengan sangat hangat hingga aku merasa seperti bagian dari keluarga. Itu sangat berarti bagiku.

Ya, memang ada momen nggak enak sih, kayak drama kecil dari mantannya dan sepupunya yang cemburu dengan Citra itu. Tapi dibanding semua itu, akhir pekan kami tetap terasa sempurna.

Citra balik lagi padaku, dan rasanya... hati ini ingin terbang karena bahagianya. Dan kehadiran Panji bikin semuanya makin lengkap. Kalau orang tuaku masih hidup, aku yakin banget mereka pasti jatuh hati sama Citra dan bakal sayangin Panji kayak cucu kandung sendiri.

Tapi ya, tiap kali inget orang tuaku, hati ini masih perih. Apalagi setelah tahu kalau kecelakaan yang renggut mereka mungkin bukan sekadar kecelakaan, mungkin ada unsur kesengajaan. Rasanya kayak ditusuk pisau di dadaku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 100

    "Hei, Minda! Barusan Heru nelepon aku. Kamu tahu nggak dia mau ngomongin apa?" tanyaku begitu masuk ke kantor Minda sore itu, tepat banget jam kerja sudah hampir berakhir."Hah? Aku nggak tahu tuh, Cit. Aku juga baru tahu dia hubungi kamu. Bentar ya, aku kabari dia kamu sudah datang," jawab Minda sambil bangkit dan jalan pergi ke ruangan Heru. Nggak lama, dia balik lagi dan kasih isyarat buat aku masuk."Citra!" seru Heru sambil nyengir lebar. "Pertama-tama, aku cuma mau bilang, aku seneng banget akhirnya kamu dan temanku bisa balikan juga.""Terima kasih, Heru. Semoga aja temanmu itu nggak bikin masalah lagi ya," balasku dengan senyum geli."Kalau dia macam-macam, kamu tinggal bilang padaku. Aku siap bantu tendang pantatnya!" kata Heru sok serius, tapi malah bikin aku ketawa."Iya, iya, kayak waktu itu, kan? Kamu malah ikutin kami, terus laporin ke dia," sela Minda sambil nyengir jail."Eh, Minda, dia tuh temanku. Aku nggak bisa terlalu galak juga," jawab Heru dengan nada remaja yang

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 99

    Sudut Pandang Aditya.Setelah antar Citra ke kantor Dunia Liantar, aku langsung meluncur ke kantorku sendiri. Akhir pekan kami yang baru lewat tuh luar biasa banget. Orang tuanya adalah orang-orang yang sangat baik. Mereka menyambutku dengan sangat hangat hingga aku merasa seperti bagian dari keluarga. Itu sangat berarti bagiku.Ya, memang ada momen nggak enak sih, kayak drama kecil dari mantannya dan sepupunya yang cemburu dengan Citra itu. Tapi dibanding semua itu, akhir pekan kami tetap terasa sempurna.Citra balik lagi padaku, dan rasanya... hati ini ingin terbang karena bahagianya. Dan kehadiran Panji bikin semuanya makin lengkap. Kalau orang tuaku masih hidup, aku yakin banget mereka pasti jatuh hati sama Citra dan bakal sayangin Panji kayak cucu kandung sendiri.Tapi ya, tiap kali inget orang tuaku, hati ini masih perih. Apalagi setelah tahu kalau kecelakaan yang renggut mereka mungkin bukan sekadar kecelakaan, mungkin ada unsur kesengajaan. Rasanya kayak ditusuk pisau di dadaku

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 98

    Aku terbangun masih dalam pelukan laki-laki yang paling aku cintai di dunia ini. Serius deh, nggak ada rasa yang bisa ngalahin hangatnya dipeluk sama orang yang bener-bener kamu sayang. Kepalaku bersandar manja di dada Aditya, kaki kami saling membelit, dan lengannya merangkul tubuhku erat. Kami sama-sama tanpa sehelai benang pun, semalam dia minta aku nggak usah pakai baju tidur, katanya pengin ngerasain langsung kulitku nempel di tubuhnya. Dan ya ampun, ternyata emang sensasinya luar biasa, kayak dunia berhenti sejenak buat kami berdua.“Pagi, sayangku,” bisiknya sambil nyium pelan keningku. Aku lihat ke atas dan tampak senyumnya yang bikin meleleh.“Kok bisa ya kamu bangun tidur tetap seganteng ini?” godaku sambil senyum-senyum bodoh, lalu dia narik aku untuk dicium pelan. “Selamat pagi, cintaku,” kataku pelan.“Mmm. Aku suka kata-kata itu. Ulangi lagi dong,” katanya sambil ngerayu sambil bercanda juga.“Apa? Ulangi kalau kamu cowok paling ganteng yang pernah aku lihat?” jawabku sam

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 97

    Aku tunggu teman-temanku di gerbang dan masuk ke mobil sebelum Aditya empat keluar untuk bantuin aku."Ada apa, sayangku?" tanya Aditya begitu Fajar tancap gas."Saudara ibuku yang paling ngeselin lagi datang. Tapi nanti aja ceritanya, aku nggak mau stres mikirin itu sekarang. Selamat pagi buat kalian berdua." Aku paksa senyum.Sepanjang jalan, Panji ngoceh terus. Dia bahkan cerita ke Aditya soal gimana dia menjulurkan lidah ke “penyihir”. Kami langsung ngakak dengar itu.Sampai di rumah Minda, kami disambut hangat. Orang tuanya sayang banget sama Panji, sampai-sampai mereka terus bilang pingin cucu lagi. Tapi Minda masih belum kepikiran soal itu.Setelah makan siang, Pak Omar manggil Aditya sama Fajar ke kantornya untuk bicarakan bisnis. Aku dan Minda pun ceritakan semua detail kehidupan kami di Pekanida pada ibunya Minda. Ketika kami mengucapkan selamat tinggal, Minda meninggalkan rumah dengan kopernya siap, karena malam ini kami mau terbang balik. Kami ajak Panji beli es krim dulu

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 96

    Setelah mereka pulang, aku bawa Panji tidur dan balik lagi ke ruang tamu buat ngobrol dengan orang tuaku.“Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu punya masalah di sana, Nak?” tanya Ayah langsung tanpa basa-basi."Karena aku nggak mau kalian khawatir, dan karena aku punya teman yang jadi malaikat pelindungku dan bantu aku cari kerjaan lain yang sama baiknya," jawabku jujur. “Aditya cerita kalau sekarang kamu kerja sama temannya, tapi nanti bakal balik kerja bareng dia,” kata Ayah dengan hati-hati.“Aku belum putusin. Kita lihat nanti,” jawabku sambil mengangkat bahu.“Citra, yang penting kamu bahagia. Ayah suka sama anak muda itu. Niatnya baik, serius, dan kelihatan bertanggung jawab. Dia datang ke sini jujur, ngaku salah, dan dari caramu mandang dia… Ayah tahu kamu sudah jatuh cinta,” kata Ayah, nggak ada yang luput dari sorot matanya.“Iya, Yah. Dia memang pria luar biasa, dan aku jatuh cinta sama dia.” Aku mengaku mantap.“Kalau gitu, jangan terlalu keras sama diri sendiri, apalagi kar

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 95

    Setelah belanja selesai, kami pulang ke rumah. Minda bantuin bawa belanjaan dan kami langsung masuk sambil memanggil orang tuaku. Kami taruh semua tas di atas meja dapur, lalu tiba-tiba Panji lari keluar sambil teriak kegirangan."Aditya! kamu datang?!"Dan suara itu membalas dengan hangat dan penuh rindu, "Tentu aja aku datang, sobat kecilku! Aku kangen banget sama kamu!"Deg! Lututku rasanya lemas waktu denger suara Aditya. Waktu aku noleh, mereka berdua sudah saling peluk erat. Ibu tersenyum lebar, ayah tampak bengong, sementara Minda berdiri bengong juga melihat Fajar jalan ke arahnya."Apa maksudnya ini, Fajar?" Minda nanya serius tanpa niat nyambut pacarnya dengan pelukan."Kami nggak tahan jauh-jauh dari cewek-cewek kami. Apalagi dari Panji," jawab Fajar santai banget.Minda melotot ke arahnya, “Tapi aku bahkan nggak bilang aku bakal ke mana!”"Ya ampun, Minda. Kamu dan Citra liburan bareng. Jadi sudah jelas kalian ke sini. Nggak ada tempat lain selain rumah ini," Fajar nyengir

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 94

    Besok paginya, kami bangun lebih awal. Aroma kopi buatan Ibu menyebar ke seluruh penjuru rumah yang hangat, akrab, dan bikin hati nyaman. Panji kelihatan super senang, dan ayahku langsung ajak dia coba perah susu sapi. Waktu mereka balik, Panji muncul dengan kumis terbuat dari susu tipis di bibir dan cangkir biru di tangan. Lucu banget.Kami sarapan bareng sambil ditemani kicauan burung pagi. Rumah ini besar dan nyaman.Jendelanya lebar-lebar, dan udara segar pagi hari masuk bebas sambil bawa cahaya matahari yang hangat.Habis makan, kami jalan-jalan keliling. Tanahnya luas banget! Itu cukup untuk diisi dengan kebun bunga, kebun sayur dengan semua jenis tanaman dan sayuran hijau, lumbung dengan satu sapi, kandang babi dengan dua babi, dan kandang ayam dengan banyak ayam. Panji senang bukan main waktu dia bantu Ibuku kumpulin telur ayam.Di depan rumah, ada taman yang penuh dengan bunga berwarna-warni dan kolam kecil tempat keluarga bebek bermain di air. Rumah itu diapit oleh teras berg

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 93

    Hari Jumat itu, aku, Minda, dan Panji naik pesawat menuju Besana. Begitu sampai, sopir keluarga Minda sudah nungguin dan langsung anterin aku ke peternakan orang tuaku. Mereka memang sudah nunggu kedatangan kami. Aku pamit sama Minda, dan dia janji bakal main ke sini besok.“Nakk!” Ibuku langsung lari nyambut sambil memelukku erat, dan seperti biasa, sudah nangis duluan.“Bu, aku kangen banget sama Ibu!” balasku sambil memeluk erat.“Mana cucu kesayangan Nenek, nih? Sini peluk nenek, sayangku!” Ibuku langsung mengambil Panji dari pelukanku, sementara aku memanfaatkan momen buat memeluk ayah.“Putriku, rasanya senang banget akhirnya kalian pulang juga!” katanya dengan suara penuh kehangatan.“Terima kasih, Yah. Aku juga senang banget bisa balik ke sini,” jawabku tulus.“Ayo masuk, sudah gelap. Besok kamu bisa jalan-jalan keliling peternakan,” ucap Ayah semangat banget. Bisa kelihatan dia sudah nggak sabar menunjukkan semuanya.Kami pun masuk, dan ibuku sudah siapkan makan malam yang har

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 92

    Seminggu lagi dimulai dan berjalan begitu saja. Tapi Aditya? Dia sama sekali nggak jaga jarak. Setiap hari masih aja ngirimin aku pesan manis, bunga, sampai camilan sore yang bikin senyum-senyum sendiri. Bedanya sekarang, dia juga telepon tiap malam buat ngobrol sebentar. Dia bilang, sejak Bu Mila buka suara, proses audit jadi makin cepat. Mereka bahkan kerja lembur tiap malam di rumah Peter. Tapi soal apa aja yang diceritain Bu Mila? Dia tutup mulut rapat-rapat. Katanya sih, Bu Mila tahu banyak, tapi selama ini dia anggap semua itu nggak penting.Minda menetapkan Selasa malam sebagai "Malam Cewek", jadi kami balik lagi ke Societa buat makan malam di sana. Kami selalu punya banyak hal untuk dibicarakan, dan geng kami selalu menyenangkan. Sekar mulai bekerja dengan Aditya dan benar-benar menikmati pekerjaan itu, meskipun dia nggak tahan dengan Carisa, jadi dia punya banyak hal untuk diceritakan pada kami.“Demi Tuhan, Cit, kayaknya di dahi Carisa tuh sudah tertulis ‘pembohong kelas kaka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status