Share

Bab 3

Author: Prameswari
Aku menunduk dan tersenyum getir.

Namun, sebenarnya yang menjadi akar masalah dan menyebabkan mereka tidak bisa bersatu sejak awal adalah Sarah, bukan aku.

Hudson dan Sarah adalah teman masa kecil yang awalnya dijodohkan untuk menikah ketika mereka dewasa. Saat berusia 16 tahun, aku baru tahu bahwa aku adalah putri kandung Keluarga Ludwig. Pengasuh Keluarga Ludwig menukarku dengan anaknya sendiri.

Ketika aku kembali ke rumah Keluarga Ludwig bersama orang tua kandungku, Ayah dan Ibu tidak tega mengusir Sarah yang telah mereka besarkan dengan penuh kasih sayang. Sejak saat itu, aku menjadi putri sulung Keluarga Ludwig, sedangkan Sarah adalah putri kedua.

Pada ulang tahunku yang pertama setelah kembali ke Keluarga Ludwig, Ayah dan Ibu mengundang keluarga Hudson untuk hadir. Ibu Hudson memujiku habis-habisan, mengatakan aku anak yang manis dan cantik, bahkan menggenggam tanganku sepanjang percakapan kami. Namun, tak kusangka hal itu mengundang kebencian dari Sarah.

Saat para orang tua asyik mengobrol di ruang tamu, Sarah mendekatiku sambil membawa segelas air panas. Dia menatapku dengan tatapan penuh arti dan tersenyum sinis.

"Kalau aku terbakar karena ulahmu hari ini, apa mereka masih akan melanjutkan perayaan ulang tahunmu?" tanyanya dengan suara rendah sebelum mengangkat cangkir dan menuangkan air panas ke tangannya sendiri.

Pikiranku kosong, tetapi tubuhku bereaksi dengan cepat untuk berusaha menghentikannya. Sayangnya, air panas itu justru tumpah di lenganku.

Rasa panas itu begitu menyakitkan hingga menjalar ke seluruh tubuhku dan aku berteriak keras. Kulit lenganku langsung melepuh dan membengkak, tampak begitu menyedihkan.

Mendengar kegaduhan itu, Ibu Hudson adalah orang pertama yang masuk. Dia segera menarik lenganku dan membilasnya di bawah air mengalir. Ayah dan Ibu masuk tak lama kemudian sambil menanyakan apa yang terjadi.

Dengan suara yang lemah, Sarah menundukkan kepala dan menangis tersedu-sedu. "Ayah, Ibu, aku cuma mau tuang air untuk semua orang, tapi Kakak ...."

Ucapannya yang ambigu terpotong saat Ayah dan Ibu memandangku dengan kekecewaan. Sejak aku kembali ke Keluarga Ludwig, Sarah sudah berulang kali menjebakku. Setiap kalinya, Ayah dan Ibu selalu saja memercayainya.

Itulah ulang tahun pertamaku di Keluarga Ludwig. Aku tidak ingin mempermalukan keluarga atau menghancurkan hubungan yang baru saja terbentuk, jadi aku menahan rasa sakit di lenganku dan berkata, "Maafkan aku, ini salahku karena kurang hati-hati."

Ibu Hudson menatapku dengan dalam, lalu berkata dengan suara lembut, "Tasya, kamu anak yang baik dan pengertian."

Ucapan itu membuat wajah Sarah seketika memucat dan tangisannya langsung terhenti. Ayah Hudson memandang Sarah dengan tatapan penuh keraguan. Sebelum keluarga Hudson pulang, Ayah mengusulkan agar aku dan Hudson dijodohkan. Ibu Hudson tersenyum puas dan mengangguk.

Meskipun Hudson tampak sangat benci padaku, dia tetap tidak menolak.

Sebenarnya aku tidak ingin dijodohkan, tetapi orang tuaku mengatakan bahwa itulah satu-satunya nilai yang bisa kuberikan. Perlahan-lahan, aku mulai belajar menyukai Hudson dan mencoba untuk memenangkan hatinya.

Aku percaya bahwa jika aku terus bersikap baik padanya, hatinya akan luluh suatu saat. Namun, melihat bagaimana dia memperlakukan Sarah dengan lembut, hatiku terasa sakit.

Saat ini, Hudson berada di ruang perawatan Sarah. Dia sedang menyusun menu makanan yang bernutrisi untuk Sarah agar dia tetap sehat dan lukanya ini tidak meninggalkan bekas.

Hudson bahkan memerintahkan asistennya untuk mengambil salep khusus pencegah bekas luka. Ketika melihat kemasan salep itu, perasaan yang sulit digambarkan menyelimuti hatiku.

Dulu, lenganku yang terluka tetap meninggalkan bekas meskipun sudah menjalani berbagai perawatan. Aku mencoba berbagai merek salep, tetapi tak ada yang benar-benar efektif.

Rumah sakit keluarga Hudson memiliki salep khusus yang dibuat untuk mencegah luka meninggalkan bekas, tetapi salep ini tidak dijual bebas.

Setelah insiden terbakar itu, aku pernah memohon pada Hudson untuk memberiku salep itu, tetapi dia hanya melirik bekas luka di lenganku dan berkata dingin, "Kamu bukan selebritas atau model, sedikit bekas luka di lenganmu nggak bakal ada pengaruh."

"Lagian, bukankah bekas luka ini adalah akibat usahamu menjebak Sarah? Biarkan saja bekas itu tetap ada. Supaya kamu selalu ingat betapa kejamnya usahamu untuk menggantikan Sarah dan menikah denganku."

"Biarkan bekas luka ini menjadi saksi dari sifat munafik dan kejam yang kamu miliki. Biarlah itu menemanimu seumur hidup."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 16

    Suatu hari, tiba-tiba Hudson tampak sadar kembali dan tatapannya tak lagi kosong. Dia pergi ke salon untuk memotong rambut, lalu mengenakan setelan jas hitam. Setelah membeli seikat bunga, dia mengemudi menuju makamku.Sinar matahari begitu terang hingga membuatku sulit membuka mata. Sambil berdiri di depan nisanku, Hudson mulai mengutarakan penyesalannya."Tasya, aku selalu menyesali bahwa aku nggak memahami perasaanku sendiri lebih awal. Meskipun aku nggak mencintaimu, setidaknya aku seharusnya menolongmu waktu itu.""Seandainya aku nggak sekejam itu dan percaya pada Sarah begitu saja, kamu dan anak kita akan sehat dan masih bersamaku sekarang. Aku yang menghancurkan kebahagiaanku sendiri dan juga menghancurkanmu dan anak kita."Hudson yang sekarang penuh penyesalan ini hanyalah sebuah lelucon bagiku. Aku tidak merasa terharu."Tasya, aku akan memberimu keadilan," ucapnya dengan penuh tekad.Sarah kini juga sudah meninggal, keadilan apa lagi yang dimaksudnya?Aku duduk di kursi belak

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 15

    "Kenapa?" Sarah tertawa getir menatap kedua orang tuaku yang kini berwajah pucat dengan mata sembap."Kalian menjodohkanku dengan orang itu. Selama bertahun-tahun di luar negeri, aku harus menghadapi kekerasan darinya setiap hari. Dia sama sekali nggak memandangku sebagai manusia. Dia memaksaku menemani klien dan pada akhirnya membuatku kehilangan kemampuan untuk hamil.""Kehidupan yang hancur ini semua adalah ulah kalian, jadi aku mau menghancurkan putri kandung kalian. Kalau hidupku berantakan, dia juga nggak pantas hidup bahagia." Tatapan Sarah penuh kebencian, wajahnya tampak kehilangan akal sehat.Aku hanya bisa menggeleng dan memperhatikan bahwa kedua orang tuaku tampaknya tidak begitu sedih. Di dalam hati mereka, Sarah sudah lama menjadi "putri" mereka yang sebenarnya.Gavin mengepalkan tangan penuh kemarahan. Dia menunjuk ke arah Sarah dan berkata lantang, "Setelah tahu kamu bukan anak kandung, kami nggak pernah jahat sama kamu. Kamu sendiri yang menginginkan pernikahan itu! Se

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 14

    Semua orang di ruangan tampak kebingungan dan bertanya-tanya mengapa polisi datang ke ruang persemayamanku. Namun, Sarah tampak paling panik."Siapa di antara kalian yang bernama Sarah?" tanya polisi dengan nada serius."Pak polisi, apa yang terjadi?" tanya ibuku dengan cemas saat mendengar polisi mencari Sarah. Ibuku yang membesarkan Sarah sejak kecil bahkan lebih menyayanginya daripada aku, anak kandungnya sendiri."Setelah penyelidikan menyeluruh, telah dipastikan bahwa pelaku di balik penculikan Tasya adalah Sarah. Kami perlu membawanya."Ibuku langsung terkulai lemas mendengar berita itu.Hudson memandangi polisi dengan tatapan kosong, lalu menggelengkan kepalanya sambil mundur beberapa langkah. "Nggak mungkin, mana mungkin Sarah yang menculik Tasya? Aku sendiri yang membayar tebusan, aku yang menyelamatkannya ...."Hudson tidak lagi melanjutkan ucapannya, tetapi wajahnya menunjukkan penyesalan yang mendalam, seolah-olah mulai menyadari kebenarannya. Tatapannya berubah beringas sa

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 13

    Tubuhku telah diautopsi dan polisi tengah bekerja keras menyelidiki kebenaran di balik kematianku.Kebenaran yang kejam adalah bahwa penculikan ini diatur oleh Sarah. Saat Sarah meminta pertolongan dari Hudson, dia meminta Hudson untuk tidak melibatkan polisi. Hudson benar-benar menuruti perintahnya dan datang dengan uang tebusan tanpa melaporkan kejadian itu.Hal itu memberi cukup waktu bagi para penculik untuk melarikan diri. Dengan banyaknya bukti yang dihilangkan oleh Sarah, penyelidikan menjadi lebih rumit.Hudson, setiap keputusanmu justru menjerumuskanku ke dalam penderitaan yang lebih dalam.Laporan forensik telah selesai dan keluargaku memutuskan untuk mengkremasiku. Mereka merasa tidak perlu memberi tahu Hudson. Namun, Hudson akhirnya mendengar kabar tersebut. Dia datang mengenakan pakaian bersih dan wajahnya tampak rapi setelah bercukur.Di depan ruang duka, dia memandang tubuhku dan berkata, "Tasya, aku benar-benar menyukaimu. Aku pikir selama ini orang yang kucintai adalah

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 12

    Lantaran tidak bisa menghubungi Hudson selama dua hari, Sarah pun datang langsung ke rumahnya. Begitu pintu terbuka, Sarah langsung memeluk Hudson "Hudson, tahu nggak seberapa khawatirnya aku karena dua hari ini kamu nggak bisa dihubungi?"Tangisnya pun pecah dan Hudson hanya diam, membiarkan Sarah menangis dalam pelukannya. Setelah cukup lama, Sarah menghentikan tangisannya.Dengan mata yang masih memerah, dia berkata, "Hudson, aku tahu kepergian Kak Tasya membuatmu sedih, tapi semua sudah terjadi. Jangan terlalu dipikirkan. Lagi pula, bukannya kamu memang berencana untuk menceraikannya? Ke depannya, biar aku saja yang merawatmu, ya?"Sambil berbicara, dia mulai membuka kancing baju Hudson. Namun, Hudson segera menahan tangannya. Sarah menatapnya dengan bingung, wajahnya tampak polos dan tak bersalah.Hudson mendorongnya menjauh dengan dingin. "Tasya nggak pernah melukaimu. Supaya dia menderita di Keluarga Ludwig, kamu sengaja menjatuhkan dirimu dari tangga, bukan?"Ekspresi Sarah ber

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 11

    Hudson mengurung diri di kamar selama dua hari, bahkan tidak menjawab telepon yang berdering. Dia mengunci pintu kamar dan saat pekerja rumah tangga datang untuk membersihkan, dia juga tidak membukakan pintu.Di dalam kamar, dia menemukan buku harianku. Sejak sekolah menengah, aku memang sering menulis diari untuk mencurahkan perasaanku padanya. Aku tidak ingin Hudson membaca betapa bodohnya diriku dulu, tapi aku hanya bisa menyaksikan dengan tak berdaya saat dia membuka lembarannya.Perasaanku pada Hudson tidak dipicu oleh kisah heroik atau pengorbanan. Aku menyukainya hanya karena dia tampan dan pintar. Gadis remaja memang mudah jatuh cinta pada sosok yang lebih unggul dari dirinya, tidak terkecuali juga diriku.Di bawah lampu yang remang, tulisan polosku di usia belasan tahun terlihat jelas.[ Aku suka sama Hudson. Dia bukan cuma tampan dan pintar, tapi juga baik hati. Aku pernah melihatnya menyumbang untuk anak-anak kurang mampu. Sayangnya, keluargaku biasa saja, sedangkan dia adal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status