Share

Bab 4

Penulis: Prameswari
Sepertinya Hudson baru ingat bahwa aku juga dirawat di rumah sakit ini.

Setelah mengurus semua keperluan Sarah, dia akhirnya ingat untuk mencariku. Namun, bukan untuk memastikan keadaanku, melainkan untuk melampiaskan kemarahannya dan menuntutku menandatangani surat cerai agar Sarah bisa menggantikan posisiku.

Sayangnya, surat cerai itu takkan bisa kutandatangani lagi.

Di lorong rumah sakit, dua orang perawat berjalan melewati Hudson. Salah satu dari mereka memegangi dadanya dengan wajah yang masih dihiasi rasa takut.

"Kamu nggak tahu seberapa mengenaskannya wanita itu meninggal. Kedua tangannya patah, rahimnya robek sampai menimbulkan perdarahan hebat. Dia sudah hamil lebih dari dua bulan. Waktu tiba di rumah sakit, darahnya sudah hampir habis. Dia hanya bertahan dengan sisa napas terakhirnya."

"Kasihan sekali, entah siapa yang menjadi anak dan suaminya. Keluarganya pasti sangat terpukul kalau mereka tahu."

"Iya nih, seandainya saja pertolongan datang lebih cepat, mungkin nyawanya masih bisa diselamatkan. Meski cacat, itu masih lebih baik daripada kehilangan nyawa."

Mendengar percakapan itu, Hudson mengerutkan kening. Aku mendekat ke telinganya dan berbisik, "Hudson, kamu tahu nggak, wanita yang meninggal itu aku? Kamu mau lihat keadaanku sekarang? Apakah benar aku mati dengan cara setragis itu?"

Muncul niat jahat dalam hatiku. Ingin sekali rasanya aku membuatnya melihat tubuhku setelah kematian.

Seandainya dia tahu bahwa aku dan anakku jadi kehilangan kesempatan untuk bertahan hidup hanya karena keegoisannya memonopoli sumber daya rumah sakit. Apakah dia akan menyesal atau justru bersikap seolah-olah semua itu memang layak terjadi?

Hudson kemudian mendatangi ruang perawat untuk menanyakan kamar rawatku. Perawat yang sedang bertugas ternyata adalah salah satu dari mereka yang baru saja melintas di depannya.

Mendengar Hudson ingin mencari wanita yang masuk rumah sakit bersamaan dengan Sarah, perawat itu menatapnya dengan keheranan. "Pak Hudson, Anda keluarga dari pasien itu?"

Hudson tertegun sejenak, kemudian menjawab dengan nada ketus, "Aku nggak kenal dia. Ada teman yang memintaku untuk mencari tahu."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 16

    Suatu hari, tiba-tiba Hudson tampak sadar kembali dan tatapannya tak lagi kosong. Dia pergi ke salon untuk memotong rambut, lalu mengenakan setelan jas hitam. Setelah membeli seikat bunga, dia mengemudi menuju makamku.Sinar matahari begitu terang hingga membuatku sulit membuka mata. Sambil berdiri di depan nisanku, Hudson mulai mengutarakan penyesalannya."Tasya, aku selalu menyesali bahwa aku nggak memahami perasaanku sendiri lebih awal. Meskipun aku nggak mencintaimu, setidaknya aku seharusnya menolongmu waktu itu.""Seandainya aku nggak sekejam itu dan percaya pada Sarah begitu saja, kamu dan anak kita akan sehat dan masih bersamaku sekarang. Aku yang menghancurkan kebahagiaanku sendiri dan juga menghancurkanmu dan anak kita."Hudson yang sekarang penuh penyesalan ini hanyalah sebuah lelucon bagiku. Aku tidak merasa terharu."Tasya, aku akan memberimu keadilan," ucapnya dengan penuh tekad.Sarah kini juga sudah meninggal, keadilan apa lagi yang dimaksudnya?Aku duduk di kursi belak

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 15

    "Kenapa?" Sarah tertawa getir menatap kedua orang tuaku yang kini berwajah pucat dengan mata sembap."Kalian menjodohkanku dengan orang itu. Selama bertahun-tahun di luar negeri, aku harus menghadapi kekerasan darinya setiap hari. Dia sama sekali nggak memandangku sebagai manusia. Dia memaksaku menemani klien dan pada akhirnya membuatku kehilangan kemampuan untuk hamil.""Kehidupan yang hancur ini semua adalah ulah kalian, jadi aku mau menghancurkan putri kandung kalian. Kalau hidupku berantakan, dia juga nggak pantas hidup bahagia." Tatapan Sarah penuh kebencian, wajahnya tampak kehilangan akal sehat.Aku hanya bisa menggeleng dan memperhatikan bahwa kedua orang tuaku tampaknya tidak begitu sedih. Di dalam hati mereka, Sarah sudah lama menjadi "putri" mereka yang sebenarnya.Gavin mengepalkan tangan penuh kemarahan. Dia menunjuk ke arah Sarah dan berkata lantang, "Setelah tahu kamu bukan anak kandung, kami nggak pernah jahat sama kamu. Kamu sendiri yang menginginkan pernikahan itu! Se

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 14

    Semua orang di ruangan tampak kebingungan dan bertanya-tanya mengapa polisi datang ke ruang persemayamanku. Namun, Sarah tampak paling panik."Siapa di antara kalian yang bernama Sarah?" tanya polisi dengan nada serius."Pak polisi, apa yang terjadi?" tanya ibuku dengan cemas saat mendengar polisi mencari Sarah. Ibuku yang membesarkan Sarah sejak kecil bahkan lebih menyayanginya daripada aku, anak kandungnya sendiri."Setelah penyelidikan menyeluruh, telah dipastikan bahwa pelaku di balik penculikan Tasya adalah Sarah. Kami perlu membawanya."Ibuku langsung terkulai lemas mendengar berita itu.Hudson memandangi polisi dengan tatapan kosong, lalu menggelengkan kepalanya sambil mundur beberapa langkah. "Nggak mungkin, mana mungkin Sarah yang menculik Tasya? Aku sendiri yang membayar tebusan, aku yang menyelamatkannya ...."Hudson tidak lagi melanjutkan ucapannya, tetapi wajahnya menunjukkan penyesalan yang mendalam, seolah-olah mulai menyadari kebenarannya. Tatapannya berubah beringas sa

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 13

    Tubuhku telah diautopsi dan polisi tengah bekerja keras menyelidiki kebenaran di balik kematianku.Kebenaran yang kejam adalah bahwa penculikan ini diatur oleh Sarah. Saat Sarah meminta pertolongan dari Hudson, dia meminta Hudson untuk tidak melibatkan polisi. Hudson benar-benar menuruti perintahnya dan datang dengan uang tebusan tanpa melaporkan kejadian itu.Hal itu memberi cukup waktu bagi para penculik untuk melarikan diri. Dengan banyaknya bukti yang dihilangkan oleh Sarah, penyelidikan menjadi lebih rumit.Hudson, setiap keputusanmu justru menjerumuskanku ke dalam penderitaan yang lebih dalam.Laporan forensik telah selesai dan keluargaku memutuskan untuk mengkremasiku. Mereka merasa tidak perlu memberi tahu Hudson. Namun, Hudson akhirnya mendengar kabar tersebut. Dia datang mengenakan pakaian bersih dan wajahnya tampak rapi setelah bercukur.Di depan ruang duka, dia memandang tubuhku dan berkata, "Tasya, aku benar-benar menyukaimu. Aku pikir selama ini orang yang kucintai adalah

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 12

    Lantaran tidak bisa menghubungi Hudson selama dua hari, Sarah pun datang langsung ke rumahnya. Begitu pintu terbuka, Sarah langsung memeluk Hudson "Hudson, tahu nggak seberapa khawatirnya aku karena dua hari ini kamu nggak bisa dihubungi?"Tangisnya pun pecah dan Hudson hanya diam, membiarkan Sarah menangis dalam pelukannya. Setelah cukup lama, Sarah menghentikan tangisannya.Dengan mata yang masih memerah, dia berkata, "Hudson, aku tahu kepergian Kak Tasya membuatmu sedih, tapi semua sudah terjadi. Jangan terlalu dipikirkan. Lagi pula, bukannya kamu memang berencana untuk menceraikannya? Ke depannya, biar aku saja yang merawatmu, ya?"Sambil berbicara, dia mulai membuka kancing baju Hudson. Namun, Hudson segera menahan tangannya. Sarah menatapnya dengan bingung, wajahnya tampak polos dan tak bersalah.Hudson mendorongnya menjauh dengan dingin. "Tasya nggak pernah melukaimu. Supaya dia menderita di Keluarga Ludwig, kamu sengaja menjatuhkan dirimu dari tangga, bukan?"Ekspresi Sarah ber

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 11

    Hudson mengurung diri di kamar selama dua hari, bahkan tidak menjawab telepon yang berdering. Dia mengunci pintu kamar dan saat pekerja rumah tangga datang untuk membersihkan, dia juga tidak membukakan pintu.Di dalam kamar, dia menemukan buku harianku. Sejak sekolah menengah, aku memang sering menulis diari untuk mencurahkan perasaanku padanya. Aku tidak ingin Hudson membaca betapa bodohnya diriku dulu, tapi aku hanya bisa menyaksikan dengan tak berdaya saat dia membuka lembarannya.Perasaanku pada Hudson tidak dipicu oleh kisah heroik atau pengorbanan. Aku menyukainya hanya karena dia tampan dan pintar. Gadis remaja memang mudah jatuh cinta pada sosok yang lebih unggul dari dirinya, tidak terkecuali juga diriku.Di bawah lampu yang remang, tulisan polosku di usia belasan tahun terlihat jelas.[ Aku suka sama Hudson. Dia bukan cuma tampan dan pintar, tapi juga baik hati. Aku pernah melihatnya menyumbang untuk anak-anak kurang mampu. Sayangnya, keluargaku biasa saja, sedangkan dia adal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status