"Terima kasih Bu Mantri," ucap seorang anak kecil yang baru saja diobati lukanya oleh Rigel.Rigel tersenyum kikuk. "Ah, aku lebih suka dipanggil Ners daripada Bu Mantri, atau Kakak saja," sahut Rigel sambil mengemasi kotak-kotak berisi obat-obatan itu. Rigel juga mengemasi perban dan beberapa set hecting sederhana."Ini obat antibiotik, dihabiskan ya," ucap Rigel. "Sebenarnya ini tugas Kak Alex tapi mengingat tempat ini terpencil dan sangat kekurangan akses jadi apa boleh buat?" Rigel berbincang seorang diri sementara Si Anak kecil memandangi Rigel dengan bingung. Rigel menatap Anak Kecil itu kemudian mengusap puncak kepalanya. "Kamu bisa kembali ke rumahmu sendiri?" tanya Rigel. Anak kecil itu mengangguk. "Terima kasih Bu Mantri, aku pulang dulu," ucap Si Anak Kecil sambil berlari keluar dari Klinik. "Hati-hati, kakimu baru saja dibersihkan!" teriak Rigel sembari berjalan ke depan Klinik. Rigel berdiri sesaat di halaman pekarangan Klinik. Klinik ini daripada mirip seperti banguna
"Misi pertama," ucap Rigel yang bergumam dengan kedua mata membelalak. Adriel mencoba mendekati Rigel namun Rigel langsung menyembunyikan surat yang ada dari dalam box. Rigel tersenyum untuk menyembunyikan misi yang sudah sampai ditangannya. "Bukan apapun, hanya beberapa surat rindu dari Corrie," ucap Rigel. Adriel memandangi Rigel sejenak. Kedua mata biru Adrian tampak mengekori langkah Si Manis Rigel yang beranjak dari dapur. Adriel tahu tatapan cemas dan kening mengkerut Rigel yang sedang berpikir keras itu. "Kalau begitu aku akan kembali ke Kantor Pengiriman," ucap Adriel pada Rigel."Ah benar sekali, aku juga harus kembali ke Klinik." Rigel juga bergegas beranjak sembari membawa box yang sebelumnya Adriel berikan padanya. "Terima kasih sudah menemaniku makan siang," Rigel tersenyum suka cita pada Adriel sampai membuat Pria itu salah tingkah.Adriel buru-buru memalingkan wajahnya. "Ehem ... ten ... tentu saja, kalau begitu selamat tinggal," ucap Adriel sambil buru-buru beranjak
"Inilah pahlawan kita, aksi beranimu Nona Meil!" puji Gubernur sembari mendatangi Rigel. Rigel pun membungkuk sedikit setelah itu mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan. "Salam Gubernur Carlos, terima kasih atas jamuan ini," ucap Rigel. Rigel langsung memandangi Gubernur dengan tidak nyaman karena ketika berjabatan tangan Sang Gubernur memengangi tangan Rigel. "Ehem ... Gubernur, terima kasih atas jamuan ini," sahut Adriel sembari meraih tangan Gubernur sehingga memisahan Rigel dari cengkeraman yang aneh itu. "Adriel Cooper, Kurir Pesan yang ditugaskan Pak Hamza," ucap Adriel sambil tersenyum pada Gubernur.Gubernur langsung menatap sinis. "Oh benar sekali, Pekerja Muda yang penuh semangat." Gubernur berucap sambil tertawa hambar. Dia tersinggung dengan sikap Adriel tapi sesaat setelah para tamu undangan mulai berdatangan, Gubernur pun beranjak untuk menyapa tamu kehormatan lain yang tak kala mencuri panggung,Kedua mata Rigel membelalak saat Harlan datang bersama Julia. Keda
"Muse ... kau tahu itu? suara mereka indah, tubuhnya elok dan parasnya rupawan ... mereka pengiring suara untuk dewa tapi kau selalu mengiringiku dan menghiburku, Adriel," ucap Rigel yang mabuk itu."Kau ... menggodaku?" tanya Adriel. Padahal Adriel tahu jika bertanya pada Rigel pun percuma karena Rigel sedang mabuk jadi Adriel menyelinap pergi dari Pesta tepat waktu tengah malam. Dia membopong tubuh Rigel meski setelah itu bingung karena motornya tidak akan bisa membawa Rigel bersamanya dalam keadaan mabuk seperti itu.Kota Sariya, termasuk kota kecil yang kendaraan umumnya hanya bus umum yang beroperasi saat pagi sampai sore. Tidak seperti New Neoma dan Kota Pusat Tyre yang saat malam pun hiruk pikuk kendaraan masih ramai. Selain kehampaan hanya ada kesunyian. Adriel pun menyentuh anting kanannya untuk memberikan sinyal pada Kaelar Si Ajudan Setia itu.Demi keselamatan Rigel, Adriel pun beralih menggendong tubuh Rigel yang mulai terkulai karena ketiduran itu. Adriel pun berjalan sed
"Apa yang sebenarnya sedang kau pikirkan?" tanya Adriel seorang diri sembari menatap Rigel yang tengah tertidur itu. Adriel pun menyudahi tatapannya pada Rigel kemudian beranjak pergi dari Klinik. Pria bermata biru itu menuruni tangga serta kembali ke halaman depan Klinik. Dia menatap Sang Ajudan yang masih berdiri siaga menanti kedatangannya. "Kita harus bergegas pergi Yang Mulia, sebelum matahari akan terbit Yang Mulia," ucap Kaelar. "Vetle, berikan aku rincian perkembangan dari perbaikan pesawatku," perintah Adriel. [Menampilkan rincian kerusakan dan bagian-bagian yang perlu diperbaiki][Scanning mulai dalam 88% ... 96% ... 100%]Kaelar menatap keseriusan Adriel pada layar sorot kecil yang muncul dari anting kanannya. Kaelar berdecak kagum. "Wah,wah, seperti yang diharapkan dari Pangeran Kerajaan New Neoma," puji Kaelar sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi kenapa Yang Mulia?" tanya Kaelar mendekati Adriel yang masih sibuk menatap rincian dari pesawatnya itu."Itu karena
"Aku merupakan mantan regu penyelamat yang diangkat jadi anggota penyelamat elit semua itu bermula dari pertemuanku dan Harlan ..."Rigel mulai teringat akan masa lalunya. Saat itu musim salju pertama di Tyre. Rigel selalu terkesan akan musim dingin meski sudah pindah ke Tyre sejak lima tahun lalu. Semua ini karena Rigel sejak kecil menghabiskan masa dan waktu di Negara Tropis yang kini harus ditinggalkan. Saat itu regu yang dipimpin oleh Alex selaku kapten sekaligus pilot yang paling menjanjikan karena jarang seorang paramedis merangkap sebagai pilot, Corrie selaku Co-Pilot, Nico selaku teknisi dan juga Rigel yang memang sejak awal dijadikan inti dari regu penyelamatan ini karena Rigel berbakat dalam bidangnya. Rigel sejak dibangku perkuliahan dinilai memiliki kepekaan dan insting yang cepat, jika disandingkan bersama para dokter maka Rigel akan jadi rekan tim yang paling menjanjikan. Rigel ingat saat itu, dia masih termangun di pangkalan udara. Putih salju nyaris menutupi lapangan
Sebagai seorang Pengelola Klinik, tak jarang Rigel merasa kesepian. Rigel sendiri tidak tahu kenapa hanya dia seorang diri yang bekerja di Klinik. Tidak ada petugas lain selain dirinya, jadi usai mengetik laporan yang akan dikirimkan besok hari. Rigel pun menikmati malam dengan secangkir kopi panasnya. Rigel mematung saat ini. Udara yang dingin tak jarang membuatnya terasa hampa. Rigel nyaris lupa rasanya bekerja dalam tim. Dia melakukan semuanya seorang diri. "Ini menyalahi prosedur tapi kapasitas yang diberikan padaku hanya seorang, aku harus beristirahat sejenak." Rigel berucap sambil masuk kembali dalam Klinik. Rigel pun segera beranjak menaiki anak tangga untuk menuju ke lantai dua. Rasa kantuknya sudah menguasai Rigel yang sejak pagi beraktivitas sampai pukul dua dini hari. Rigel hanya menutup pintu pembatas antara ruangan klinik dan ruangan menuju lantai dua. "Meski di Ibu Kota semuanya terasa ramai, atau jangan-jangan ramai oleh kekacuan," ucap Rigel sambil membaringkan dir
Kupu-Kupu yang Hinggap Di Kelopak Bunga "A-anu, Nona Meil, apakah Anda yakin jika tadi malam diserang orang-orang jahat?" tanya Petugas Oscar yang gugup.Adriel hendak menjawab tapi Rigel segera menggeleng. "Ya, aku hanya tertidur sebentar tapi ternyata rumahku dirampok, aku yakin mereka semua seharusnya sudah tergeletak usai bertarung dengan Tuan Kurir baik hati ini," jawab Rigel."Kau ... kau, keterlaluan Rig," celetuk Adriel salah tingkah. Kedua alis Adriel mengkerut belum lagi wajah datarnya itu sengaja membuang muka. Rigel jelas-jelas memujinya tapi Adriel belum terbiasa dengan sifat Rigel yang kelewat cerah itu. Rigel tertawa kecil. "Itu benar kok, Oscar dan Tomi kalian harus belajar bela dari dari Adriel," ucap Rigel semakin jahil. Kedua Penjaga Muda itu bingung menatap interaksi dari Paramedis Terkenal dari Tyre dan juga Kurir Pesan yang baru bekerja di Kota ini. "Terlepas dari masalah ini tampaknya kalian akrab," celetuk Oscar
"Pedang itu memiliki pola corak yang sama dengan belati milik Kaelar dan seingatku Calen ... Pelayan Setia Aquilina memiliki sarung tangan dengan pola corak yang sama, bunga amarilis, jadi aku hanya menerkanya saja," jawab Rigel sembari terkekeh."Jika bukan karena Yang Mulia, aku mungkin sudah tewas pada sidang penghakiman," ucap Aki.Rigel giliran tertegun. "Kenapa?" tanya Rigel."Akulah yang menghabisi nyawa ibuku, Kakak dari paman-pamanku," jawab Aki seraya menunduk.Rigel tertegun sejenak. Kisah ini pernah ia dengar dari Kaelar. Ketika tahu jika Aki adalah keponakan dari Kaelar dan Calen Si Pelayan Aquilina. Rigel terdiam sambil memandangi Aki. Anak-anak ini memiliki latar belakang yang berbeda sekaligus memiliki alasan untuk Adriel dengan sengaja mengumpulkannya. "Apakah kalian memiliki tempat tinggal selama disini?" tanya Rigel.Kendrick menggeleng. "Tidak, yang kami tahu jika kami akan menjalankan misi dari asosiasi sekaligus tetap berada di markas," jawab Kendrick. "Kalau b
"Kau jadi pengasuh anak-anak anjing lucu ini, kuharap kau bisa memenuhi harapan Tyre karena jika tidak ... kerja sama ini akan usai, antara Tyre dan New Neoma," ucap Harlan pada Rigel."Aku tahu itu." Rigel menyahut dengan dingin. "Pergilah, kau bisa kemari dilain hari karena moodku sedang buruk," usir Rigel sambil berjalan masuk ke dalam Markas. Ia mengabaikan Harlan saat itu. "Ayo, kita masuk, biarkan saja Pria itu," suruh Rigel pada ketiganya. Rigel berjalan masuk ke dalam Markas. Tangannya menekan tombol saklar. Seisi gedung bekas bengkel pesawat itu jadi hunian sederhana. Ada dua pasang sofa panjang, dua kasur tidur, meja, papan tulis, tiga unit komputer, perkakas, dan meja rapat. Rigel berjalan ke arah nakas meja untuk menghidupkan televisi. Di ujung sudut ruangan ada dapur sederhana. Dahulu, Rigel sering membuatkan teman-temannya susu hangat dengan tambahan madu. "Kuakui, markas ini sangat hidup dan nyaman," komentar Aki yang menduduki sofa.Anna langsung melemparkan dirinya
"Baiklah Yang Mulia, namaku Aki Arianrhod berasal dari Squad Ksatria Suci Kerajaan New Neoma, kebetulan ... akulah pemimpin dari squad ini," ucap Aki lebih tenang dan kalem itu bahkan sepasang mata emas Aki menatap tenang Rigel saat itu. "Yang banyak bicara ini Anna Chryshantos dan Kendrick Chyshantos," ucap Aki.Anna langsung menggerutu. "Tidak ya, aku tidak banyak bicara kok," celetuk Anna.Kendrick memutar kedua bola mata hijaunya. "Salam kenal Permaisuri, semoga kedepannya bisa bekerja sama," ucap Kendrick.Rigel tersenyum simpul. "Baiklah, kurasa ini sudah sempurna," Rigel berucap dengan senyum sumringannya. "Kuharap kalian bisa membantuku, seperti tim laluku," ujar Rigel teringat dengan Alex, Nico dan Corrie. Sayangnya kini dia ada di tim dengan visi dan misi yang beda yakni penompang keamanan atau bahkan jadi pembersih dari sisa-sisa yang terinfeksi saat ini. "Menekan angka kejadian wabah jadi prioritas kita bukan?" tanya Kendrick. Rigel mengangguk. "Itulah yang kami inginkan
"Apakah dia salah satu Aria di Kuil Bulan? lihat parasnya cantik dan mahir memainkan piano," ucap bisik-bisik suara tamu undangan yang sebagian besar berasal dari Bangsawan New Neoma dan Pejabat dari Tyre. Semua mata memandangi Rigel yang memainkan piano dengan mahir untuk jadi penghibur dari Pesta Makan Malam saat ini. Sepasang tangan dengan jemari lentiknya dengan mahir memainkan piano. Sepasang mata merah rubynya juga tak kalah indah saat itu. Usai memainkan satu lagu, Rigel mendengar tepukan tangan membanjiri suasana ruangan aula saat ini."Istrimu bukan sembarangan orang, ingatlah itu," ucap Ratu yang duduk disamping Adriel. Adriel mengangguk setuju. Ia tak akan membantah ucapan Mantan Ratu itu karena kekuatan ibunya adalah sepasang pandangan mata yang bijaksana. Ia bisa melihat seseorang berdasarkan peniliannya. "Maka dari itu aku juga ragu untuk melibatkan Rigel dalam asosiasi baru ini Bu," sahut Adriel sembari menegak segelas anggurnya. "Itulah yang harus dihadapinya Nak, bia
Kemeja putih dibalut oleh jaket mantel hitam beserta celana kain berwarna senada. Rigel sedang memasang dasi sembari menatap pantulan dirinya dari cermin. Rigel sempat menghela napas pelan setelah itu mengikat ekor kuda rambut hitam panjangnya. "Wow, kau seperti seorang ksatria!" Adriel berdecak kagum melihat penampilan Rigel yang akan debut diasosiasi. "Tapi kenapa kau berpakaian seperti itu untuk makan malam?" tanya Adriel heran saat itu juga. Rigel menaikkan sebelah alisnya. "Kupikir kau tahu?" celetuk Rigel. "Bukannya, aku akan pergi ke markas asosiasi ya setelah makan malam? kurasa pakaian seperti ini lebih efisien tanpa harus mengganti pakaian lagi," ucap Rigel.Adriel tersenyum lembut. "Selagi itu membuatmu nyaman jadi tak masalah," sahut Adriel. Tangan lebarnya menyentuh puncak kepala Rigel kemudian membelainya. Usai membelai kini tangan itu meraih dagu Rigel kemudian Adriel mendaratkan ciuman kecil pada bibir yang masih mengatup itu."Ad-Adriel!" jerit Rigel memerah sempurn
"... mengutamakan kepentingan dari keselamatan, perlindungan dan keamanan sehingga New Neoma mengusulkan program yang bergerak di garda depan untuk memerangi yang terinfeksi, kami mengutus tiga orang letnan terbaik kami dengan masing-masing kekuatan lahir yang memumpuni ... untuk itu," ucap Adriel ketika berbicara terjeda usai melihat Rigel yang tersenyum-senyum menatapnya. Adriel sampai harus mendeham pelan. "Ehem, kami memilih Rigel Seras Neoma sebagai pemimpin dari program dan asosiasi ini," ujar Adriel. Harlan hanya memandangi Raja Muda itu berbicara. Disebelahnya, Menteri Ekonomi mulai mendekatinya kemudian berbisik pada Harlan. "Idealis anak muda, omongan Raja Muda dari Planet Alien itu pasti banyak ditentang," ucap Menteri itu.Harlan masih mengamati jalannya pertemuan. Dia sendiri sebenarnya sudah tahu akan hasil dari pertemuan ini jika Adriel pasti akan ditentang. Harlan langsung memutarkan kedua bola matanya dengan malas saat para penjabat langsung beranjak berdiri untuk me
Yang Mulia Adriel, silahkan menduduki kursi di depan yang sejajar dengan Pak Pressiden," ucap Seketaris. Adriel langsung melirik Rigel. "Kau tidak apa-apa Sayang?" tanya Adriel."Tenang, aku baik-baik saja, pergilah ke sana," suruh Rigel. Adriel beranjak berdiri meski dengan berat hati meninggalkan permaisurinya duduk seorang diri di deretan para partisipasi hari ini. Adriel mengingat dirinya seorang raja yang harus menunjukkan martabatnya. Kini dialah yang membuka rapat pertemuan hari ini. Adriel memulai rancangan program-progam yang akan ia lakukan."... mengutamakan kepentingan dari keselamatan, perlindungan dan keamanan sehingga New Neoma mengusulkan program yang bergerak di garda depan untuk memerangi yang terinfeksi, kami mengutus tiga orang letnan terbaik kami dengan masing-masing kekuatan lahir yang memumpuni ... untuk itu," ucap Adriel ketika berbicara terjeda usai melihat Rigel yang tersenyum-senyum menatapnya. Adriel sampai harus mendeham pelan. "Ehem, kami memilih Rigel
"Kau, gila," ucap Rigel terkejut."Itulah perjanjian yang kusetujui, persyaratannya dibuat demi mempermudah dirimu karena asosiasi itu tidak akan dicampuri oleh petinggi-petinggi Tyre ... kecuali Pilot Gila itu, hanya dia yang ditunjuk sebagai pengawas dari Tyre," ujar Adriel. "Kenapa kau lakukan itu?""Karena aku tahu, kau sebenarnya seorang Petarung," Sejenak keduanya saling bertatapan. Sepasang iris mata biru milik Adriel menabrak pandangan sepasang mata ruby yang cerah milik Rigel. Memang tidak berkata apapun satu sama lain tapi tak lama Ibu datang menghampiri keduanya. Setidaknya membuat suasana hening jadi berubah seketika."Cassiel, sama Nenek dulu ya, Mama dan papamu mau sarapan dulu," ucap Ibu sembari menggendong Cassiel. Adriel langsung tersenyum sumringan. "Ayo, setelah itu kita pergi ke pertemuan," ajak Adriel."Kau tidak bisa ikut datang," celetuk Rigel.Adriel mengeryitkan kedua alisnya. "Bagaimana mungkin? akulah pendiri asosiasi itu bersama orang-orang bumi," kekeh
"Kau tahu? semua ini tampak sulit untuk dibiasakan karena sebelumnya aku melakukan semuanya sendiri, menjalani hidup sendiri." "Aku tahu, aku juga merasakannya."Rigel merasakan kedua lengan kekar Adriel memeluknya. Kedua lengan kuat itu merangkul seluruh pinggangnya. "Aku merasa gagal jadi pendampingmu, Pria Berkuasa sepertimu itu," ucap Rigel bernada sendu.Adriel terkekeh geli sampai membuat ceruk leher Rigel merasakan hembusan napas lembutnya. "Baguslah, aku juga merasa gagal jadi pendampingmu, Wanita Terkuat sepertimu itu," sahut Adriel sama halnya dengan Rigel. "Kita menginap hari ini ya, melihat usaha ibumu, apa salahnya memaafkan masa lalu." Adriel memeluk tubuh kecil Rigel dengan erat. Rigel mengangguk dalam dekapannya itu. "Hm, aku setuju," sahut Rigel. ...Pagi-pagi sekali ketika Rigel masih tidur dalam dekapan lengan kekar Adriel bahkan bayinya juga masih pulas tidur disampingnya. Rigel mendengar ketukan samar dari pintu kamar. Rigel beranjak duduk di ranjang. Ia meli