LOGINHal gila yang dilakukan Yasmine, tanpa sengaja mengirim foto membuat dirinya terjerat oleh dosennya sendiri. Skandal yang ia buat membuat terjerumus lebih dalam. Yasmine dimanfaatkan dosen itu untuk kepentingan pribadi. Akankah Yasmine akan jatuh cinta kepada dosen dingin?
View MoreGadis cantik sedang berlenggak-lenggok mendengar suara musik di sebuah klub malam. Zaman modern yang membuat anak muda sering melakukan ini. Banyak pria yang menari menemani gadis ini.
“Yasmine! Hei, Yasmine!” teriak Ranti.
“Apa sih!” balas Yasmine masih mengabaikan Ranti.
“Taksimu udah datang! Cepatlah pulang!” titah Ranti menarik tangan Yasmine setengah sadar.
“Iya, Bawel!” teriak Yasmine setengah mabuk yang sulit mengontrol emosi.
Ranti tanpa basa-basi lagi, ia membawa Yasmine keluar klub. Yasmine saja berjalan sedikit sempoyongan. Ranti membuka pintu mobil agar Yasmine masuk ke dalam.
“Hei! Sampai rumah jangan lupa selfie, kirim ke aku ya!” teriak Ranti.
“Iya, Bawel,” lirih Yasmine merasa pusing.
Mobil pun melaju ke apartemen Yasmine. Butuh waktu 30 menit Yasmine sampai di apartemen. Sampai di apartemen dengan kepala yang pusing Yasmine mencoba memasukan password. Sudah dua kali salah membuat Yasmine kesal.
Tit …
Pintu terbuka membuat Yasmine senang. Di dalam apartemen Yasmine melempar tas ke sembarang arah. Yasmine merebahkan tubuhnya di ranjang, sesaat Yasmine ingat harus mengirim foto kepada Ranti.
“Akh! Gerah sekali,” gumam Yasmine sambil membuka pakaiannya.
Setelah menemukan ponselnya Yasmine pun berpose sangat seksi yang hanya mengenakan dalaman saja. Setelah selesai Yasmine tertidur dengan pulas.
Tuling … tuling …
Ponsel Yasmine berdering, tanda ada seseorang yang menelepon. Yasmine dengan mata tertutup mencari keberadaan ponselnya.
“Halo!” ucap Yasmine yang sudah duduk di tepi ranjang.
“Kamu jangan lupa hari ini kita ada bimbingan sama Pak Reno di kampus buat lihat judul kita diterima atau tidak!” Ranti memeringati.
“Gimana foto aku semalam cantik, ‘kan?” tanya Yasmine sambil berjalan ke kamar mandi untuk bersiap ke kampus.
“Foto? Memangnya kamu kirim foto?” Ranti jelas mengingat tidak ada pesan dari Yasmine.
“Kamu mabuk sih!” Yasmine menaruh ponselnya di westafel, ia lalu mencuci wajah.
“Beneran nggak ada.” Ranti tetap dengan pendiriannya.
“Hah! Nggak lucu, terus aku kirim foto ke siapa? Anjir!”
“Entahlah!”
Yasmine seketika mematikan telepon mereka berdua. Yasmine lalu memeriksa pesan di ponsel.
Pletak …
Ponsel yang terjatuh begitu saja di lantai. Tubuh Yasmine terasa lemas saat melihat foto itu dikirim ke dosen bimbingan. Yasmine segara membereskan diri lalu pergi ke kampus.
Sampai di kampus Yasmine masih terengah karena mencari keberadaan dosen pembimbing itu. Ternyata sudah ada beberapa mahasiswa yang akan bimbingan hari ini dengan beliau. Yasmine masih merasa bersalah bercampur malu jika bertemu beliau.
“Tumben, nggak telat?” tanya Ranti.
“Diamlah, mood-ku lagi nggak enak pagi ini.” Yasmine tidak berani bercerita kepada Ranti.
Menunggu beberapa saat Yasmine dan Ranti bimbingan skripsi. Setelah selesai Ranti pamit untuk pergi dari sana.
“Pak, kita duluan ya,” pamit Ranti.
“Kamu duluan saja, aku ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan sama Pak Reno.” Yasmine mencoba mengontrol rasa paniknya.
Reno tampak dingin sekali saat Yasmine mengatakan itu. Yasmine bingung akan mulai bicara dari mana. Mereka hanya saling bergeming hingga akhirnya Reno membuka pembicaraan.
“Jika tidak ada pembicaraan lagi, saya akan masuk kelas, karena ada mata kuliah yang akan saya ajarkan.” Reno berdiri lalu meninggalkan Yasmine.
Yasmine malah bergeming, entah mengapa tubuhnya sulit diajak berkompromi kali ini. Jujur saja Yasmine sedikit tertekan dengan semua ini. Rasa malu telah merasuki tubuh Yasmine.
Namun, kenyataannya adalah Yasmine dengan gigih menunggu Reno di luar kelas. Reno sekilas tersenyum tanpa ada orang yang sadar di sekitar sana. Reno sengaja melewati Yasmine begitu saja.
“Kamu masih di sini?” Reno menatap Dingin.
Yasmine bukannya menjawab bergeming sesaat. Ia bingung harus mulai dari mana. Wajah Yasmine pun mulai pucat dengan tatapan Reno.
“Saya ingin bicara dengan Bapak.” Yasmine memberanikan diri. Mereka berdua sambil berjalan.
“Bicaralah,” titah Reno.
“Saya ingin bicara soal semalam, Pak,” ucap Yasmine ragu-ragu.
“Tentang apa?” Reno sengaja mempermainkan Yasmine.
Yasmine langsung panik. “Tentang f-foto, Pak.” Yasmine menundukkan kepalanya.
Reno dengan tenang lalu menjawab, “Ikuti Saya.”
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengikuti. Reno berjalan ke arah ruangannya, Yasmine pun mengikuti dari belakang. Suasana kampus terlihat sepi karena sudah sore. Sampai di ruangan Reno, mereka pun masuk.
“Gadis ini,” batin Reno. “Duduk!”
“I-iya, Pak!”
Jantung Yasmine berdegup tidak karuan, bukan karena ketampanan Reno. Melainkan sikap dingin Reno membuat Yasmine mati kutu. Yasmine duduk dengan tenang walaupun sedikit gugup.
“Foto?” Lagi-lagi Reno mempermainkan Yasmine.
“Semalam saya salah kirim foto, Pak.” Yasmine jujur.
“Aku kira kamu sengaja mengirim foto itu kepada saya.” Reno menatap lurus.
“Semalam saya mabuk, Pak. Saya salah kirim,” lirih Yasmine mencoba menjelaskan lagi.
“Jadi kamu mau mengirim foto itu kepada pacarmu?” tebak Reno merasa panas.
“Bukan, Pak! Bukan!” Yasmine panik sendiri.
“Lalu?” Reno menoleh ke arah Yasmine yang terlihat jujur.
“Saya akan mengirim ke Ranti, Pak! Tapi nomor Bapak di bawah nomor Ranti. Dan saya belum pernah pacaran, Pak.” Yasmine menundukkan kepalanya.
Reno menyeringai Yasmine saat Yasmine menundukkan kepala. Reno bergeming sesaat seperti sedang berpikir.
“Mau kamu apa?” tanya Reno.
“Tolong hapus foto saya, Pak.” Yasmine dengan berani meraih tangan Reno yang berada di atas meja lalu menggenggamnya.
Reno hanya melirik tangannya yang disentuh oleh Yasmine. Yasmine yang sadar langsung melepas tangannya dari tangan Reno.
“Maaf, Pak.”
“Temui saya di alamat ini, besok malam.” Reno memberikan secarik kertas.
“Bapak di apartemen ini?” Yasmine tidak menyangka.
“Kenapa?” Reno datar.
“Nggak pa-pa, Pak,” lirih Yasmine tidak berani mengatakan jika mereka satu apartemen hanya berbeda tower saja.
“Keluar,” usir Reno.
Yasmine merasa kesal karena belum selesai bicara sudah diusir oleh Reno. Yasmine keluar dari ruangan Reno dengan wajah muram.
Ceklek …
Rasanya Yasmine ingin membanting pintu itu, untuk meluapkan emosinya. Saat berjalan tidak jauh dari ruangan Reno ada seseorang dari belakang menyentuh lengan Yasmine.
“Kamu kenapa keluar dari ruangan Pak Reno?”
Wush …Tiba-tiba ada angin kencang membuat pohon bergoyang. Dedaunan berterbangan Venya melihat pria tampan berjalan langsung menghentikan langkahnya.“Malaikat mana itu?” batin Venya terpukau.“Suamiku! Sakit!” rengek Yasmine manja.“Kamu hati-hati!” Reno langsung membopong tubuh Yasmine.“Tuan, maafkan saya tidak bisa menjaga Nona Yasmine.” Minto menundukkan kepalanya.Deg …Seketika Venya merasa jantungnya berhenti sesaat. Mendengar pernyataan Minto baru saja.“Tuan Reno? Orang terkaya di desa ini?!” jerit Venya hanya bisa di dalam hati.Tubuh gadis itu terasa kaku ia ingin sekali meminta maaf. Namun, rasa gengsi telah merasuki pikiran dan tubuh Venya.“Tidak apa-apa. Terima kasih sudah mengajak Istriku jalan-jalan.” Reno datar.Pria itu berjalan melewati Venya. Namun, Yasmine menarik lengan Reno.“Berhenti.” Yasmine memohon.Reno menghadap ke arah Venya yang terlihat merasa bersalah. Yasmine tersenyum saat Venya menatapnya.“Venya dia adalah cintaku. Jangan cemburu dengan aku.” Ya
“Bukan urusan kamu!” Minto dingin.Yasmine hanya diam dia hanya mengamati wajah tampan Minto. Baru saja ramah murah senyum. Kini berubah menjadi serius.“Aneh,” gumam Yasmine.“Kenapa Non?” tanya Minto menoleh ke arah Yasmine.“Nggak pa-pa, aku balik aja ya. Nggak enak Pacarmu datang,” pamit Yasmine.“Jangan Non!” Minto meraih lengan Yasmine.Yasmine menatap bingung, para anak buah Reno menatap tajam. Minto langsung melepaskan tangannya.“Maaf.” Minto tersenyum kikuk.“Kalo nggak jalan aja rame-rame,” ajak Yasmine.“Gadis Gila! Kamu pulang sana! Ganggu!” ucap Minto kasar.“Minto, sudahlah.” Yasmine tersenyum.“Dia juga ngizinin juga! Kamu kenapa sih! Sama aku pasti kasar.” Venya—gadis ini anak kepala desa.“Sudah-sudah.” Yasmine menengahi.Mereka akhirnya berjalan-jalan kembali. Mereka mulai masuk ke hutan yang niat awal ingin keliling desa. Mata Yasmine berbinar melihat jamur.“Jamur apa ini?” tanya Yasmine penasaran. “Bahaya nggak aku pegang.” “Aman.” Minto melihat Yasmine mengambi
“Iya janji sama orang.” Bik Minah menjelaskan lagi. “Nggak ada Bik. Mungkin Bibik.” Yasmine tersenyum. “Anak sekarang.” Bik Minah tertawa. Tidak sadar mereka sudah sampai di desa. Banyak rumah warga pastinya di sana. Para warga menyapa Bik Minah dengan ramah mereka mengobrol tiap jalan. “Ini orang apa nggak ada kerjaan ya?” batin Yasmine merasa aneh. “Non,” panggil Bik Minah melihat Yasmine melamun. “Hah!” Yasmine fokus dengan rumah-rumah warga terlihat menyejukkan. “Rumah di sini klasik banget,” ucap Yasmine lalu menoleh ke Bik Minah. “Sini masuk! Ini rumah Bibik.” Mereka pun masuk ke dalam. Yasmine melihat tidak orang lain di rumah itu selain Bik Minah. “Bibik tinggal sendiri?” tanya Yasmine yang celingukan. “Ada suami dan anak, mereka masih di ladang Non.” Bik Minah menjelaskan. “Bik, saya mau ke ladang. Sepertinya enak.” Yasmine butuh penyegaran hati. “Bibi mau ambil makanan dulu, untuk ke sana.” Bik Minah menyiapkan makan siang. Setelah itu mereka berjalan kembali l
“Boleh Bik!” Yasmine excited. Mereka berdua akan pergi, tetapi ada beberapa anak buah Reno mengikuti. Wajah Yasmine menjadi cemberut. Ia tidak leluasa dilakukan seperti ini. “Kenapa mereka harus ikut, Bik!” keluh Yasmine sambil menatap tajam ke arah pria-pria di belakangnya. “Ini untuk kebaikan Non Yasmine.” Bik Minah tersenyum. Senyuman Bik Minah sangat meneduhkan hati Yasmine. Terlihat tulus tanpa mengeluh ia berjalan pulang. “Rumah Bik Minah masih jauh?” tanya Yasmine melihat di sekitar banyak ladang yang ditanami oleh penduduk. “Ada 2 km dari sini, Non.” Bik Minah santai. “Hah! 2 km! Yang bener aja, Bik. Nggak lagi bercanda ‘kan?” tanya Yasmine merasa bersalah. “Kenapa wajahnya begitu?” tanya Bik Minah penasaran. “Jauh, Bik! Nyesel aku tadi ditawari naik mobil aja.” Yasmine cekikikan sekarang. “Dasar, Non.” Bik Minah ikut tertawa. Yasmine merasa tenang melihat hamparan hijau di sana. Pikiran melayang entah ke mana. “Non,” panggil Bik Minah. “Iya, Bik.” Yasmine masih s
“Begitu ya?” Yasmine menunduk.“Jika pria begitu pasti ada alasannya, Non. Udah nggak usah dipikirin, nanti juga balik sendiri sifatnya yang lembut.” Bik Minah selesai masak.“Jadi aku harus apa, Bik?” Yasmine tersenyum.“Kamu layani dia seperti biasa, pasti dia berubah seperti biasanya lagi. Jangan dicuekin kasian,” saran Bik Minah.Tiba-tiba Yasmine ada ide bagus. Ia berjalan ke rak piring mengambilkan makan. Segelas air putih, susu, dan jus. Lengkap sarapan pagi ini.“Banyak banget, Non.” Bik Minah sampai terkejut.“Biarin, Bik.” Yasmine cekikikan.Reno terlihat sudah rapi akan pergi ke kampus. Ia melihat sang istri membawakan makanan.“Sayang, aku buru-buru. Pergi dulu,” pamit Reno sambil mencium kening Yasmine.Mata Yasmine memerah menahan tangis. Entah mengapa rasa sakit itu sampai menembus hati Yasmine. Tangannya bergetar hingga …Prang …Nampan yang wanita itu terjatuh. Ia langsung berjongkok mengambil pecahan kaca itu. Tatapan kosong air mata itu luruh.Reno yang di halaman a
Drrt … drrt …Ponsel selalu bergetar hingga ia kesal lalu mengangkat telepon itu. Lisa menarik napas panjang lalu berbicara lembut.“Halo, Sayang!” sapa Lisa sambil mengepalkan tangannya.“Kamu di mana!” bentak pria itu menakutkan.“Aku lagi keluar, Sayang.” Lisa masih bisa mengendalikan emosinya.“Cepat pulang!” bentak pria itu lagi.“Iya, aku pulang.” Lisa mematikan teleponnya.Sebenarnya pria itu siapa? Hingga Lisa begitu tunduk. Lisa yang berada di markasnya segera pulang. Ia sampai tergesa saat berjalan saking takutnya.Melihat mobil terparkir ia masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba tangannya tremor membuat Lisa takut menghadapi pria itu. Sampai 10 menit di dalam mobil Lisa belum bergerak.“Lisa kamu pasti bisa.” Lisa pun menyalakan mobilnya lalu pulang ke rumah.Beberapa waktu kemudian, Lisa sampai di rumah besar nan mewah. Di sana Lisa tersenyum saat melihat pria gempal itu. Sudah seperti bola bisa dikatakan.“Lisa!” panggil pria itu marah.“Sayang, maaf,” rengek Lisa yang manja.“A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments