หน้าหลัก / Romansa / Cinta di Balik Palu Hukum / Bab 37 – Evakuasi ke Fasilitas Karantina

แชร์

Bab 37 – Evakuasi ke Fasilitas Karantina

ผู้เขียน: Sania Larisa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-29 14:39:24

Hujan mulai reda, meninggalkan tanah becek bercampur darah dan serpihan logam. Api yang tadi berkobar kini hanya tersisa bara, namun bau mesiu masih pekat menusuk hidung. Di tengah kekacauan yang baru saja mereda, Revan tergeletak di pangkuan Raisa. Wajahnya pucat, napasnya dangkal, dan pecahan kristal Orion di dadanya sudah meredup, seakan seluruh energi terkuras habis.

“Revan… jangan tidur. Kumohon, tetap denganku…” suara Raisa bergetar, air matanya jatuh membasahi wajah pria itu.

Revan membuka mata sedikit, bibirnya nyaris tak bergerak. “Aku… masih di sini…” suaranya pelan, hampir tak terdengar di tengah deru helikopter yang berputar di atas mereka.

Aruna berdiri di samping, matanya tajam menyapu sekitar, memastikan pasukan Surya sudah benar-benar mundur. Namun ia tahu, Surya tidak pernah benar-benar kalah. Pria itu pasti akan muncul lagi.

Komandan Orion Division melangkah maju, sepatu botnya berdecit menekan lumpur. Suaranya lantang dan dingin:

“Sekat area. Evakuasi subjek ke Zona
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 41 – Empat Kekuatan Bertabrakan

    “Tidak mungkin…” gumamnya, suaranya serak, nyaris tercekik. “Itu lambang Dewan Orion… mereka sendiri yang turun tangan.”Raisa merasakan jantungnya berdetak begitu keras, seolah berusaha melompat keluar dari dadanya. Ia menggenggam pistol yang hampir tak berguna di tangannya. Ketika Dewan sudah ikut campur, tak ada lagi ruang negosiasi. Dewan Orion bukan hanya organisasi; mereka adalah hukum tertinggi, bayangan yang mengatur nasib bangsa, bahkan dunia. Jika Revan jatuh ke tangan mereka, maka seluruh kebebasan yang ia perjuangkan akan sirna.Suara pengeras dari helikopter bergema, dingin dan otoritatif:> “Semua unit berhenti bertarung. Subjek Alpha berada di bawah yurisdiksi penuh Dewan Orion. Serahkan dia sekarang juga.”Namun perintah itu hanya jadi gema kosong. Tidak ada yang berhenti.Pria bermantel hitam justru tersenyum miring. Ia mengangkat tongkat berintikan kristal biru, energi liar menyambar-nyambar dari ujungnya, seperti petir yang mencari korban.Guardian Unit, yang seteng

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 40 – Pertarungan Tiga Arah

    Cahaya ungu keperakan yang meledak dari tubuh Revan membuat seluruh ruangan seolah-olah terhanyut ke dalam badai kosmik. Asap, logam yang mencair, hingga pecahan kaca beterbangan, seakan gravitasi baru terbentuk di sekelilingnya. Setiap langkah kecil yang ia ambil, lantai bergetar dan dinding berderit, tak mampu menahan tekanan Orion yang melonjak.“Dia… dia benar-benar sudah bangkit,” gumam Raisa dengan suara bergetar. Rambutnya berkibar ke belakang, tubuhnya hampir terlempar hanya oleh riak energi yang keluar dari Revan. Tapi matanya tak lepas sedikit pun darinya. Itu masih dia. Itu masih Revan-ku.Aruna menahan tubuh Raisa agar tidak terseret badai energi. “Hati-hati! Kau bisa hancur bahkan sebelum sempat mendekat.”Di sisi lain, pria bermantel hitam menancapkan tongkatnya ke lantai, menciptakan lingkaran pelindung biru. “Hmph… ini baru permulaan. Orion sejati akhirnya menunjukkan taringnya.”Sementara itu, unit misterius dari helikopter tidak gentar. Guardian Unit berlapis armor h

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 39 – Bayangan di Balik Baling-Baling

    Deru baling-baling helikopter semakin keras, mengguncang udara di sekitar fasilitas Alpha. Asap tebal bercampur dengan cahaya lampu sorot yang menusuk mata, menambah suasana mencekam. Pasukan Orion Division yang masih tersisa berlarian panik, sebagian menembakkan senjata ke arah langit, meski jelas-jelas percuma.“Siapa mereka?” Aruna menggertakkan giginya, tubuhnya menegang. “Mereka bukan dari Orion Division. Bukan juga pasukan Surya. Aku belum pernah melihat lambang atau model helikopter seperti itu.”Raisa menatap ke atas dengan mata membelalak. Helikopter itu hitam pekat, tanpa tanda pengenal, seolah dirancang untuk menjadi bayangan di langit. Hanya ada satu logo samar di sisi tubuhnya: lingkaran dengan garis diagonal bercahaya merah—simbol yang asing, tapi entah kenapa membuat jantung Raisa berdegup kencang.Di dalam ruang karantina, Revan meronta semakin hebat. Sabuk pengendali energi di tubuhnya nyaris meleleh, tak mampu menahan badai Orion yang meledak dari dalam dirinya. Tubu

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 38 – Intrusi di Alpha

    Sirene meraung panjang, mengoyak keheningan dingin fasilitas riset Alpha. Lampu darurat merah berputar cepat, menebarkan cahaya yang berkedip-kedip di setiap lorong logam. Suara berat pintu baja otomatis terdengar menutup paksa di kejauhan, menciptakan gema yang membuat jantung Raisa berdegup tak karuan.Raisa meraih tangan Aruna, menariknya mendekat ke dinding. “Seseorang menyusup,” bisiknya dengan suara tercekat. Ia bisa merasakan udara di sekitar menjadi semakin tegang, seolah seluruh bangunan itu menahan napas.Aruna menatap sekeliling. “Bukan sekadar penyusup biasa. Sistem pertahanan fasilitas ini hampir mustahil ditembus dari luar… kecuali dilakukan oleh orang dalam.”Dari balik kaca tebal di ruangan karantina, Revan menggeliat. Tubuhnya masih terikat dengan sabuk pengendali energi, tapi cahaya Orion yang ada di dalam dirinya menyembur liar, membuat alat-alat monitor berdengung tak stabil. Matanya yang tertutup tiba-tiba bergetar, seolah ia bereaksi terhadap sesuatu.“Revan…” gu

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 37 – Evakuasi ke Fasilitas Karantina

    Hujan mulai reda, meninggalkan tanah becek bercampur darah dan serpihan logam. Api yang tadi berkobar kini hanya tersisa bara, namun bau mesiu masih pekat menusuk hidung. Di tengah kekacauan yang baru saja mereda, Revan tergeletak di pangkuan Raisa. Wajahnya pucat, napasnya dangkal, dan pecahan kristal Orion di dadanya sudah meredup, seakan seluruh energi terkuras habis.“Revan… jangan tidur. Kumohon, tetap denganku…” suara Raisa bergetar, air matanya jatuh membasahi wajah pria itu.Revan membuka mata sedikit, bibirnya nyaris tak bergerak. “Aku… masih di sini…” suaranya pelan, hampir tak terdengar di tengah deru helikopter yang berputar di atas mereka.Aruna berdiri di samping, matanya tajam menyapu sekitar, memastikan pasukan Surya sudah benar-benar mundur. Namun ia tahu, Surya tidak pernah benar-benar kalah. Pria itu pasti akan muncul lagi.Komandan Orion Division melangkah maju, sepatu botnya berdecit menekan lumpur. Suaranya lantang dan dingin:“Sekat area. Evakuasi subjek ke Zona

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 36 - Pilahan yang Sulit

    Revan mengangkat tangan yang tak lagi tergenggam Raisa. Ia memejamkan mata, lalu berbisik sesuatu yang hanya Raisa dengar: “Aku… akan melindungimu. Namun kalau harus memilih antara dunia dan satu nyawa, aku tahu jawabannya.” Ada keteguhan yang membuat tubuh Raisa dingin.Seketika, Revan memusatkan seluruh cahayanya bukan keluar, melainkan menahan. Ia tidak membiarkan tangan itu mengambilnya; sebaliknya, ia menahan sedemikian rupa hingga rasa sakit merobek balik tubuhnya. Cahaya biru berdenyut seolah menjerit. Portal yang semula menjerat, kini melawan dari kedua sisi.Suara dentuman keras menyambar — bukan lagi peluru, melainkan sesuatu yang seperti mesin raksasa yang sedang menghentak. Perangkat Surya bereaksi, sistem Orion Division berusaha menstabilkan, tetapi yang paling dramatis adalah tubuh Revan: ia memancarkan energi besar sekali, terbakar dari dalam, namun dia tetap teguh.Aruna menjerit, menembakkan peluru elektro langsung ke pusat sinyal. Sesaat, kabel-kabel merah Surya mele

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status