Home / Young Adult / Cinta itu Love / Bab 5. Rem Mulut Blong.

Share

Bab 5. Rem Mulut Blong.

Author: Azzurra
last update Last Updated: 2025-01-12 23:20:09

“Laras, setelah pulang sekolah kamu ke kantor ibu dulu ya.” Bu Ida guru BK sekolahku memanggil di depan kelas dengan suara mendayu-dayu merdu.

Guru BK di sekolahku terkenal cantik mempesona. Suaranya lemah lembut, dandanannya selalu matching, siapapun yang masuk ke ruangannya akan keluar dengan wajah cerah, entah apa yang dilakukan di dalam karna ruangan tertutup rapat.

Tok,tok,tok ... Ku ketuk pintu ruang kantor Bu Ida.

“Silahkan masuk,” ucap suara di dalam dengan aksen ramah. Aku masuk dan terperanjat kaget, ku dapati Pak Bagas sudah duduk di kursi tersangka. Kepalanya menegok ke arahku, tatapannya tajam seperti menembus jantungku.

“Silahkan duduk Laras,” ucap Bu Ida sopan. Guru BK yang satu ini memang lembut, cantik, sopan. Kalo aku disuruh menilai attitudenya aku kasih angka 9,9. Kenapa ga 100? Karna yang maha sempurna hanya milik Allah.

Aku duduk di sebelah Pak Bagas yang terlihat santai. Hatiku dag dig dug tak karuan karna duduk bersebelahan dengan Arjunaku. Ku pilin-pilin ujung jilbab untuk menghilangkan gerogi.

"Ada masah apa gerangan sampe aku di panggil Bu Ida ke ruangannya bersama Pak Bagas," batinku.

Ehemm ... Bu Ida berdehem sebelum memulai pembicaraan. Netranya menatapku penuh selidik.

“Maaf Pak Bagas, Laras." Bu Ida mentap kami berdua bergantian. Lalu menarik nafas perlahan.

"Saya mendapat laporan dari beberapa murid." Wanita cantik ini menjeda ucapannya.

"Katanya kalian berdua berbuat tak senonoh?" Lagi guru BK ku menghentikan ucapan netranya awas menatap wajah kami bergantian. Lalu menarik nafas dalam. "Tadi ada yang melapor katanya Laras melihat Pak Bagas tanpa pakaian?"

Aku terperanjat dengan penuturan Bu Ida. Wanita cantik ini kembali berucap. "Hal ini melanggar norma. Apa lagi ini lingkungan sekolah tak seharusnya kejadian seperti ini menjadi konsumsi publik. Saya memanggil Pak Bagas dan Laras hanya ingin mengetahui kejadian pastinya. Jika memang ada kejadian yang melanggar norma maka harus ditindak sesuai peraturan sekolah,” ucap Bu Ida tanpa jeda seperti sebelumnya, netra bermaskara lentik ini terus memandangi kami berdua bergantian seperti menguliti.

“Mmmm, Sebenarnya kejadiannya ...."

“Begini Bu.“

Belum aku selesai menjawab pertanyaan Bu Ida, Pak Bagas menyela dan menjelaskan sejelas-jelasnya kejadian yang sebenarnya, kronologi kejadian tanpa pakaian. Dengan bahasa yang pas, tanpa gerogi dan salah tingkah karena gestur berpengaruh sekali, aku yakin Bu Ida bisa mendeteksi antara perkataan yang benar dan tidak dari cara kami menyampaikan keterangan.

***

“Gimana, Ras?” dari kejauhan kulihat Irma menghampiriku, kulirik jam di pergelangan tangan, satu jam berada di ruangan Bu Ida.

“Itu yang masalah gue di rumah elo, tadi gue 'kan keceplosan pas olah raga ada yang ngadu yang enggak-enggak ke Bu Ida. bener-bener lidah tak bertulang, gampang banget ngadu-ngadu," ujarku masam.

"Makanya punya mulut di pasang rem yang pakem, biar nggak keceplosan mulu," ujar Irma, tangannya mencubit bibirku hingga maju beberapa centi.

Ku tepis tangan Irma dari bibirku, lalu berdecak kesal. "Mana ada yang jual rem mulut."

Irma terkikik.

"Mungkin besok giliran elo yang dipanggil buat saksi, biar tambah yakin tuh guru cantik," ucapku. “Udah yu pulang, apa makan dulu?”tanyaku, lelah juga ketawa ketiwi di ruangan Bu Ida.

Semua yang terjadi hanya salah paham. Dengan mudahnya orang memfitnah berusaha mencemarkan nama baik, jika ditanggapi dengan amarah maka akan menjadi masalah yang sulit di kendalikan.

***

“Ma, Pak Bagas bener kaka kandung, elo?” tanyaku masih penasaran. Menatap Pak Bagas yang kebetulan melintas di hadapanku. Irma hanya menganggukan kepala.

“Kok elo gak pernah cerita-cerita punya kakak ganteng begitu?" tanyaku.

“Apa untungnya gue cerita-cerita,” ucapnya santai.

“Iya juga siihh." Aku seperti orang bodoh yang mengangguk-anggukan kepala.

“Hai, Irma!!" Beberapa murid perempuan menghampiri kami. Irma mendongak melihat ke arah murid-murid yang sudah duduk di samping kami. Lalu Irma mengambil kertas di kantong baju, membuka dan menunjukan ke sekumpulan siswi yang sudah duduk di sebelah kami.

• DILARANG MENDEKAT KALO CUMA MAU TANYA SOAL KANEBO KERING ALIAS PAK BAGASKARA. *

Tanpa banyak bicara lagi siswi tadi langsung berhambur pergi. Gerundelan terdengar samar dari mulut mereka.

“Berarti gue special ya, Ma? Kesempatan gue terbuka lebar, yes!“ ekspresi kemenanganku terlihat jelas. Bibirku tersungging lebar.

“Heran gue, apa sih menariknya kaka gue, orang gak pernah senyum gitu,” ucap Irma tanpa beban.

"Elo liat tiap hari, jadi nggak sadar Pak Bagas tampan dan mempesona," ucapku mengebu, mencoba meyakinkan adik Bagaskara bahwa dia tampan. Apa gunanya coba? Meyakinkan Irma untuk menerima kenyataan kalau kakaknya ganteng.

"Ma gue kemaren di tantang taruhan sama Alya, dia naksir juga sama Pak Bagas," ujarku berbisik.

"Gila banget kalian, tarohan apa? Kaya nggak ada laki lain aja ngerebutin laki satu, ogah banget gue," Irma menggedikkan bahu.

Aku melotot ke arah Irma, "Bisa nggak jangan kenceng-kenceng begitu ngomongnya, gue udah pelan-pelan begini." cuma mulutku yang komat kamit, aku khawatir ada yang dengar dan mengadu pada Exel.

Dan benar saja, sedetik kemudian suara Exel terdengar di gendang telingaku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta itu Love   Bab 6. Dengan Siapa?

    "Aduhh ... Mati gue," Aku memejamkan mata, terlihat Irma tersenyum kikuk melihat expresiku. "Lagi ngobrol apa? Kaya rahasia?" tanya lelaki berperawakan tinggi ini. Menaruh bobot tubuh di sebelahku, juga menaruh sebuah novel di atas meja. Melihat cover novel incaranku ada di atas meja seketika netraku berbinar. "Akhirnya elo dapet juga ini buku Bang?" tanyaku sumringah. "Apa sih yang nggak bisa buat kamu," ucap Exel masih mode datar, di lihat dari expresinya sepertinya dia sedang tak baik-baik aja. "Siang jalan yuk," ajak Exel lagi. "Hayo!!" Irma menyahut sumringah ajakan Exel. Netranya berbinar menatap Excel Lelaki ini bangun dari duduk memasukkan tangan ke saku celana, berdiri menatapku. "Ajakin tuh Laras, kalo dia nggak ikut elo yang traktir gue." Dengan santai Exel meninggalkan kami. Irma hanya menatap Exel tanpa kata. "Apa maksudnya coba, kalo elo nggak ikut gue yang harus traktir dia!" Irma menatap punggung Exel dan aku bergantian. Aku terkikik melihat expre

    Last Updated : 2025-01-12
  • Cinta itu Love   Bab 7 Rindu.

    Hingga hari ini, setelah terakhir aku melihat Pak Bagas tempo hari, Lelaki tampan itu belum lagi mengajar di sekolah. Memang Pak Bagas hanya guru sementara, hanya menggantikan Pak Arif. Hari-hari ku galau, konsentrasiku buyar, aku merindukan Pak Bagas. Mungkin inilah sebabnya, Emak wanti-wanti dari dulu, anak-anaknya di larang pacaran sebelum memiliki pekerjaan mapan dan siap menuju pelaminan. Kata Emak kalo udah siap langsung nikah, gak usah pacar-pacaran, udah 'mah dosa, bisa bikin pikiran ga karuan, buang buang waktu. Nggak bosen Emak ngingetin anak-anaknya jangan pada pacaran. Maksud Emak, bikin pikiran nggak karuan, ini kali ya? yang aku rasakan sekarang. Dan ternyata perkataan emak bayak benernya. Sekarang di pikiranku cuma ada si Arjuna Bagaskara. Aku mengacak rambut frustasi. Mak, Emak kok top banget sih kalo nasehatin anak, gimana ini Mak, hati Laras kepincut guru ganteng, Laras kangen berat sama Pak Bagas, Mak. Hatiku mereog nggak karuan. "Ma, gue main ke rumah elo y

    Last Updated : 2025-01-30
  • Cinta itu Love   Bab 8 Curiga

    Bab 8“Gimana Laraass ... Sudah berhasil menaklukan Pak Bagas? “ tanya Alya di dekat telingaku saat aku sedang melamunkan pak Bagas di pembatas pagar.“Hhmmm ...." Aku bergumam, menatap bola mata Alya yang berbinar. "Dan elo, gimana? Sudah bisa menaklukan-nya?" tanyaku menaik turunkan alis.“Mungkin selangkah lagi,” ucapnya percaya diri.“Dan gue gak percaya,” jawabku. “Karna Pak Bagas sudah punya pacar.” Alyaa sedikit terperanjat mendengar ucapanku “Masa, gak tau?” ujarku lagi, dengan percaya diri, kini aku memasang wajah kemenangan."Apa sih yang Alya nggak tau tentang Pak Bagas??" Gadis di depanku melipat tangan di dada, senyumnya mencibir. Berusaha menetralkan keterkejutannya."Oh, ya?" "Hm ... Jadi kamu sudah siap kalah??" Alya berbicara pelan. Dari senyumnya terpancar aura kemenang. Bibirnya tersungnging sepertinya dia benar-benar akan mendapatkan Pak Bagas. Setelah mengatakan hal itu Alya berlalu dari hadapanku melenggang dengan angkuh, meninggalkan aku yang kini semakin g

    Last Updated : 2025-01-31
  • Cinta itu Love   Bab 9 Siapa Lagi?

    Bab 9 “Ikutin yu Ma,” ku tarik tangan Irma, dia masih asik makan ayam krispi kesukaannya. “Aduh ... ini belum abis, mubazir Laras!” Dia tak bergeming dari kursi. Netraku masih awas melihat ke arah mana Pak Bagas berjalan. “Nanti balik lagi,” ucapku, tapi Irma tak juga mengangkat bokong. Aku langsung beranjak dari duduk, mengikuti arah pergi Pak bagas, sedikit berlari karna lelaki pujaanku sudah tak terjangkau pandangan mata. Ku cari-cari keberadaannya tapi tak ku temukan. Aku berjalan lunglai ke arah Irma yang sudah mencuci tangan. “Siapa tadi ya, Ma? Anggun. Kayanya cantik deh mukanya. Maksud gue, gue pengen berpenampilan kaya gitu. Biasanya cowok-cowok modelan kaya abang elo itu sukanya cewe kaya gitu, “ ucapku antusias. “Tapi kita kan masih SMA, ntar elo dipanggil ukhti,” ucapnya sotoy. “Ya ga ada salahnya juga, ukhti-ukhti kan cantik-cantik dan anggun. Demi dapetin arjuna apa sih yang nggak,” ucap ku bersemangat. “Niat awal udah ga bagus.” Irma mencibir. “Biarin,

    Last Updated : 2025-02-01
  • Cinta itu Love   Bab 10 Pilih yang Mana??

    Bab 10 “Ras bangun,” Emak menggoyang-goyang kakiku yang terlelap di kasur king size dengan buku berserakan. Ada pepatah mengatakan rumahku istanaku. Kalo pepatahku mengatakan, kamarku istanaku. “Uuuhhh,” ku renggangkan tangan ke atas dan menatap orang yang membangunkanku. “Kenapa Mak?” tanyaku, parau. “Itu ada Excel datang, ganteng pisan, bawa martabak kesukaan emak lagi, buruan keluar tapi solat isya dulu tadi kamu belom solat,” ucap emak sumringah, bibirnya klimis bekas menggigit martabak sepertinya. Excel yang ngapelin gue, kenapa emak yang girang banget ya, pikirku. “Iya Mak,” aku bangkit langsung menuju kamar mandi berwudhu dan melakukan ibadah kepada sang pencipta. “Niihh, Nak exel liat nih, ini laras waktu masih bayi, lucu yaa,” terdengar suara Emak menemani Exel di teras, entah sedang mengobrol apa. Aku dekati bangku Emak duduk, netraku membeliak melihat benda yang sedang ditunjukkan ke arah lawan bicaranya. “Ya ampun Mak,” aku langsung merebut foto memori ket

    Last Updated : 2025-02-01
  • Cinta itu Love   Bab 11

    “Exeeelll !” teriakku, saat melihat lelaki bertubuh jangkung itu melintas di depan kelasku.Seketika dia menoleh ke arahku.“Eehhhh ... Yayang Laras yang manggil.” Dia tersenyum sumringah.“Mau kemana? “ tanyaku.“Mau ke kantor dulu, nanti pulang sekolah tunggu gue dulu,” ucapnya terlihat terburu-buru menuju kantor entah ingin melakukan apa. Aku hanya mengangguk tak enak mengajaknya berbicara lebih lama.“Ma nanti pulang sekolah main duu yuk. Refresing sebelum ujian dimulai, “ ajakku pada Irma.“Hayo aja gue mah kalo diajakin,” ucapnya slowww.“Iyaaa ngerti gue, ntar kita ajak ATM aja, biar bisa seneng-seneng ga modal,” ucapku menaik turunkan alis.“Halahhh gue jadi obat nyamuk,” ucapnya. “Sebenernya loe itu mau ama abang gue apa sama Exel? tanya Irma, lagi.“Laahh Exel kan temenan doang,” ucapku.“Tapi dia suka sama elo Laraass, elo bego apa pura-pura bego,” tanya Irma sambil menoyor

    Last Updated : 2025-02-02
  • Cinta itu Love   Bab 12

    Bab 12“Oohhh itu kaka gue, tar kapan-kapan gue kenalin ya,” jawab Exel sambil menghidupkan mobil dan melajukannya. “cantik,” gumamku. "Oohhh jadi itu kakanya Excel, mungkinkah dia ada hubungan special dengan pak Bagas? atau Pak Bagas ngajar di sini karna kakaknya Exel?" Aku terus bermain dengan pikiranku.Selama perjalanan pikiranku makin runyam. Mau mengorek keterangan dari Excel tapi harus menunggu waktu yang tepat, biar ngga disebut ‘kepo’. Duh Laras emang harus kepo biar tau informasi.“Irmaaaa ... Pelor banget loo.” Teriakku, saat ku tengok kebelakang, Irma sudah merebahkan tubuh dan terlihat pulas.“Ishh ... berisik, tar Kalo udah nyampe bangunin,” ujarnya, meraih bantal kecil, lalu menindih dengan kepalanya.“Kakanya Excel itu dokter, wisudanya bareng ama kaka gue, Ras, baru inget gue," ucap Irma yang sambil melanjutkan tidurnya.“Iya Bang?” ku tengok ke arah Exel yang fokus mengemudi.“Iya, dia

    Last Updated : 2025-02-02
  • Cinta itu Love   Bab 13

    Bab 13"Perlu saya cium?" Aku menganga, menatap manik mata Pak Bagas, terpancar keseriusan di sana, dan aku tak menyangka guru kulkasku mengatakan hal ini.Teman-temanku bersorak mendengar penuturan Pak Bagas. Lelaki ini mendekatkan wajah ke arahku.Netraku membulat, semakin tak menyangka dia melakukan aksi ini di depan murid -muridnya. Sorak sorai mengikuti aksi guru kulkasku."Jangan Pak." Tanganku menahan pundak Pak Bagas agar tak semakin mendekat. kepalaku menggeleng pelan. Aku menelan saliva susah payah. Jarak kami sudah sangat dekat bahkan aku bisa merasakan hembusan nafas Pak Bagas. Jantungku bertalu, hatiku mereog, embat Laras biar nggak penasaran. Aku menatap bibir kemerahan milik lelaki yang wajahnya hanya satu centi didepanku. Ya Tuhan malu Laras masa di depan temen-temen, hati baikku berkata."Ayo, ayo, sedikit lagi Laras," Suara-suara teman laknatku menyemangati kegiatan yang tak seharusnya terjadi ini.

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Cinta itu Love   103

    Excel kembali masuk ke dalam kamar membaca pesan yang di kirim Niken. Lalu memesan makan. Hingga makanan yang dia pesan datang lelaki ini tak juga keluar kamar, dia sedang memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalahnya dengan Niken. "Bang." Laras melongok ke dalam kamar. "Kamu pesan makanan?" "Iya, udah datang ya. Ini bayar dulu." Excel mengambil kartu dari dompetnya menyerahkan pada Laras. Gadis ini mengambil kartu membayar makanan, lalu menata makanan di atas meja. "Wah Babang memang top banget, dia tau aja makanan kesukaan kita," ujar Irma. "Ras buruan panggil laki lo, jadi laper gue," ujar Alya. "Bang." Lagi Laras memanggil Excel. "Buruan keluar, di tungguin ama yang lain."Excel mengangguk, keluar dengan bergandengan tangan, lelaki ini menatap tiga perempuan di meja makan. Bibirnya tersungging. "Ya ampun, punya bini 4 begini asik kali, ya," pikir Excel. "Aduh, Yang. Kenapa nyubit." Excel meringi

  • Cinta itu Love   Bab 102

    Roy menarik Niken untuk pergi. "Cel kalo lo nggak dateng besok, pertama yang bakal gue kirimin vidio ini nyokap nya, Laras."Dada Excel turun naik, menahan amarah. Excel kembali mengingat Laras karna pintu di gedor-gedor keras. Dia tak pedulikan ancaman Niken. "Boy matikan musik. Urus mereka, abis itu lo pulang jangan tidur di sini.""Oke, Bos."Bagi Excel minuman yang dia minum belum berefek apapun karna dia biasa minum dosis tinggi. Tapi bagi perempuan-perempuan ini mereka pasti langsung ngefly sampe ke angkasa, karna mereka belum pernah mengkonsumsi barang ini. Excel membuka pintu kamar, kembali mengendong Laras seperti kangguru. Satu kaki menutup pintu. "Bang, Kok di matiin, baru kali ini aku happy banget, kita joget lagi," rengek Laras. "Udah malem, udah pada pulang," ujar Excel. Laras menengok jam di atas nakas, "Baru jam 11.""Kita ngefly berdua aja di kamar. Nanti kalo Mamih tau berabe, kamu aku ajar

  • Cinta itu Love   Bab 101

    Tiga temannya ini fokus menatap Excel, merasa di perhatikan Excel menjentikkan jari. "Nggak usah berpikir mesum, gue nggak abis ngapa-ngapain. Noh Laras lagi tidur."Tiga perempuan ini gegas mengalihkan pandangan. Bibir terulas senyum malu, lalu kembali menikmati siaran televisi, enggan membahas. Tak lama teman-teman yang lain datang. "Hai Bro!!" Roy, Boy juga Niken menghampiri Excel yang sedang makan di meja makan. Mereka tos kepal. "Makan-makan," tawar Excel. Roy juga Boy gesit duduk, tangannya mengambil piring. Perutnya lansung terasa lapar melihat hidangan di atas meja. "Stoooppp ..." Irma berteriak menginterupsi kegiatan mereka. Duo pesuruh Excel ini terjingkat mendengar teriakan Irma. Irma merebut piring yang Roy dan Boy pegang. "Enak aja baru dateng langsung makan. Kita makan bareng-bareng." salak Irma. "Itu Excel makan." Tunjuk Boy. "Dia yang beli barusan. Lah kalian baru dateng!! Kita udah kumpul semua 'kan yuk kita doa dulu!" Seru Irma. "Eh bentar gue bangunin Lar

  • Cinta itu Love   Bab 100

    Bibir Laras melengkung malu, "Dia sampe ngibarin bendera putih, gue rayu nggak mau bangun lagi itunya."Irma membalikan tubuh menatap Laras yang duduk di sebelah kepalanya. Netranya mengerjab. "Berapa kali?" Laras menggeleng. "Nggak tau. Gue nggak ngitung."Irma duduk, makin penasaran gadis ini. "Selalu di bungkus nggak itunya Excel." Irma nyengir mendapat tatapan dari Laras. "Itung ... jadi ketauan main berapa kali semalem."Laras menoyor jidat Irma. "Penting banget ngitungin begituan." Irma terkekeh, mengikuti Laras yang pergi ke luar kamar, karna ponselnya berdering. "Hallo Al. Langsung naik aja." Setelah memberikan akses masuk Laras mematikan ponsel. "Ma, kita masak yuk, buruan beli bahan, pesen anter aja biar cepet."Irma meraih ponsel memesan apa saja yang di butuhkan. Alya keluar dari lift ikut bergabung request makanan apa saja yang akan mereka hidangkan. "Kita bikin tom yam aja, sama barbeqiu, yang lain food dilevery," ujar Laras. Mana bisa Laras dan teman-temannya masa

  • Cinta itu Love   Bab 99

    Laras sudah berpakaian rapih, dia berdiri menatap gedung tinggi di hadapannya. Rumah-rumah yang terlihat kecil, jalan raya yang selalu padat merayap. Excel keluar dari kamar mandi, dan laras hanya melirik enggan mendekat. Rasanya jantungnya masih bertalu jika melihat lelakinya berpenampilan seperti ini. Excel membuka pintu wardrobe. "Bang, ini udah aku ambilin."Lelaki ini berbalik. "Makasih ya."Laras mengangguk, menundukkan kepala. Malu melihat Excel. Mereka bangun siang hari ini karna semalam Laras memborbardir Excel. Laras menepati janjinya akan buat Excel terkapar sampai dia mengibarkan bendera putih. Mengingat semalam bibir Laras tersungging, dia sedikit berlari ke arah pintu. "Mau ke mana?" tanya Excel. "Mau masak mie, kamu mau?" tanpa menengok Laras menjawab. Excel mengangguk."Mau nggak??" tanya Laras lagi karna tak ada jawaban. "Iya, mau."Selama memasak Laras terus senyum-senyum juga tersipu. Dua mangkok mie telor plus sosis tersedia di meja makan. "Bang. Ayo buru

  • Cinta itu Love   Bab 98

    Laras menarik tangan Excel yang sudah hampir berbalik. "Bang, jangan. Ayo kita pulang."Sampai di mobil Excel membuka dasbor mengambil surat nikah yang dia bawa-bawa. "Di sini dulu, aku mau masuk lagi sebentar," Excel berjalan cepat ke arah kasir, tak pedulikan panggilan Laras.Laras melihat Excel menunjukkan barang yang tadi di bawa pada emak-emak yang mengatainya gila. "Liat nih Bu, perempuan itu istri saya, saya mau beli kondom satu truk pun nggak masalah karna saya gunain sama istri saya." Excel Membuka surat nikah yang ada foto dirinya dan Laras. Menunjukkan pada ibu tersebut, pada kasir dan beberapa pengunjung yang tadi sempat menggunjingnya. Para pengunjung ada yang melihat buku itu sepintas ada yang memperhatikan seksama ini buku ASPAL bukan?? Sudah kan, saya hanya tak suka kalian menjelekkan istri saya, kenapa saya menikah muda karna dia dan keluarganya menjaga dirinya. Setelah itu Excel pergi dengan langkah lebar. Dia tak mau Laras di hina, sebab tadi Excel juga mend

  • Cinta itu Love   bab 97

    "Mpok, Bang Excel lagi ngapain?"Laras dan Excel mendongak berbarengan menatap Andi, Laras langsung merenggangkan duduk sedikit memberi jarak. Netra Andi berkilat penuh intrik, di kepalanya langsung berputar uang. "Nggak lagi ngapa-ngapain. Emang lagi ngapain?" Laras seperti ke gap berbuat mesum.Andi tak bicara hanya menatap Excel penuh Arti. Excel meraih dompet di saku celana. Mengambil beberapa lembar uang merahan. "Nih, buat top up ML."Senyum Andi merekah, tetapi belum uangnya sampai di tangannya, tangan Laras menghadang."Udah biarin, biar Andi seneng. Lagian uangku nggak berseri, masih banyak di bank di brangkas sama yang lagi mendekat."Lagi bibir Andi mengembang mendapatkan pembelaan. Kembali tangan Excel menyerahkan uang, Andi menerima lalu melenggang masuk kamar. "Anggap aja Andi buta Bang!!" "Sue banget lo Ndi, dasar pemeras!!!" teriak Laras. Excel mengangkat Laras ke dalam kamar. Tak ada suara dari Laras dan Excel, Andi penasaran, kepala bocah ini melongok ke luar

  • Cinta itu Love   Bab 96

    Excel mandi perlahan tanpa mengeluarkan suara kecuali suara gemericik air dari shower. Setalah selesai Excel keluar perlahan, tubuh hanya terlilit handuk itu sedikit mengigil.Ehem.suara deheman dari ruang tengah membuat Excel terperanjat."Pah," sapa Excel kikuk, udah mindik-mindik masih juga kepergok."Gini hari udah mandi, nggak sekalian aja mandinya sebelum subuh? nanti mau lagi." perkataan Dani membuat Excel tak dapat menelan air liurnya.Beruntung ruangan dalam keadaaan remang-remang jika terang benderang sudah di pastikan muka Excel sekarang seperti kepiting rebus. Sialnya begitu sudah sampe di depan pintu Gilang membuka pintu kamarnya. "Set gini hari lo mandi, Bro??" Gilang nyengir melihat tubuh Excel hanya terlilit handuk.Tanpa berniat menjawab Excel masuk ke dalam kamar Laras. Di lihat Laras sudah kembali tertidur lelap. "Dia tidur lagi, gue di jadiin tumbal."Excel memakai pakaian dan kembali memeluk Laras dari belakan, Laras membalikkan badan mengendus ceruk leher Ex

  • Cinta itu Love   Bab 95

    Laras duduk di depan televisi, menggonta gonti chanel, wajahnya di tekuk, suara Irma selalu menghiasi pendengarannya. "Kenapa Mpok BT banget?" Andi duduk di sebelah Laras. Laras tak menyahut, hanya terus menganti-ganti chanel."Mpok, mana bisa di lihat itu kalo di ganti terus." Andi memberengut. "Kenapa sih, Mpok!!" Andi meraih remote yang ada di tangan Laras, karna Laras tak berhenti menggonta ganti chanel. Laras menghela nafas, masuk ke dalam kamarnya. Andi hanya mentap kakaknya yang terlihat boring. Di dalam kamar Laras membaca lagi pesan yang di kirim Excel barusan. "Apa aku samperin ke sana ya??" Laras mulai berfikir. Gadis ini menelpon Irma. Meminta pendapatnya. Irma menyarankan lebih baik Laras menyusul. "Gue ke sana sama siapa, Ma?" "Laaahh katanya kemaren mau di jemput sama supirnya.""Iya, tapi gue males kalo di jemput sopir.""Terserah elo lah, elo emang kadang-kadang susah. Bandung itu jauh, ini udah malem, dan yang pasti kita belum bisa bawa mobil sendiri!!" seru

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status