Home / Young Adult / Cinta itu Love / Bab 4. Semakin Marah.

Share

Bab 4. Semakin Marah.

Author: Azzurra
last update Last Updated: 2025-01-12 23:14:42

Tap, tap, tap ....

Aku menaiki satu persatu anak tangga dengan semangat empat lima menuju perpustakaan. Terdengar suara bercakap-cakap di depan sana. Oohh ... Alya rupanya, tapi tunggu! sebentar! siapa gerangan lawan bicara Alya.

“OMG, Pak Bagas,” gumamku, walau hati berdebar-debar grogi melihat wajah tampan Pak Bagas, tetap kulajukan kakiku mengarah pada keberadaan mereka. Terlihat mereka sedang tertawa.

“Ooohh ternyata mudah ya Pak, dari semalam saya bingung soal ini!” ucap Alya sambil memberi senyum pepso**nt.

“Pak." Ku anggukan kepala saat Pak Bagas menengok ke arahku. Tak pernah aku duga si dia yang selalu bermuka dingin di hadapanku ini memberikan senyum menawan. "Ya Allah." Aku seperti terhipnotis terus menatap ke arah Pak Bagas.

Dan tiba-tiba,

Gubrak.

Aawww ....

Pintu tak tau diri itu mencium wajah cantikku yang kini terasa kebas. Ternyata pintu di tutup sebelah. Ku usap-usap wajahku yang sakit.

Terlihat Alya tersenyum mengejek, “Hati-hati, pintu jangan diembat,” ucapnya. Pak Bagas melihat ku tanpa ekspresi. Entah apa yang dia pikirkan.

“Ya ampun Laras, jalan liat-liat dong pintu segede gini ditabrak,” ucap Exel, yang ternyata sudah berada di belakangku.

Dia mengelus-elus wajahku yang terasa sakit akibat pintu nggak tau diri. "Nggak mendukung banget liat orang bahagia, nih pintu." gumamku. Mungkin warna wajahku sekarang sudah seperti kepiting rebus, merah menahan malu juga sakit.

“Lagian gue perhatiin belakangan ini elo agak-agak error kelakuan,” ucap Excel lagi, penuh perhatian.

Sebelum dia mengintrogasi di depan Pak Bagas, lekas ku tarik tangannya masuk ke dalam perpustakaan. “Sini, udah ga usah banyak perhatian,” ucapku sambil mencari-cari buku yang aku butuhkan.

“Jawab laras? belakangan ini elo kaya banyak salah tingkah, jangan-jangan elo lagi jatuh cinta, ya?” cecar Excel lagi, tatapannya bak elang menyorot padaku.

Laki-laki tajir melintir yang selalu ada saat aku susah ini, menatap ku intens mencari kebenaran di mataku dan pastinya membuatku salah tingkah.

“Oh, oh, oh ... Jadi bener?" tanyanya lagi memastikan.

"Siapa?" Cecar Exel, dengan tatapan intimidasi.

Aku menatap Exel khawatir, menggeleng patah-patah. "Nggak ada, Bang. Apaan sih." Aku mendorong dada Exel yang berjarak sangat dekat.

Exel meraih pinggangku, menarik tubuhku dalam dekapannya. Tanganku berada di dada bidangnya berusaha memberi jarak. "Bang jangan begini," ujarku pelan.

"Sakit nggak?" tanyanya mengelus wajahku yang kejedot tadi.

Aku menundukkan wajah, memalingkan dari tangan Exel yang hendak mengelus wajahku. "Bang lepas." Aku memberontak, Exel pun melepas rengkuhannya.

"Kalo jatuh cinta bilang ke gue ya?" ujarnya sedikit mencondongkan wajah, berbisik di telingaku.

"Sekolah yang bener Bang, ngapain jatuh cinta." Aku berbalik badan mencoba menghindar dari Exel. "SMA aja belum kelar," ujarku lagi meneliti buku yang aku butuhkan.

"Gue udah mau tiga taun deketin elo susah banget nyantolnya," ucapnya sambil mengerutkan alis seperti berfikir.

“Emang jemuran! Nyantol,” jawabku ngawur, sambil berlalu membawa buku yang kubutuhkan. Berusaha menghindar dari cecaran lelaki tajir ini.

***

“Duuhh... yang ke GR an,” sindir Alya saat aku melintas di lorong sekolah.

“Maksud lo apa?” tanyaku, memang dari dulu dia selalu menjadi rivalku, entah apa sebabnya dia selalu ingin menyaingi aku.

“Elo gak akan bisa dapet hatinya Pak Bagas, karna-” alya menjeda ucapannya lalu mengibaskan kerudungnya ke belalang.

“Karna gue, yang bakal memenangkan hatinya,” ucapnya sombong penuh percaya diri.

“kita bersaing secara sehat!” ucap ku menantangnya, netraku awas melihat ekspresi wajah Alya.

“Oke, sebelum lulus sekolah gue atau elo yang menang,” ucapnya lagi.

“Oke, yang kalah harus ngumumin kekalahan saat perpisahan dan ngikutin kemanapun kampus tujuan kita." ujarku sedikit ragu.

"Oke," jawab Alya penuh percaya diri.

“Deal.” Kami berjabat tangan tanda setuju.

***

Hari ini Kami sudah bersiap dengan pakaian olah raga dan sekarang aku begitu bersemangat mengikuti jam pelajaran Olah Raga.

Priiittt.

Priiittt.

Dua kali suara peluit berbunyi. Kami langsung berhambur kelapangan membentuk barisan rapih. Kulihat Pak Bagas berdiri tegap di depan memberi arahan. Tanpa aku sadari pikiranku traveling saat kemarin melihatnya hanya memakai anduk.

“Laras, kenapa kamu senyum-senyum sendiri? “ tanyanya membuatku terkaget-kaget, ternyata dia sudah berdiri kokoh di hadapanku.

“Eehhh, enggak Pak, saya cuma inget yang kemaren!” ucapku, pelan, menunduk.

“Maksud kamu? Ingat apa? Kenapa setiap pelajaran saya kamu nggak pernah konsentrasi?” tanyanya beruntun, degan suara tegas. Aku terkesiap mendengar suaranya.

“Ayo jawab!!" tanyanya lagi mencecar, dengan intonasi keras saat aku hanya diam.

"Em ... Itu Pak?" Aku gelisah jawab atau tidak.

“Laras.” Irma menyenggol lenganku.

“Dia inget kemarin abis nonton film komedi Pak,” ucap Irma membela.

“Saya bukan tanya kamu!" ucap Pak Bagas dengan raut wajah lebih tegang.

“Duh ... Pak Bagas, udah ga usah tegang, saya inget Bapak waktu kemaren tanpa pakaian,” ucapku lirih menahan malu lalu menunduk.

“Laras ....” Sontak suasana menjadi riuh.

Netraku melirik wajah tampan Pak Bagas yang kini berubah menjadi merah, entah karna dia malu atau semakin marah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Azzurra
Ada Kak itu si Laras.
goodnovel comment avatar
Azzurra
Terimakasih sudah mampir Kak.
goodnovel comment avatar
BalqizAzzahra
seru ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta itu Love   Bab 104

    Dewi menggeleng. "Mamih nggak izinin kamu bertemu Laras sampai kalian sama-sama bisa menjaga diri." Dewi berkata pelan tetapi tegas. "Mih, aku ...""Sudah Nak Excel. Sekarang pulang, lanjutkan study, jika kamu sudah siap menjaga Laras, mamih nggak akan menghalangi.""Mih, izinin, aku ketemu Laras sebentar."Dewi menggeleng. "Kalian sudah banyak menghabiskan waktu berdua." Dewi bangun dari duduk menuju pintu membuka lebar meminta Excel meninggalkan rumahnya. Excel mencium tangan Dewi. "Mih, akan aku buktikan aku bisa menjaga Laras di kemudian hari."Lelaki ini gegas meninggalkan rumah Laras dengan perasaan hampa dan terluka. Dia khawatir akan masa depannya dengan Laras. Tetapi setidaknya satu masalah selesai. Kini dia tak akan lagi memiliki kegelisahan yang harus di tutupi hingga menimbulkan masalah baru. "Mak." Laras keluar kamar menatap Dewi. "Mamih nggak habis pikir sama kamu, di beri kebebasan tapi berbu

  • Cinta itu Love   103

    Excel kembali masuk ke dalam kamar membaca pesan yang di kirim Niken. Lalu memesan makan. Hingga makanan yang dia pesan datang lelaki ini tak juga keluar kamar, dia sedang memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalahnya dengan Niken. "Bang." Laras melongok ke dalam kamar. "Kamu pesan makanan?" "Iya, udah datang ya. Ini bayar dulu." Excel mengambil kartu dari dompetnya menyerahkan pada Laras. Gadis ini mengambil kartu membayar makanan, lalu menata makanan di atas meja. "Wah Babang memang top banget, dia tau aja makanan kesukaan kita," ujar Irma. "Ras buruan panggil laki lo, jadi laper gue," ujar Alya. "Bang." Lagi Laras memanggil Excel. "Buruan keluar, di tungguin ama yang lain."Excel mengangguk, keluar dengan bergandengan tangan, lelaki ini menatap tiga perempuan di meja makan. Bibirnya tersungging. "Ya ampun, punya bini 4 begini asik kali, ya," pikir Excel. "Aduh, Yang. Kenapa nyubit." Excel meringi

  • Cinta itu Love   Bab 102

    Roy menarik Niken untuk pergi. "Cel kalo lo nggak dateng besok, pertama yang bakal gue kirimin vidio ini nyokap nya, Laras."Dada Excel turun naik, menahan amarah. Excel kembali mengingat Laras karna pintu di gedor-gedor keras. Dia tak pedulikan ancaman Niken. "Boy matikan musik. Urus mereka, abis itu lo pulang jangan tidur di sini.""Oke, Bos."Bagi Excel minuman yang dia minum belum berefek apapun karna dia biasa minum dosis tinggi. Tapi bagi perempuan-perempuan ini mereka pasti langsung ngefly sampe ke angkasa, karna mereka belum pernah mengkonsumsi barang ini. Excel membuka pintu kamar, kembali mengendong Laras seperti kangguru. Satu kaki menutup pintu. "Bang, Kok di matiin, baru kali ini aku happy banget, kita joget lagi," rengek Laras. "Udah malem, udah pada pulang," ujar Excel. Laras menengok jam di atas nakas, "Baru jam 11.""Kita ngefly berdua aja di kamar. Nanti kalo Mamih tau berabe, kamu aku ajar

  • Cinta itu Love   Bab 101

    Tiga temannya ini fokus menatap Excel, merasa di perhatikan Excel menjentikkan jari. "Nggak usah berpikir mesum, gue nggak abis ngapa-ngapain. Noh Laras lagi tidur."Tiga perempuan ini gegas mengalihkan pandangan. Bibir terulas senyum malu, lalu kembali menikmati siaran televisi, enggan membahas. Tak lama teman-teman yang lain datang. "Hai Bro!!" Roy, Boy juga Niken menghampiri Excel yang sedang makan di meja makan. Mereka tos kepal. "Makan-makan," tawar Excel. Roy juga Boy gesit duduk, tangannya mengambil piring. Perutnya lansung terasa lapar melihat hidangan di atas meja. "Stoooppp ..." Irma berteriak menginterupsi kegiatan mereka. Duo pesuruh Excel ini terjingkat mendengar teriakan Irma. Irma merebut piring yang Roy dan Boy pegang. "Enak aja baru dateng langsung makan. Kita makan bareng-bareng." salak Irma. "Itu Excel makan." Tunjuk Boy. "Dia yang beli barusan. Lah kalian baru dateng!! Kita udah kumpul semua 'kan yuk kita doa dulu!" Seru Irma. "Eh bentar gue bangunin Lar

  • Cinta itu Love   Bab 100

    Bibir Laras melengkung malu, "Dia sampe ngibarin bendera putih, gue rayu nggak mau bangun lagi itunya."Irma membalikan tubuh menatap Laras yang duduk di sebelah kepalanya. Netranya mengerjab. "Berapa kali?" Laras menggeleng. "Nggak tau. Gue nggak ngitung."Irma duduk, makin penasaran gadis ini. "Selalu di bungkus nggak itunya Excel." Irma nyengir mendapat tatapan dari Laras. "Itung ... jadi ketauan main berapa kali semalem."Laras menoyor jidat Irma. "Penting banget ngitungin begituan." Irma terkekeh, mengikuti Laras yang pergi ke luar kamar, karna ponselnya berdering. "Hallo Al. Langsung naik aja." Setelah memberikan akses masuk Laras mematikan ponsel. "Ma, kita masak yuk, buruan beli bahan, pesen anter aja biar cepet."Irma meraih ponsel memesan apa saja yang di butuhkan. Alya keluar dari lift ikut bergabung request makanan apa saja yang akan mereka hidangkan. "Kita bikin tom yam aja, sama barbeqiu, yang lain food dilevery," ujar Laras. Mana bisa Laras dan teman-temannya masa

  • Cinta itu Love   Bab 99

    Laras sudah berpakaian rapih, dia berdiri menatap gedung tinggi di hadapannya. Rumah-rumah yang terlihat kecil, jalan raya yang selalu padat merayap. Excel keluar dari kamar mandi, dan laras hanya melirik enggan mendekat. Rasanya jantungnya masih bertalu jika melihat lelakinya berpenampilan seperti ini. Excel membuka pintu wardrobe. "Bang, ini udah aku ambilin."Lelaki ini berbalik. "Makasih ya."Laras mengangguk, menundukkan kepala. Malu melihat Excel. Mereka bangun siang hari ini karna semalam Laras memborbardir Excel. Laras menepati janjinya akan buat Excel terkapar sampai dia mengibarkan bendera putih. Mengingat semalam bibir Laras tersungging, dia sedikit berlari ke arah pintu. "Mau ke mana?" tanya Excel. "Mau masak mie, kamu mau?" tanpa menengok Laras menjawab. Excel mengangguk."Mau nggak??" tanya Laras lagi karna tak ada jawaban. "Iya, mau."Selama memasak Laras terus senyum-senyum juga tersipu. Dua mangkok mie telor plus sosis tersedia di meja makan. "Bang. Ayo buru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status